Join Billionsigns
Tanda dua jari biasa dipakai untuk menggambarkan 'victory' atau 'peace'. Kemenangan atau perdamaian itu tidak melulu politik lho yaaaa. Ingat nggak? Gaya selfie dengan dua jari amat biasa diperagakan oleh para nonik Jepang atau malah... Kompasianer. Eh! Iyaaaa. Belakangan, hampir semua orang Asia gayanya gitu. Betul, dua jari! Ya, gitu, deh... Kalau ada sesi foto bareng, nggak sadar... tangannya nggak mau diem, gayanya 'V, peace!'
Sebenarnya, saya bukan termasuk golongan yang suka selfie. Welehhh nggak PD. Model madul... wajah nge-pressed. Kalau saya sering selfie nanti pada muntah kaaaan. Beda kalau saya sudah dandan, jiahh... apalagi pakai baju tari, wissss... mangkat! Ndadi!
Asyiknya kalau wefie, rame-rame... Nggak kelihatan, dislamurke aka tersamar. Konsentrasi mata tidak hanya amatan pada satu wajah. Hahaha... aman.
If I were Obama
Sudah lihat video di youtube berjudul “If I were Obama“ belum? Kristjan yang bikin clip. Musik yang mendramatisasi video itu berjudul “Aviators“ dari Helen Jane Long. Ceritanya, film dibuka dengan berjalannya presiden AS, Obama dengan beberapa pengawal. Di kamar, ia berpikir tentang perang dan akibatnya. Slide demi slide berganti. Mirisssss, lihat video medan perang, tangisan anak-anak yang tidak berdosa sebagai korban perang dan masih banyak lagi... OMG!
Simak pula kalimat demi kalimat yang mak jleb... (Meski ada beberapa kalimat yang nggak ngeh, ngomong opoooo... Saya coba tulis, deh)
“Imagine a kid in a warsame. Miles away from a comfortable home. Not educated but smart enough to survive on a zone. Falling a sleep in a lullaby of bullets, boms and blast stoffs. I can flip their mind dying to be grown. We pay billions to against war, but what if people stand up to support? Ensure these children that it isn’t just a hate war is made up. No matter what others believe, I believe in a humanity. So many different identities, but physically, the same kind. We don’t have a natural enemy besides the human mount. If war means striving for a better society, why do we let our kids get victimized by. Man kind doesn’t need a war in order to survive. So, why don’t we put all our different .... Show your signs and clear the road for our future. A loving, caring and peaceful child.“
Kira-kira, terjemahan asal-asalannya; “Bayangkan seorang anak hebat/pemberani dalam suasana perang. Jauh dari tempat berteduh yang aman. Mereka tidak berpendidikan tapi cukup cerdas untuk menyelamatkan diri dari zona tidak nyaman. Tertidur di antara desing peluru, ledakan bom dan bahan peledak lainnya. Saya pikir mereka tidak punya masa depan. Kita bayar bilyunan uang untuk aksi anti perang tapi bagaimana seandainya orang-orang bersatu dan kasih dukungan? Yakinkan anak-anak tersebut, bahwa perang tidak hanya meninggalkan kebencian. Apapun yang orang percayai, saya tetap percaya akan adanya nilai-nilai kemanusiaan. Orang-orang di dunia ini beda fisik tapi sebenarnya, semuanya sama. Kita tidak punya musuh selain manusia itu sendiri. Jika perang dimaksudkan untuk menciptakan masyarakat dunia yang lebih baik, mengapa kita membiarkan anak-anak jadi korban? Manusia tidak butuh perang untuk menyelamatkan diri. Jadi, mengapa kita memikirkan perbedaan...? Tunjukkan tanda dua jari dan bersihkan jalanan demi masa depan anak-anak sedunia. Anak yang penuh cinta, sayang dan damai.
Satu Foto Perdamaian = 1 Sen
Adalah @billionsigns. Twitter milik sebuah website charity itu mengajak berteman. Siapa ya? Hmm... karena heran, saya bukalah lapaknya. Ternyata! Website ada kerjasama dengan beberapa perusahaan selaku sponsor proyek untuk anak-anak korban perang. Kesepakatan yang dibuat adalah, satu foto yang di upload di web mereka dihargai satu sen. Sejauh ini, sudah ada 200-an artis dari seluruh dunia. Sebut saja: Robbie Williams dan Anggun Cipta Sasmi. Nah, uang yang terkumpul diberikan kepada organisasi di Belanda, War Child Holland. Organisasi tersebut memiliki kegiatan di 12 negara yang rawan konflik seperti Syria, Iraq, Afghanistan, Burundi, Colombia, Congo, Lebanon, Palestina, Sudan Selatan, Sri Lanka, Sudan dan Uganda. Programnya antara lain dukungan psikososial, edukasi dan perlindungan pada anak-anak yang tentu saja mengalami trauma, depresi dan menjadi agresif akibat kekerasan dalam perang yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Lain sekali dengan kehidupan anak-anak lain yang hidup di negara atau keluarga yang harmonis....
Oh, ya. Selain perusahaan yang sudah menjadi sponsor, kini mereka mencari perusahaan lain yang ingin bergabung. Perusahaan Kompasianerkah itu? Logo sponsor akan dipasang di web (seperti mobypicture, takeaway.com, rituals, brandnewday, ST., Classylife).
Mau tahu alamat LSM, biar mantab? Stichting War Child, Helmholzstraat 61-G, 1098 LE Amsterdam, The Netherlands.
Pasang Fotomu Sekarang Juga
Ohhhh jangan diam saja. Tunggu apa lagi? Ambil kamera HP, pocket atau DSLR dan bergayalah dengan dua jari. Upload di Twitter atau Facebook-mu dengan menge-tag @billionsigns di Twitter atau #billionsigns di Facebook. Saya sudah dukung proyek Billionsigns ini. Kompasianer? Sekarang ya, jangan nanti-nanti, pasti lupa!
Karena aksi ini berskala internasional, nggak ada salahnya tampilkan identitas kedaerahan atau kenegaraan. Istimewaaa. Sekalian promosi Indonesia. Iya, nggak?
Menyebar Virus Photo Billionsigns
Sengaja saya pilih baju Srikandi daripada baju tari Belibis, Bali hadiah dari Kompasianer Eberle. Selain saya dari Jawa, Srikandi kannn tokoh wayang yang pinter di medan perang tapi justru dalam aktivitas ini, mendukung anti perang karena korbannya juga anak-anak. Stop war, no war. Walahhhhh. Dari mahkota yang kegedean, dandan ekstra cepat karena harus segera bersih-bersih rumah dan masak, serta tongfie yang entah mengapa kok pegangannya malah rusaaaak... jadi deh foto selfie. Setelah beberapa take, diambil yang terbaik (halah kok, koyok artis wae tho Gan .... Haha).
Nah, dari twitter dan FB saya tag teman-teman sedunia, meluncur beberapa follower yang berpartisipasi dalam charity Billionsign. Ini dia hasil virusnya (karena upload foto mereka berantakan, di-delete dulu, deh.):
- Thomas di Köln, Jerman
- Ale Tona di Jakarta, Indonesia
- Indy Dipattya di Walikukun, Indonesia
- Sandy WL Satria di Purwodadi, Indonesia.
And where's yours? Act local, think global! Come on, follow us and let's do it. Together, we're strong. (G76)
Ps: Terima kasih kepada Kompasianer yang telah mendukung program charity Klickstarter-Profesor Christopher Basile dari Australia, dalam pembuatan film dokumenter pelukis Indonesia, Kartika Affandi. Hit berhasil mencapai 6000 AUD. Tunggu premiernya di Yogya dan Sydney (atau kota lain di dunia) dalam waktu dekat. Kini, saya tunggu Kompasianer di program charity berikutnya di Billionsigns. Thank you and God bless.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H