***
Bagaimana? Banyak kaaaan ... jangan ngiler, yaaa .... Terus gabung Kompasiana dan nikmati hujan buku.
Intinya, karena gabung Kompasiana, koleksi buku saya jadi tambah banyak. Ini akan memberikan motivasi agar tetap rajin menulis. Menulis, menulis dan menulis (serta membaca juga tak boleh lupa ding karena tanpa membaca, kepala jadi kosong.). Kalau naskah sudah banyak, dijadikan buku.
Saya bukan penulis tulen, baru taraf hobi tapi begini cara saya membukukan tulisan:
- simpan naskah postingan baik-baik di dalam folder khusus.
- bagi dalam kategori misalnya budaya, jalan-jalan dan kuliner.
- edit naskah
- cari gambar yang cocok biar buku lebih menarik.
- cari orang-orang berkompeten yang bisa dimintai kata pengantar dan endorsement.
- desain cover sendiri.
- setelah naskah dengan huruf times news roman 12, spasi 1,5 diprint, jilid dengan rapi.
- kirim ke penerbit. Ada yang menerima dengan email (naskah dikecilkan) ada yang maunya bentuk hard copy/dummy.
- Ditolak? Terbitkan sendiri (dicetak). Mencetak dengan jumlah ribuan lebih murah tapi penjualan harus diperhitungkan managemennya. Sepertinya pakai PoD (print on demand), memang lebih mahal tetapi tak perlu pusing soal menghabiskan buku....
- terlihat beda penerbitan sama percetakan kan? Adakah perjanjian hitam di atas putih setelah memilih?
- selalu cek tabungan. Ada dana berapa untuk buku?
- jangan pernah putus asa, gagal nulis lagi, coba lagi dan lagi ....
Menulis buku sendiri memang repot. Kalau tidak bisa sendiri, gabung dengan komunitas biar bikinnya cepetan dan ... enteng. Di Kompasiana, yang biasa bikin buku keroyokan adalah Komunitas Peniti Media, Fiksiana Community, Rumpies dan Desa Rangkat. Sudah gabung mereka? Jika belum bersegeralah!