Waldstraße 1000
78532 Tuttlingen
Evangelische Kirchengemeinde Rietheim
Rathausplatz 1
78604 Rietheim-Weilheim
Tuttlingen, 15.4.2016
Sehr geehrter Damen und Herren,
in den Südfinder Nachrichten am 30.März 2016, las ich, dass Sie eine (n) Erzieher (in) oder Kinderpfleger (in) als Krankheitsvertretung bis 100% einstellen wollen.
Ich bewerbe mich bei Ihnen als Kinderpflegerin, weil ich glaube, die dafür notwendigen Voraussetzungen mitzubringen.
Nach dem Abitur studierte ich an der UNDIP Polytechnikums, Fach Sekretärin. Ich lernte die Grundlagen wie man im Büro arbeitet, zum Beispiel am Computer. Danach, habe ich am Institut für Lehrerbildung und Pädagogik IKIP PGRI Semarang, Fakultät: Pädagogik studiert. Anschließend, verbrachte ich 4 Jahre an der Universität Semarang, Fakultät: Pädagogik.
Ich habe 6 Jahre Praktische Erfahrung als Erzieherin an der Kiga Hj. Isriati Semarang und Kiga Al-Azhar MMK Pedurungan Semarang, Indonesien.
Meine Persönlichen Stärken sind Freude am Umgang mit Kindern, Kreativität, Freundlichkeit und Loyalität.
Über Ihre Einladung zu einem Vorstellungsgespräch würde ich mich sehr freuen.
Mit freundlichen Grüßen
Gaganawati Stegmann
Anlagen:
- Lebenslauf
- Zertifikaten
- Bescheinigungen
Terjemahan bebas:
Gaganawati Stegmann
Waldstraße 1000
78532 Tuttlingen
Evangelische Kirchengemeinde Rietheim
Rathausplatz 1
78604 Rietheim-Weilheim
Tuttlingen, 15.4.2016
Dengan hormat Bpk/Ibu,
Sesuai dengan informasi adanya lowongan pekerjaan di TK Rietheim yang saya baca di koran mingguan Südfinder pada tanggal 30 Maret 2016, Bapak/Ibu membutuhkan seorang guru TK atau seorang asisten guru sebagai karyawan pengganti di masa cuti/sakit atau full time. Adapun bagian yang saya ingin lamar adalah sebagai asisten guru.
Sebagai informasi, usai lulus SMA, saya kuliah di D1 UNDIP jurusan sekretaris. Di sana, saya mempelajari ketrampilan bekerja di kantor, antara lain mengoperasikan komputer. Setelah itu, saya melanjutkan kuliah di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Semarang, fakultas pendidikan. Pendidikan terakhir saya adalah program magister pendidikan, fakultas pendidikan di Universitas Negeri Semarang, selama 4 tahun.
Pengalaman mengajar saya adalah sebagai guru TK selama 6 tahun di TK Hj. Isriati Semarang dan TK Al-Azhar MMK Pedurungan Semarang, Indonesia.
Saya adalah pribadi yang dekat dengan anak-anak, kreatif, ramah dan loyal. Senang sekali jika Bapak/Ibu memberikan kesempatan wawancara kepada saya.
Hormat saya,
Gaganawati Stegmann
Lampiran-lampiran:
- Daftar riwayat hidup
- Sertifikat-sertifikat
- Surat rekomendasi/keterangan kerja
NOTE:
PR dari ibu guru saya yang cantik, Frau Müller. Awalnya, kami disuruh mencari potongan lowongan kerja di koran. Karena nggak langganan yang harian tapi dapat gratisan koran mingguan, ya itu aja deh. Dari situ, kami harus membuat surat lamaran pendek, yang tidak bertele-tele. Orang Jerman suka tas-tes, direct dan time is relax (suka santai bersama keluarga daripada lembur kerja, katanya ... wong kerja keras pajaknya banyak dibagi-bagi ke semua orang yang membutuhkan).
Pernah saya tanya, mengapa saya tidak dianjurkan untuk menjelaskan Fakultas pendidikan bahasa dan seni. Kata bu guru yang sudah lebih dari 10 tahunan mengajar di Jerman; itu tidak menarik. Orang Jerman akan tanya; apa itu bahasa dan seni? Bikin pusing. Nggak penting kan? Kalau pendidikan kann menarik. Lah wong mau jadi guru berarti harus ada hubungannya dengan pendidikan atau Pädagogik. Tips itu membuat saya menganggukkan kepala. Ohhh ... gituuuu ... berarti ibu mendukung untuk sedikit mempermanis surat dengan tidak menyebutkan secara lengkap tapi yang perlu saja (ein Butter schmieren).
Sama halnya dengan pengalaman saya mengajar di universitas, dianggap tidak perlu disebutkan dalam surat. Toh dalam CV akan tertera juga.
Ada lagi soal ketrampilan. Di jurusan sekretaris, saya pernah mempelajari mengetik 10 jari dengan ujian mata ditutup. Kata si ibu, itu maaaah model jadul, nggak usah dipamerin. Sangat tidak menarik. Sekarang orang jarang pakai mesin ketik tapi komputer! Hahahaaaa maluuuu dikatain kuno.
Sebagai tambahan, untuk menjadi guru TK Jerman tidak semudah waktu saya di tanah air. Banyak kepala sekolah rebutan agar saya memilih TK mereka, akhirnya ya ndobel. Di Jerman lain, meski saya ada akta mengajar IV (SIM mengajar ala Indonesia dari institut keguruan) yang diterjemahkan ke bahasa Jerman oleh penerjemah tersumpah dan ditandatangani plus stempel kedutaan Jerman di Jakarta serta pengalaman mengajar saya selama 10 tahun (6 tahun TK dan 4 tahun di universitas) di Indonesia, tetap harus menjalani semacam tes dari Diknas regional agar saya diijinkan mengajar. Tidak hanya itu, ada persiapan formalitas seperti sertifikat bahasa Jerman C2. Halahh ... B2 saja belum kelaaaar, kapan sampainya? Arghh ... Saya mengerti karena itu adalah sekolah formal, meski hanya taman kanak-kanak. Lain ladang, lain paculnya. Jangankan kelengkapan yang itu, lah nglamar saja pasti ditolak.
Oh, ya. Beda dengan persyaratan mengajar di LPK pemerintah di Jerman, VHS-Volkshochschule Tuttlingen, sekolah non formal. Sertifikat bahasa Jerman dan tes diknas tidak perlu. Pak direktur percaya saya sanggup mengajar bahasa Inggris dengan bahasa pengantar Jerman. Dua tahun ini, saya membuktikannya, pakdir puas dan para murid ketagihan (halaaaah gayaaa). Begitu pula dengan pengalaman melamar kerja di lembaga bimbel bahasa Inggris, lebih mudah.
Baiklah, selamat melamar pekerjaan dengan menggunakan bahasa Jerman. Viel Glück!(G76).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H