"Hahaha ... bukan rame mbak, ember borot. Iya nih, Lis pemalu ... kalau saya malu-maluin" Tawa saya lepas. Mumpung di Indonesia, belum dilarang.
Tubuhnya tadi begitu gemulai mengikuti irama musik jreng-jreng. Dan ketika saya bergaya bak fotografer jeprat-jepret modelnya:
"Ahhhh ... mbak Ganaaaa ..." Lis merajuk manja. Malu dipoto terus-terusan oleh saya yang pakai rok batik, bisa mbegagah.
"Yah, mumpung lagi cantik, dandan lamaaaa, narinya lima menitan. Eman-emaaaann ... ayo nggaya lagi." Kumat saya ini. Tapi tetap saja ... Lis, malu-malu kucing dan saya yang malu-maluin. Terima kasih banyak dan jangan kapok, ya Lis. Menari itu bikin budaya lestari. Teruslah menari di dalam negeri, siapa tahu bisa ke luar negeri.
Ditunggu terbitnya bukumu, ya Lis dan don't forget ... bagi satu! (G76)
Semarang, 3 September 2015
PS: OMG, fokus kamera dan memory cardnya rusakkk, gambarnya jadi aneh...