Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Akhir Tahun; Dokter Gigi Jerman Tutup, Antrian Dokter Pengganti Penuh!

30 Desember 2015   18:23 Diperbarui: 30 Desember 2015   18:57 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makanya, kalau tidak belajar bahasa Jerman berarti tak bisa integrasi di negeri Jerman hingga akan mendapat banyak kesulitan. Para pengungsi atau siapapun yang berniat tinggal di Jerman harus belajar bahasa Jerman karena bahasa Inggris kadang tidak berguna.... Ada wacana bahwa pemerintah Jerman akan memulangkan pengungsi yang tidak mau segera mengikuti kursus bahasa Jerman.

Kembali lagi soal cerita gigi. Itu tadi suasana akhir tahun di Jerman, saat praktek dokter gigi semuanya tutup! Wah ... bagaimana kalau di Indonesia semua dokter gigi di kota-kota pada libur dua minggu di akhir tahun seperti di Jerman? Bisa-bisa gelar tikarrrr ....

Akhirnya, setelah dua jam antri, anak kami dipanggil. Eeee ... sudah masuk, anaknya mau duduk dan mau diperiksa lalu mau disuntik malah nggak jadi dicabut giginya karena nangis kejer. Katanya tiba-tiba berubah takut.

Memang di Jerman, dokter gigi di kota manapun bilang berkali-kali bahwa mereka tidak boleh memaksa anak untuk melakukan praktek apapun kalau anaknya nggak mau. Meski orang tuanya yang maksa dokter, tetap tidak bisa. Buka mulutpun kalau sudah tidak mau dengan berbagai cara, tidak boleh dipaksa. Finish!

Haaa ... ya sudah.

Pulangnya, saya pesan lagi ke anak-anak. Jangan meniru mamanya yang waktu kecil malas sikat gigi dan periksa dokter. Tuanya tanam gigi-gigi yang harganya bisa ditukar mobil. Mereka juga punya resiko tinggi sakit gigi karena suka yang manis-manis. Memang mereka tak lupa sikat gigi dua kali sehari, periksa gigi rutin minimal setiap 6 bulan sekali tapi mungkin kurang ... saya kurang awas kalau habis makan manis lupa disikat tak perlu menunggu nanti-nanti (pagi setelah makan pagi dan malam sebelum tidur).

Nggak asyik ah, sakit gigi, apalagi di akhir tahun. Selamat menyongsong tahun baru, semoga giginya nggak bermasalah. Kesehatan memang nomor satu, lainnya menyusul. Semoga tetap sehat dan bahagia di tahun 2016. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun