Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ingat Semarang, Ingat Simpang Lima

30 September 2015   16:42 Diperbarui: 4 April 2017   17:12 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang diingat, pohonnya yang rindang, area yang bersih dan rapi, kelap-kelip lampu yang indah dari sepeda dan becak hias, makanannya .... Sungguh kerja keras pemda dan masyarakat Semarang dalam mempercantik kota. Meramaikan dan menata kawasan dan lapangan dengan cara yang semestinya. Bravo!

Hanya saja ada saran saya untuk pemanfaatan Zebra cross di dekat lapangan Simpang Lima agar lebih diperhatikan. Bagaimana kalau dibuat 30 km/jam? Jalur lambat di sekeliling lapangan? Itu demi keselamatan siapapun yang akan menyeberang ke sana, agak berbahaya. Letaknya yang di tengah-tengah dikitari kendaraan yang jalannya kencang dan sering tak menghormati pejalan kaki yang menginjak garis hitam putih itu.

Tong sampah juga harus diperbanyak, supaya orang tak mudah untuk sembarangan membuang sampah karena tempat sampah yang ada sedikit dan jauuuuh. Kalau perlu tiap jarak 2 meter satu tong sampah.

Dan bunga warna-warni bisakah ditanam di sekitar lapangan? Bunga dan warna yang cantik pasti menambah keindahan pusat kota. Bunga warna-warni biasa ditanam di taman-taman kota Eropa (tulip, mawar, Begonia, Stiefmutterchen dan lainnya). Warnanya luar biasa!

Seperti dalam lirik lagu Ki Narto di atas, ada penekanan betapa masyarakat berbesar hati karena memiliki lapangan Pancasila itu. Pembangunan merata dari kota sampai desa-desa ... Kota sudah pasti, desa, belum tentu 100% komplit. Harus ditingkatkan. Khususnya untuk pembangunan ruang publik seperti taman dengan mainan anak-anak. Supaya mereka tak hanya menjamah gadget dan sejenisnya.

Oh. Bagaimana dengan mainan seperti ayunan atau kuda-kudaan dari besi di pojok-pojok lapangan Simpang Lima? Mungkinkah disediakan di sana?

***

Itu tadi tempat publik rakyat Semarang. Namanya lapangan Simpang Lima atau lapangan Pancasila. Bagaimana dengan lapangan kota di tempat Kompasianer? Sudah maksimalkah pemanfaatannya? Bagaimana pengalaman Kompasianer di sana?

Akhirnya, Simpang Lima Semarang? Saya kangeeeeen(G76).

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun