Makanya, kalau tidak belajar bahasa Jerman berarti tak bisa integrasi di negeri Jerman hingga akan mendapat banyak kesulitan. Para pengungsi atau siapapun yang berniat tinggal di Jerman harus belajar bahasa Jerman karena bahasa Inggris kadang tidak berguna.... Ada wacana bahwa pemerintah Jerman akan memulangkan pengungsi yang tidak mau segera mengikuti kursus bahasa Jerman.
Akhirnya, setelah dua jam antri, anak kami dipanggil. Eeee ... sudah masuk, anaknya mau duduk dan mau diperiksa lalu mau disuntik malah nggak jadi dicabut giginya karena nangis kejer. Katanya tiba-tiba berubah takut.
Memang di Jerman, dokter gigi di kota manapun bilang berkali-kali bahwa mereka tidak boleh memaksa anak untuk melakukan praktek apapun kalau anaknya nggak mau. Meski orang tuanya yang maksa dokter, tetap tidak bisa. Buka mulutpun kalau sudah tidak mau dengan berbagai cara, tidak boleh dipaksa. Finish!
Haaa ... ya sudah.
Pulangnya, saya pesan lagi ke anak-anak. Jangan meniru mamanya yang waktu kecil malas sikat gigi dan periksa dokter. Tuanya tanam gigi-gigi yang harganya bisa ditukar mobil. Mereka juga punya resiko tinggi sakit gigi karena suka yang manis-manis. Memang mereka tak lupa sikat gigi dua kali sehari, periksa gigi rutin minimal setiap 6 bulan sekali tapi mungkin kurang ... saya kurang awas kalau habis makan manis lupa disikat tak perlu menunggu nanti-nanti (pagi setelah makan pagi dan malam sebelum tidur).
Nggak asyik ah, sakit gigi, apalagi di akhir tahun. Selamat menyongsong tahun baru, semoga giginya nggak bermasalah. Kesehatan memang nomor satu, lainnya menyusul. Semoga tetap sehat dan bahagia di tahun 2016. (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H