Adonan dituang ke dalam cetakan yang sudah diolesi butter/margarin. Meletakkan persik memutar searah jarum jam. Masukkan loyang ke oven yang sudah dipanaskan 10 menit sebelumnya, dengan suhu 160. Pasang alarm 45 menit. Jika berbunyi, tusuk kuweh. Tusuk gigi yang diangkat dan kering menandakan, kuweh sudah matang. Siap disantap!
“Hmm ... enak ... ini kuweh apel?“
“Bukan, nektarin. Adanya cuma itu.“
“Ohh ... istri saya suka bikin kuweh tapi tak pernah sekalipun ia mencoba nektarin. Enak sekali lho, mana hangat lagi. Hmmmm...“ Si bos umuran 60 an itu menunjuk istrinya yang demen teh Asia. Ia melahap potongan kedua.
“Bisa dikasih resepnya, saya mau coba. Saya suka bikin kuweh dan suka makannya.“ Si tamu perempuan ingin makan kuweh yang sama di rumahnya. Dia pun nambah satu potong juga.
Wahaaaa ... nggak nyangka kalau ternyata ketakutan saya justru berbuntut bahagia. Kuweh yang menakjubkan dari bahan pangan yang ada di kulkas itu, memuaskan tamu agung. Hikmah dari memasak bahan makanan yang ada di kulkas. Seadanya.
“Terima kasih atas kuwehnya ya, bu.“ Saya dapat hadiah kecupan dari suami. Uhuk-uhukkkk.