Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gara-gara Going Abroad Minded

2 Februari 2016   22:40 Diperbarui: 2 Februari 2016   23:24 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lantas, kalau sudah di Jerman gimana? Nangis terus? Ngambek? Yeee ... jangan nanti matanya jelek. Saya mikir, kalau dulu di dalam negeri nggak suka jalan-jalan keliling kota-kotanya, sekarang harus berubah!

Betul, sejak tahun pertama kami pindahan ke Jerman, saya sudah usul suami bahwa kami tiap akhir pekan atau pas liburan atau kapan kek, harus keliling Jerman, dalam negeri. Disempet-sempetin. Kalau perlu kencangkan ikat pinggang untuk dana itu.

Senang. Senang sekali, belahan jiwa saya mengiyakan permintaan. Apalagi suami juga suka traveling. Anak-anak dibawa, deh ....

Beberapa kali, saya juga jalan-jalan dengan teman-teman klub. Setahun sekali. Asik.

Wow. Dari perjalanan itulah, saya punya banyak sekali video dan foto kota-kota Jerman. Ada di dua laptop saya dan dua harddisk extra yang sedang ditransfer ke server biar nggak raib. Banyaaaaak sekali ternyata. Begitu pula cerita atau kesan tentang kota yang memiliki pesona tersendiri. Misalnya Trier sebagai kota tertua Jerman, keindahan sekitar Konstanz, menariknya kota pujangga Goethe (Weimar dan Leipzig) atau sibuknya ibukota Jerman, Berlin.

Memang sesal kemudian tiada guna. Kalau dulu hanya nguplek di Indonesia bagian poros tengah alias Jawa dan Bali saja, saya bisa ke Jerman bagian selatan, bagian utara, bagian timur dan bagian barat. Memang belum semua kota, kami pilih yang menarik saja. Perjalanan kami, belum selesai. Tidak akan pernah selesai.

Menyesali bahwa saya tidak pernah menjelajahi kota-kota di Indonesia karena going abroad minded tadi, tidak ada gunanya. Harus ada hikmah yang saya ambil dan memperbaiki agar tak lagi terjadi.

Menyusuri kota-kota Jerman bersama keluarga rupanya semakin asyik. Kalau suami capek nyopir saya yang tadinya ngenek, ganti jadi sopir. Gantian. Jika kotanya padat, naik transportasi umum, nyaman dan murah meriah.

Lahirnya "Exploring Germany"

Selama jalan-jalan di Jerman sepuluh tahun itulah, saya berhasil mengabadikannya sebagai sebuah buku. Kok bisa? Jalannya berkelok. Kalau nggak sabar, tak bakalan kesampaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun