Nah, tiga, saudara-saudara. Banyak kann? Aneh tapi nyatanya, Jerman yang biasanya teratur, disiplin, cepat dan punya pemikiran ke depan itu bisa kekurangan guru.
Gejala kekurangan guru sebenarnya sudah dirasakan sejak awal September dan kepala sekolah yang lama dan baru sudah janji mencarikan dengan mengirim surat kepada diknas setempat. Tapi sampai hari ini belum ada jawaban ....
Akibatnya? Sejak dua hari lalu, beredarlah email dari pengurus orang tua murid kelas IV karena tidak ada guru wali kelas IV, tidak ada guru agama Katholik dan tidak ada guru musik yang menggelar ekstrakurikuler. Memang untuk sementara, sejak September, ekstrakurikuler untuk kelas 1-4 ditiadakan dengan alasan kekurangan guru. Gurunya sudah capek tambal sulam dari pagi sampai siang. Kalau sampai sore, bisa KO dong ya ... Guru juga manusia, butuh istirahat. Ekstrakurikuler akan dijalankan lagi kalau masalah kekurangan guru terselesaikan.
Ya, dalam email itu, pengurus meminta persetujuan kami para orang tua murid untuk mendukung tekanan pengurus pada (Bürgermeister) kepala daerah setempat untuk menandatangani surat peringatan kepada Schulamt (diknas) yang akan dikirim awal minggu depan. Diknas setempat dianggap kurang tanggap menghadapi situasi kekurangan guru sejak September. Padahal sudah lapor jauh-jauh hari. Masalah pendidikan bukan perkara main-main. Penting pakai banget. Dalam kurun waktu September-Oktober (2 bulan), diknas belum berhasil menempatkan guru di SD kami.
Untuk sementara waktu, yang lari-lari adalah kepala sekolah. Mborong sana-sini. Semua pelajaran kelas IV dan banyak lagi.