Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Cara Mudah Lestarikan Lebah (Save the bees!)

6 Juli 2015   20:16 Diperbarui: 6 Juli 2015   20:49 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Milano"(Edelrose, tidak wangi, middle) 

Itulah sebabnya, saya suka menanam mawar. Setidaknya ada 25 mawar; warna merah, putih, oranye, kuning dan merah muda (sebagian hasil stek sendiri). Lebah menyukai bunga yang berbau manis dan harum, makanya saya pilih mawar. Sayangnya, denger-denger, lebah tidak menyukai mawar merah! Padahal saya punya beberapa diantaranya dari yang merambat sampai ndlosor alias rimbun.

Ketiga, mengunjungi peternakan lebah. Pergi ke sana adalah sebuah pengalaman yang menarik. Dari percakapan dengan beberapa petani lebah, memelihara lebah untuk memudian mendapat madu itu mulanya hanyalah sebuah keisengan. Seterusnya, menjadi hobi yang menguntungkan karena hasilnya bisa dijual. Kadang memang mereka tak punya kebun yang luas di rumah, menyewa atau membeli kebun luas di daerah lain. Mereka (sekeluarga) biasa mengolah hasil madu dari sang lebah sendiri, hingga masuk ke dalam botol, dilabeli dan dipasarkan door to door atau dari mulut ke mulut (pertemanan, persaudaraan). Harganya memang terpaut sedikit banyak dari harga swalayan (250 gram madu di swalayan=2,50€, privat=4€). Rasanya? Mantab! Selama ini, madu yang paling jos baru saya rasakan di Indonesia (Jawa) dan Hungaria (Szolad), wangi dan segar. Semoga di Jerman segera nemu.

Keempat, menanam buah-buahan, di mana bunganya bisa dihisap kumbang. Saat pindahan, di kebun sudah ada pohon kenari dan haselnut. Sekarang, saya tambahi beragam apel, ceri, stroberi dan aprikose. Beberapa kali saya amati bahwa bunga dari pohon dihisap para kumbang. Seru!

Kelima, jangan bunuh lebah. Pengertian itu kami sampaikan kepada anak-anak. Kalau lebah dibunuh tak ada madu lagi yang bisa diminum. Jadinya “Hush-hus-husss ... “ gitu aja, buka jendela atau pintu agar mereka terbang ke luar. Don’t kill the bees, please.

Keenam, hindari penggunaan pestisida yang dilarang dan bahan kimia berbahaya di sekitar rumah. Selain berbahaya untuk anak-anak kecil di rumah, juga tak baik untuk hewan seperti lebah.

Itu tadi cara mudah saya (kami) lestarikan lebah. Bagaimana dengan Kompasianer? Ada lagi?

***

“....Maja ... alle lieben Maja, Maja, Maja, Maja erzähle uns von dir.“ Begitu lagu anak-anak di Jerman yang sangat terkenal secara turun-temurun. Mengisahkan Maja, sosok lebah madu berwarna kuning dengan belang hitam kuning yang dicintai semua orang. Memohon sang lebah bercerita banyak pada kita manusia, tentangnya, yang baik-baik. Atau lagu “Sum-sum-sum“ (kalau bunyi lebah Indonesia “ngung“, lebah Jerman “sum“ wah, jauh banget).

Yup, akhirnya sampai juga. Lagu itu semakin menguatkan orang Jerman untuk peduli pada lebah dan pelestariannya.

PR berikutnya ... membeli/membangun rumah mungil bagi lebah yang sederhana untuk diletakkan di kebun. Kalau rumah burung liar, sudah banyak.(G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun