Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[My Diary] Cabai Merah

11 April 2016   20:00 Diperbarui: 21 April 2016   03:50 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gaganawati peserta No. 121

[caption caption="Event My Diary Fiksiana Community Dok. FC"][/caption]

 

Dear Diary,

 

Sudah malam. Hari ini ragaku terasa lelah. Memandangi Maja tadi, membuat bebanku terasa ringan. Ohhhh... ingat kata Jule, aku dibilang perempuan berhati seluas samudera. Kalau Jule jadi aku, ia bilang tak sanggup. Aku? Berjalan di mana angin berhembus sajalah. Melawannya akan membuatku sudah jatuh, tertimpa tangga. Perempuan rapuhkah aku, Ry? Sepertinya begitu ....

Sepulang kerja, aku cari titipan Rakesh. Iya, titipan itu ... cabe merah, Ry!

“Annette ... nanti pulang kerja, titip beli lombok, ya? Yang merah ya, jangan yang ijo“ Rakesh telpon kemarin. Suara ngebass-nya merdu. Suara yang biasa aku dengar dari kamar mandi itu, bukan lagi milikku. Suara yang pernah menyingkirkan radio. Hiks.

“Ya, aku akan membelikan untukmu. Sekilo kann?“ Aku sudah tahu adatnya. Titip cabe sebulan sekali. Yang merah, bukan yang hijau. Toko Asia itu memang tak jauh dari kantorku, tapi jauh sekali dari kontrakannya yang baru.

Hahaha. Jule ngakak mentertawakanku, waktu aku pamit pulang kantor buruan sore tadi karena musti nyetir setengah jaman menuju toko Asia yang biasa jualan cabai. Mau-maunya. Tahu kan, Rakesh asli Bangladesh. Ia suka sekali makanan pedas. Beda banget sama makanan Jerman yang ampang nggak ada rasanya. Datar tapi tetap favoritku. Meski lima belas tahun sudah di Jerman, Rakesh nggak mau makan tanpa bumbu pedas. Minggu ini, persediaan cabai di gudangnya habis. Bener. Gudangnya, Ry, bukan gudang kami karena ia sudah tak lagi serumah denganku. Tidak pula dengan Maja. Kami sudah memutuskan untuk jalan sendiri-sendiri. Maja aku yang asuh. Kalau aku berhalangan, Maja ikut papa biologisnya. Pekerja kasar honorer yang gajinya tak sampai seminggu.

Bodoh, kata Jule aku bodoh sekali. Sudah teman lelakiku digondol orang, eee ... masih saja berhubungan dan baik sekali padanya.

“Kalau aku jadi kamu, Nett, sudah kupotong-potong sebesar dadu dan kuramu dengan cabai sepuasku. Bukan pakai cabai merah sekilo, satu kwintal sekalian!“ Jule kalap.  Matanya merah, melotot seperti kepedesan habis makan cabe.

Aku bilang, “Ini demi Maja. Aku ingin membuat Maja bahagia bahwa aku dan Rakesh akur. Ngeri kalau anakku tambah sakit jiwa karena orang tuanya sudah tidak serumah, ditambah ... tidak ada komunikasi di antara kami.“

“Gila. Kamu gila, Annette. Sebagai sahabat. Aku nggak paham sikapmu.“ Jule gusar, meninggalkanku yang masih saja bisa tersenyum. Gurat-gurat keriput sudah mulai tampak nyata di sudut bibir kanan dan kiriku. Tak terasa limapuluh tahunan usiaku. Tidak muda lagi.

Barangkali Jule benar, aku gila tapi sungguh aku tidak stress. Gila karena sekarang, rasa cintaku pada Rakesh seperti kakak pada adik. Rakesh lebih muda 5 tahun dariku. Banyak orang menyindirku, aku suka daun muda. Menurutku, cinta tidak memandang usia, ras dan tetek bengek lainnya yang hanya mematikan benih. Kumbang bebas menghisap madu bunga mana yang ia suka. 

Ry, aku rela ia memiliki kehidupan baru. Kehidupan yang menjanjikan bagi Raju. Dia,  anak lelaki Rakesh dari hubungan gelapnya dengan Sisi, Ry. Orang-orang heran, aku tidak marah pada Sisi. Aku bahkan menyayanginya! Ry, sebenarnya pada awal-awal sebelum Raju ada, aku sudah curiga. Tindak-tanduk Rakesh aneh, Ry. Ia mulai jarang tidur di rumah, alasannya lembur. Padahal, ia tidur di rumah Sisi. Ketika tertangkap basah foto wefie mereka di facebook dan handy, ia mengaku. Tapi ia menolak kalau dikatakan mencintai Sisi. Ia merasa dijebak, Ry. Arghhh ... laki-laki ... sudah dikasih makan di rumah, nyolong juga ikan asin tetangga. Belum juga menikahiku, ia menghamili wanita lain ....

Nggak papa. Aku nggak papa, Ry. Hanya saja Maja nggak bisa sembunyikan rasa kecewanya. Astaga. Papanya menemukan perempuan lain. Yang lebih muda, lebih seksi, lebih menarik dan lebih cantik dari mamanya.

Semua berubah, Ry. Kekecewaan dan kepedihan menghilang. Itu saat Raju lahir. Maja begitu bahagia menimang-nimang adik lain ibu. Aku? Marah? Tidak ... aku empat kali bahagia. Pertama melihat Maja bahagia, Sisi bahagia, Rakesh bahagia dan aku sendiri ... super bahagia melihat ketiganya bahagia.

Ketika aku menimangnya, seakan dunia jadi surga, Ry. Kalau bapak ibu biologisnya salah, bukan berarti ia kena getahnya. Aku tak mau melukai bayi tak berdosa itu dengan merebut Rakesh kembali dan membuatnya jadi anak tanpa ayah di rumah. Biarlah Maja berbagi ayah. Toh, ada aku, ibu yang tak akan pernah dibagi-bagi.

Oh, Ry. Jule juga pernah bilang dia nggak terima. Aneh. Aneh sekali bukan? Aku yang mengalami saja nggak papa. Sahabatku justru yang kebakaran jenggot. Sahabat yang luar biasa memang. Aku beruntung memilikinya dalam hidupku, apalagi di saat separoh sayapku patah. Jule membantuku jiwa raga. Sampai-sampai, ia labrak Rakesh dan Sisi di rumah mereka. Untung Raju belum lahir waktu itu.

Ah, Ry, hidup hanyalah sandiwara. Peranku sudah aku ambil. Aku bersungguh-sungguh untuk itu. Untuk peranku yang ini; mencintai Maja, Rakesh, Sisi dan Raju sesuai adegan masing-masing.

Sudah ya, Ry. Aku ngantuk. Mau tidur, sudah larut. Takut bangun kesiangan. Semoga aku nggak lupa antar sekilo cabai merah untuk Rakesh besok pagi.

 

Malam yang dingin, Senin, 11 April 2016. (G76)

 

P.s: Baca karya peserta lain di Akun Fiksiana Community: Inilah Hasil Karya Peserta Evet My Diary. Silakan bergabung di: FB Fiksiana Community.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun