Haha... Aku tak canggung meski baru pertama kali itu ketemu. Bergaya layaknya profi. Kuajak Fabio masuk, duduk di sofa. Kubuatkan teh Stroberi Eilles untuknya. Kudengarkan cerocos yang sebenarnya aku sendiri tak peduli. Berkali-kali kuamati arlojiku. Bisa jadi karena aku bosan pada kalimat-kalimat Fabio, sekaligus mengira-ira berapa harga benda pemberian teman kencanku itu.
Setengah jam. Arghhhh... Kenapa jarum jam jalannya lelet banget sih? Aku tak sanggup. Kuajak Fabio jalan keluar. Alasannya makan dan aku yang nggak bisa masak, lebih suka akrab dengan resto. Mobil Porsche Carera warna putih milik Fabio diparkir di depan garasi Hotel. Kami jalan kaki ke Ristorante. Habis itu, belanja! Mumpung Fabio ada di sini. Ia akan menginap di kamar nomor 21.
Dua jam kemudian,tas- tas belanja dari kertas itu bergelantungan di tangan Fabio yang tampak keriput. Ia rela bawain. Aku bagai Shopping queen dijagai pengawal paling ganteng sedunia. Halahhh ... Enak sekali rupanya kencan sama follower tweeterku ini. Nggak reseh, mesra dan suka kasih-kasih. Bukan tipe pria pelit, pemuja wanita yang hobi jeng-jeng sepertiku.
Ohh... Hari sudah malam. Kami kembali ke hotel. Setelah mandi, baru kusuruh Fabio berendam ...sementara aku dandan yang cantik dan wangi, untuk kebahagiaan semu kami di ranjang bertirai itu.
***
Tak terasa hari sudah pagi. Aku bukan bangun di kamar hotel yang indah no. 21 tapi di kamar yang dingin dan penuh jeruji. Suara sesenggukan di kantor Polizia itu keluar dari tenggorokanku. Seingatku, tadi malam, mereka menginterogasiku. Menanyaiku tentang kejadian semalam. Fabio, pria 60 tahun itu, mati terendam di kamar mandi ... Di kamar no.21!!! (G76).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H