Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Belajar Bahasa Jerman: Contoh Surat Lamaran Kerja Berdasarkan Iklan

12 Mei 2016   16:43 Diperbarui: 12 Mei 2016   17:01 2523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

NOTE:

PR dari ibu guru saya yang cantik, Frau Müller. Awalnya, kami disuruh mencari potongan lowongan kerja di koran. Karena nggak langganan yang harian tapi dapat gratisan koran mingguan, ya itu aja deh. Dari situ, kami harus membuat surat lamaran pendek, yang tidak bertele-tele. Orang Jerman suka tas-tes, direct dan time is relax (suka santai bersama keluarga daripada lembur kerja, katanya ... wong kerja keras pajaknya banyak dibagi-bagi ke semua orang yang membutuhkan).

Pernah saya tanya, mengapa saya tidak dianjurkan untuk menjelaskan Fakultas pendidikan bahasa dan seni. Kata bu guru yang sudah lebih dari 10 tahunan mengajar di Jerman; itu tidak menarik. Orang Jerman akan tanya; apa itu bahasa dan seni? Bikin pusing. Nggak penting kan? Kalau pendidikan kann menarik. Lah wong mau jadi guru berarti harus ada hubungannya dengan pendidikan atau Pädagogik. Tips itu membuat saya menganggukkan kepala. Ohhh ... gituuuu ... berarti ibu mendukung untuk sedikit mempermanis surat dengan tidak menyebutkan secara lengkap tapi yang perlu saja (ein Butter schmieren).

Sama halnya dengan pengalaman saya mengajar di universitas, dianggap tidak perlu disebutkan dalam surat. Toh dalam CV akan tertera juga.

Ada lagi soal ketrampilan. Di jurusan sekretaris, saya pernah mempelajari mengetik 10 jari dengan ujian mata ditutup. Kata si ibu, itu maaaah model jadul, nggak usah dipamerin. Sangat tidak menarik. Sekarang orang jarang pakai mesin ketik tapi komputer! Hahahaaaa maluuuu dikatain kuno.

Sebagai tambahan, untuk menjadi guru TK Jerman tidak semudah waktu saya di tanah air. Banyak kepala sekolah rebutan agar saya memilih TK mereka, akhirnya ya ndobel. Di Jerman lain, meski saya ada akta mengajar IV (SIM mengajar ala Indonesia dari institut keguruan) yang diterjemahkan ke bahasa Jerman oleh penerjemah tersumpah dan ditandatangani plus stempel kedutaan Jerman di Jakarta serta pengalaman mengajar saya selama 10 tahun (6 tahun TK dan 4 tahun di universitas) di Indonesia, tetap harus menjalani semacam tes dari Diknas regional agar saya diijinkan mengajar. Tidak hanya itu, ada persiapan formalitas seperti sertifikat bahasa Jerman C2. Halahh ... B2 saja belum kelaaaar, kapan sampainya? Arghh ... Saya mengerti karena itu adalah sekolah formal, meski hanya taman kanak-kanak. Lain ladang, lain paculnya. Jangankan kelengkapan yang itu, lah nglamar saja pasti ditolak. 

Oh, ya. Beda dengan persyaratan mengajar di LPK pemerintah di Jerman, VHS-Volkshochschule Tuttlingen, sekolah non formal. Sertifikat bahasa Jerman dan tes diknas tidak perlu. Pak direktur percaya saya sanggup mengajar bahasa Inggris dengan bahasa pengantar Jerman. Dua tahun ini, saya membuktikannya, pakdir puas dan para murid ketagihan (halaaaah gayaaa). Begitu pula dengan pengalaman melamar kerja di lembaga bimbel bahasa Inggris, lebih mudah.

Baiklah, selamat melamar pekerjaan dengan menggunakan bahasa Jerman. Viel Glück!(G76).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun