Pagi-pagi. Habis anter anak sekolah, makan pagi bareng suami dan bersih-bersih, saya cek HP. Email, WA, BB, FB, Twitter ... halahhhh ... banyak banget, sih? Nggaya.
Waktu lihat twitter, ada info dari Liputan 6 yang menarik. Wihhhh ada orang mengembalikan tas berisi uang. Jaman sekarang? Aneh bin ajaib. Aneh tapi nyata. Tas yang ditemukan di sebuah stasiun sebuah kota di Barcelona, Spanyol itu menyerahkan kepada petugas dan belakangan, seorang wanita mengabarkan bahwa dirinya kehilangan tas berisi sekitar 8000€! Kira-kira kalau dirupiahkan ada, ya Rp 120.000.000. Banyak kann? Untung setelah diproses, si ibu boleh mengambil uang yang jadi haknya. Sayangnya, petugas tidak mencatat identitas si orang yang kembaliin tas yang bukan miliknya. Padahal si ibu pengen berterima kasih dan ingin memberikan imbalan kali ya?
Barcelona. Kota yang pernah saya explore sendirian itu memang besar. Selama di sana, tidak ada kejadian yang tidak mengenakkan. Lancar, aman, nyaman. Tapi ... cerita dengan tas tadi itu lho ... senang ada orang yang di jaman susah ini, kok masih mau mengembalikan barang berharga kepada petugas dan diteruskan kepada pemiliknya. Jadi ingat Malaikat?
Pengalaman kehilangan barang dan dikembalikan
Saya memang yakin, masih banyak manusia berhati malaikat yang ada di sekitar kita. Di manapun di belahan bumi ini. Kalau tadi di Barcelona, saya mengalami sendiri di Antalya, Turki. Waktu itu saya lagi-lagi, pergi sendirian. Ada meeting LSM yang harus saya hadiri, setelah meliput Jakjazz di Jakarta. Nah, karena bawa notebook tanpa tas dengan tali, jadinya ditenteng gitu. Welehhhh ... Kehilangan notebook sampai dua kali, teman-temannnn. Padahal masih muda banget waktu itu. Otaknya sudah penuh, overload.
Pertama, notebook ketinggalan di bus. Setelah tiba di bandara Istambul, saya cari pesawat lokal last minute, menuju Antalya. Keluar dari bandara Antalya, saya cari bus ke hotel tempat pertemuan. Nggak tahu kenapa, tas laptop saya taruh di board di atas kepala, bukan didekap. Emang bonekaaa. Laahhh karena sudah capek, gelap dan lapar ... lupalah saya, turun tapi notebook nggak dibawa! Baru ingat setelah satu jam di hotel. Untungnya panitia kasih bantuan menelpon bus yang bersangkutan. OMG! Berjasanya tiket sak upil yang masih ada di kantong jaket! Coba kalau asal buang, pasti celaka dua belas nggak tahu bus namanya apa nomor berapa, kann? Nah, setelah ditelpon, si sopir bus bilang akan mampir ke hotel pagi-pagi buat kembaliin laptop. Lhooo ... bukannya saya yang punya harus ke sana, pak? Benarlah, pagi-pagi di meja receptionist sudah ada notebook. Sayang, bapak sopir sudah pergi. Nggak sempet terima kasih atau kasih imbalan. Saya doakan bapak murah rejeki, sehat, bahagia dan panjang umur.
Kedua, ketinggalan di desk sebuah maskapai dan dikembalikan oleh seorang petugasnya. Setelah mengecek kebenaran data saya.
Spanyol ada orang baik yang kembaliin barang temuan, Turki juga. Ternyata, di Jerman juga ada lho. Saya alami waktu saya punya XDA dari Indonesia yang waktu itu dibandrol 8 juta rupiah. Ceritanya, saya ikut kursus bahasa Jerman B1 di Tuttlingen. Waktu ke toilet, saya taruh HP di meja, di dekat jendela. Lima jam kemudian, saya mau pulang, dicegat sama sekretaris tempat kursus. Katanya, ia nemu HP. Dalam display layar ada nama saya. Makanya, dikembalikan. Ia berpesan untuk berhati-hati. Kali itu dia yang nemuin dan kembaliin. Kalau orang lain dan tidak dikembalikan, apa kata duniaaa?
Apakah hanya di kota kecil Jerman? Di kota sebesar Stuttgart juga mungkin terjadi. Suatu hari kami jalan-jalan sekeluarga. Waduuuuh, sudah anaknya banyak dan waktu itu masih kecil-kecil. Lenong rumpi deh, rameeee ... mungkin saja waktu itu suami saya stress. Habis jalan-jalan, dia ambil mobil dari parkir di pinggir jalan. Nah, karena dompetnya ada di saku celana belakang, nggak asyik kann kalau duduk waktu nyopir serasa ngeganjal? Diambillah dompet itu dan tak sadar, menaruhnya di atap mobil! Saya nggak perhatiin, kann sibuk naliin ikat pinggang anak-anak di kursi. Repot sendiri. Hmmm ... dompet masih di atap, mobilnya jalan. Barangkali itu dompet terlempar dari mobil dan jatuh. Penemunya adalah seorang lansia yang mengembalikan dompet ke seorang receptionist di sebuah gedung bioskop, deket tempat parkir. Si receptionist menghubungi suami, lewat kartu nama yang ada di dalam dompet. Kami pun datang menjemput dompet. Sayang, si penemu tidak meninggalkan nama dan alamat! Akhirnya bingkisan parcel untuk si bapak, kami serahkan kepada receptionist ketimbang dibawa pulang.
Menemukan barang? Kembalikan, ya Nak!
Kalau menemukan barang, anak-anak suka bilang mau dibawa pulang. Saya ingatkan bahwa yang kehilangan pasti bingung carinya. Bayangkan kalau dia sendiri yang kehilangan barang dan tidak kembali. Sedih kann? Jadi kalau nemu barang, mending dikembalikan. Kalau tidak tahu, serahkan ke bagian yang ngurusi. Di Jerman ada kotak “lost and found“ seperti di bandara. Mulai dari taman kanak-kanak, SD sampai di kampung. Di majalah kampung yang datang mingguan, ada pengumuman barang apa saja yang ditemukan dan bagi yang kehilangan diharap menghubungi petugas. Asyik kann?