Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mau Kuliah di Luar Negeri? Bekali dengan Budaya Bangsa Sendiri

2 Juni 2016   15:54 Diperbarui: 2 Juni 2016   16:04 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mode show pakaian adat Indonesia

Tidak saya tanya berapa umur mereka. Namun dalam garis wajah, tentu mereka mahasiswa/i yang sedang belajar dan beberapa fresh graduated.

Bakat Seni Pelajar Indonesia, Top!

Gending Jawa mengalun. Beberapa ibu-ibu dan bapak-bapak memecah suasana dengan musik gamelan. Jadi ingat bapak dan ibu di Semarang.

Acara dimulai ketika musik berhenti dan para niyaga pergi ke belakang panggung. MC laki-laki dari Indonesia tampak fasih berbicara dalam bahasa Jerman. Wasis. Satu persatu gelaran disajikan.

Tari Bali sebagai tari persembahan dan ucapan selamat datang kepada tamu begitu memukau. Kerlap-kerlip warna kostum yang indah, gerakan dan musik yang rancak ... memanjakan tamu yang baru saja meletakkan pantat. Tamu-tamu dari Jerman dan Indonesia, mulai dari tua sampai bayi ada. Lengkap. Mereka khidmat menikmati panggung Indonesia.

Dari Bali, penonton diajak ke Kalimantan. Musik khas yang mengingatkan saya pada musiknya suku Indian itu memesona. Meski penarinya tunggal. Tarian Enggang menggambarkan burung Rangkong, biasa ditarikan wanita muda kinyis-kinyis.

Indonesia atas ke Indonesia tengah. Jawa Barat. Gemulai jaipong mulai menggetarkan panggung. Tiga pemudi begitu cantik dengan kebaya, sarung dan selendang. Dari wajah dan gerakan, mustahil kalau mereka tidak punya bakat menari.

Nah, dekat pulau Bali adalah Jawa. MC mempersilakan para niyaga kembali hadir di depan panggung bawah, demi memamerkan lagi musik Jawa. Satu yang menarik, salah satu niyaga masih muda. Karawitan adalah ekstrakurikuler yang ada di SMP, SMA atau universitas. Memang tersedia sanggar khusus. Ketertarikan dan ketrampilan memainkan salah satu, salah dua atau salah banyak dari instrumen tradisional itu tentunya menjadi kebanggaan tersendiri. Terlihat si pemuda mengajarkan cara memainkannya kepada anak-anak penonton saat acara dihentikan untuk makan malam.

Memainkan alat musik modern yang bukan dari Indonesia tetap menggugah. Lihat saja bagaimana seorang pemuda bermain alat musik gesek, biola. Meski bukan setradisional sitter, alunannya menyayat hati dan Indonesia banget. Betul. Lagu yang ia mainkan adalah „Indonesia Tanah Air Beta“ dan mahasiswi yang mendampingi dengan keyboard menyanyikan “Manuk Dadali“ dan “Gundul-Gundul Pacul“. Meski lafal Jawanya kurang pas tetap saja, lagunya menghibur kami dan mendapat applaus meriah dari hadirin. Bravo!

Berlanjut ke mode show. Pengenalan baju tradisional dari beragam propinsi di Indonesia diperagakan mahasiswa dan mahasiswi bukan model artis Indonesia. Walaupun demikian, lenggak-lenggok mereka dari panggung sampai ke lantai di mana penonton duduk di bagian belakang dekat pintu keluar, sangat menarik. Bahkan beberapa penonton bertanya:

“Ini dari daerah mana?“

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun