Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Plätzchen, Kek Khas Natal Jerman

14 Desember 2015   15:47 Diperbarui: 14 Desember 2015   15:56 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

penghias (sesuai selera; bisa biji-bijian, meses, gula-gula warna-warni, marzipan ...)

Sepercik garam

Caranya:

  1. Masukkan semua bahan ke dalam baskom, aduk dengan mixer sampai bercampur.
  2. Pemilihan margarin atau butter akan mempengaruhi rasa dan kekerasannya. Margarin akan membuat kek lebih rapuh. Mentega (butter) membuatnya lebih keras dan rasanya beda.
  3. Taburkan tepung terigu pada bawah (alas tempat menggiling) dan atas pada adonan waktu digiling supaya tidak lengket. Gilingan jangan terlalu tipis agar tidak mudah rusak waktu dipindah ke loyang oven. Kira-kira 1 cm kali yaaa ....
  4. Ambil cetakan yang dipilih, tekan dan pindahkan ke loyang.
  5. Olesi hasil cetakan dengan kuning telur, pakai kuas. Saya suka yang dari silikon karena dari rambut/bulu biasa ada yang tertinggal.
  6. Hiasi dengan bahan yang diinginkan, misalnya meses coklat.
  7. Masukkan hasil cetakan ke bagian tengah oven (yang sudah dipanaskan 160 derajat).
  8. Tunggu sampai 15-20 menit sampai kek berwarna keemasan. Jangan sampai gosong, bisa pahit.
  9. Jika sudah, angin-anginkan sampai dingin.
  10. Masukkan ke dos yang bersih, tutup.
  11. Selamat menikmati kapanpun Kompasianer ingin melahapnya, bersama kopi atau teh pun jadi. 

Note: banyak resep dengan takaran tepung-gula-butter/margarin yang berbeda. Hasilnya juga beda.

Sejarah Plätzchen

Plätzchen berasal dari kata Platz atau tempat yang datar. Di Jerman, penggunaannya lazim ditemukan pada kosa kata seperti Spielplatz (tempat bermain) atau Parkplatz (tempat parkir). Chen biasanya menjadi suffix, akhiran kata benda yang kecil dan manis seperti Kaninchen (kelinci), Hanchen (ayam goreng), Häschen (kelinci), Stuhlchen (kursi kecil), Mänchen (manusia kecil), Punktchen (titik kecil), Brötchen (roti kecil) .... Hampir serupa dengan penggunaan suffix – lein di Jerman.

Lalu, juga mengingatkan saya pada pemakaian san dan chan untuk panggilan di Jepang. San untuk orang yang dihormati dan chan untuk orang yang sudah dekat, panggilan manis atau anak-anak. Misalnya Gana chan.

Kembali ke Plätzchen. Jadi kek itu berbentuk datar dari cetakan yang ada. Macam-macam Plätzchen ada Schokoladenplätzchen (kek yang adonan didominasi coklat), Weihnachtsplätzchen (kek khas natal).

Nah, Tradisi memanggang kek sendiri sudah turun temurun ada. Dimulai dari jaman kelahiran Yesus. Di mana setiap tanggal 22 dan 23 Desember, orang khusus memanggang roti datar yang dihiasi madu dan biji-bijian (sereal). Namanya Steinen buken. Roti itu untuk melindungi dari para roh jahat dan sebagai persembahan pada para dewa.

Seiring perkembangan jaman, orang mulai membuat Christstollen atau roti natal demi mengganti roti persembahan itu.

Sampai pada akhirnya muncullah kek natal seperti sekarang. Awalnya, pada jaman tengah, kek mulai dipanggang di biara-biara. Hiasan kek mulai dari pala, jahe, cengkeh, kayu manis, kapulaga dan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun