Ada pepatah Jerman yang mengatakan; Was man verspricht muss man auch halten, kalau orang berjanji harus ditepati. Tampaknya ini yang saya pegang erat-erat. Betapa tidak. Pasca lomba kartu pos berisi puisi ke Jerman tahun 2014 yang diadakan bersama Fiksiana Community, ada yang komentar “Haaah, dipamerkan di Jerman tahun 2016, nggak kelamaan tuh?“ Sepertinya, ada kekhawatiran orang kalau ide saya tidak akan nyata atau akal-akalan atau apa kali ya? Adu-du-duuuhh. Atau ada yang bilang, “Hobby kok, ono-ono wae, kurang gawean“ (ada-ada saja, hobinya. Kurang kerjaan.). Ihhh ... gemes kaaaaann? Namanya juga usaha, baaaaanggg. Mbok bennn ... biarin.
Ternyata oh ternyata ... tahun 2016 itu cepet banget. Life is so short. Dan pameran itupun berhasil dilaksanakan! Meski melenceng dari rencana semula yang seharusnya bersatu dengan pameran ribuan kartu pos semua koleksi saya (yang masih dipending museum setempat, waiting list).
Setidaknya, sudah saya pamerkan kartu pos para pengirim yang ikutan dalam lomba itu pada hari Sabtu, 9 Januari 2016 di restoran Sternen di Obere Haupstraße 23, Seitingen-Oberflacht, Jerman mulai pukul 18.00 – 02.30. Acara bertajuk “Indonesien, Paradise der 1000.Inseln“ (Indonesia, surga ribuan pulau). Legaaaa ....
Kartu pos berisi puisi
Naaahhh ... Ada yang tanya kartu pos (isi puisi) milik siapa saja yang dipamerkan sekaligus dibacakan?
Kategori kartu pos dengan puisi terbaik:
1. Selsa – Temanggung (Judul: Indonesia)
2. Rahab Ganendra – Jakarta (Judul: Tanah Merdeka)
3. Yuni Astuti – Solo (Judul: Indonesiaku)
Kategori kartu pos tercepat (datang pertama kali di Jerman dengan kartu pos tercatat): Devi Novianawati – Klaten