Asiatischer Abend atau malam Asia baru saja digelar pada hari Jumat, 15 Mei 2015 di gedung Konzil, Konstanz (Jerman Selatan). Kerjasama HTWG-Hochschule Konstanz Technik Wirtschaft und Gestaltung, KBRI Berlin dan pemda Konstanz itu memang luar biasa. Salut untuk sajian yang hebat.
Hmm, apa yang saya petik dari mengunjunginya? Yakiiiin, Indonesia tak hanya Jawa dan Bali!
[caption id="attachment_418094" align="aligncenter" width="320" caption="Malam Asia di Konzil Konstanz, Jerman"][/caption]
Tiket Sold Out
Kegiatan malam Indonesia sudah menjadi gawe rutin HTWG. Selain kegiatan ditunda pelaksanaannya, acara diubah menjadi acara gabungan dengan negara China dan India. Lebih besar, lebih berwarna.
Tentu saja ini akan mendapat respon masyarakat yang lebih besar. Masyarakat Jerman yang terkenal multi kulti itu pastinya ingin melihat tampilan Asia dalam semalam. Yang berarti, harus menemukan gedung dengan kapasitas yang lebih besar. Tiket lebih banyak.
Tak disangka, penjualan tiket sebanyak 350 lewat email dan di Mensa kampus uni Konstanz pada tanggal 4-8 Mei pukul 12.30-14.00, langsung ludes! Luar biasa. Satu tiket yang dibandrol 5€ plus makanan Asia 6€ itu laris manis tanjung kimpul. Ampooon ... banyak yang kecewa karena tiket sudah habis. Antara sedih dan bahagia.
Dan pada hari H, ratusan penonton membanjiri gedung. Mereka baru boleh masuk pada pukul 17.30 dan acara baru dimulai pukul 18.00.
[caption id="attachment_418095" align="aligncenter" width="410" caption="Pidato bapak dubes KBRI Berlin, Dr.Fauzi Bowo"]
Panggung Asia
Asiatischer Abend menampilkan musik, tari dan teater dari Indonesia, China dan Vietnam.
Sempat sedih karena tidak jadi menari di sana karena semua tarian diambil dari KBRI Berlin. Tapi melihat apa yang ditampilkan lebih bagus, kekecewaan itu hilang. Malah senang karena ternyata orang jadi tahu, Indonesia tak hanya Jawa dan Bali. Daerah yang tariannya sering saya pamerkan sejak umur 5 tahun sampai tarian terakhir di kapal Jerman “Graff Zeppelin“ di Friedrichshafen dulu itu.
Lalu apa saja yang ditunjukkan Indonesia kali ini? Ada pencak silat. Siapa yang memamerkannya? Dua pemuda dan pemudi Jerman! Wow! Kalah nih. Kapan bisa belajar silat ya?
[caption id="attachment_418096" align="aligncenter" width="320" caption="Pencak silat dengan musik gamelan Sumbar"]
[caption id="attachment_418097" align="aligncenter" width="410" caption="Si mbak menang, mas nya jatuh"]
[caption id="attachment_418100" align="aligncenter" width="410" caption="Ganti si mas yang menang, mbaknya kebanting"]
[caption id="attachment_418098" align="aligncenter" width="410" caption="Percaya diri"]
Selanjutnya, Oiii ...ada tari piring. Waaah ... ini saya juga bulan lalu sudah sedikit belajar dari youtube hanya saja tak ada pakaiannya. Semoga lain waktu bisa dapat barangnya. Seru, lho belajar tari itu. Paling happy kalau pas adegan injak pecahan piring di atas kain.
Terus ada lagi gamelan dari Sumatra yang rancak! Jereng jeng-jeng ... jereng jeng-jeng ... Pakaian merah menyala dengan pernak-pernik warna emas, menarik mata. Tak hanya musik dan pakaian, gerakannya juga lincah, I like.
Sudah tepat sekali KBRI menunjuk Sumatra Barat untuk mewakili Indonesia kali itu. Tak harus selalu Jawa dan Bali.
[caption id="attachment_418102" align="aligncenter" width="410" caption="Tari piring"]
[caption id="attachment_418108" align="aligncenter" width="410" caption="Ibu-ibu bermain musik Sumbar"]
[caption id="attachment_418119" align="aligncenter" width="320" caption="Tiga dara, manis"]
[caption id="attachment_418103" align="aligncenter" width="320" caption="Penerima tamu sayap kanan, ada NTB dan Flores"]
[caption id="attachment_418105" align="aligncenter" width="320" caption="Penerima tamu sayap kiri, ada Dayak"]
Dari istri pejabat atase pendidikan dan kebudayaan KBRI Berlin yang segera berakhir masa tugasnya Desember 2015 nanti, saya bisa merasakan semangat menyala dari rombongan yang naik bus selama 10 jam (dengan istirahat) dari Berlin ke Konstanz. Bangga. Semoga pengalaman dalam acara malam Asia itu memberi kesan positif dan tak terlupakan. Jumpa lagi di ... kampung kami? Who knows?
Oh, ya. Selain sajian berbau Indonesia, ada juga dari China dan India.
Dari China ada senam Tai chi yang dibawakan orang Jerman asuhan suhu asli China. Barongsai tiga warna yang juga dibawakan remaja Jerman, silat pakai pedang, serta praktek pijat China. Pukul pelan tapi pasti seluruh bagian, enak.
Eh, tarian India juga lucu, lho. Jadi ingat Ramayana dan Mahabharata atau perjalanan saya ke Nepal 11 tahun yang lalu. Menarik memang budayanya.
Drama Wuragil yang diperankan mahasiswa dan mahasiswi HTWG termasuk super unik, tak bisa dilupakan pada malam itu. Bikin tertawa seperti tarian India. Kreatif! Selamat, ya. Well done.
[caption id="attachment_418110" align="aligncenter" width="512" caption="Barongsai tiga warna"]
[caption id="attachment_418112" align="aligncenter" width="512" caption="Senam tai chi"]
[caption id="attachment_418114" align="aligncenter" width="320" caption="Tarian India, ingat Ramayana dan Mahabharata"]
[caption id="attachment_418115" align="aligncenter" width="320" caption="Teater Wuragil mahasiswa HTWG"]
Jadi Asisten Bagian Konsumsi
Makanan Asia yang disajikan untuk pemegang tiket masuk antara lain kari ayam, mie goreng dan tentunya nasi! Karena sudah dipanaskan di dapur restoran sebelah, kepulan asapnya menggairahkan. Sedangkan antrian yang hendak makan tetap berjajar rapi. Makanan itu memang harus dengan pesanan. Repot kali ya kalau dadakan. Dipesan saja, petugasnya sudah ribet.
Saya lihat para petugas yang masih muda-muda dan kebanyakan orang Jerman itu sibuk melayani para tamu sekitar pukul 20.00 an.
Sedangkan saya membantu mbak Andi untuk mempersiapkan meja dan makanan untuk VIP. Siapa lagi kalau bukan untuk duta besar KBRI Berlin bapak Fauzi Bowo, presiden direktur HTWG, walikota setempat, pejabat KBRI Berlin-KBRI Frankfurt dan lainnya yang duduk di barisan pertama dan kedua di depan panggung.
Masakan mbak Andi itu memang menggoda. Mulai dari nasi anget, pecel, rendang, kari ayam, rendang, sayur lodeh, bakwan jagung .... Super, mbak! Masakan rumahan yang terasa mewah di dalam gedung yang indah.
Yaaa. Senang rasanya mendapat kesempatan membantu mempersiapkan makanan untuk bapak dan ibu yang hadir tersebut. Mulai dari menata taplak, meramu sayur dan sambal pecel jadi satu, menata bakwan jagung dan makanan lain di atas piring.
Tak lupa saya menjelaskan kepada tamu asing apa saja masakan yang ada di meja, takut terlalu pedas, menyuguhkan minuman dan mengambil piring yang sudah tidak terpakai.
Terima kasih mbak Andi Nur Hanna atas kepercayaannya. Maaf gak jadi nginep, anak-anak rewel kangen sama mamanya, makanya dijemput. Lain kali ketemu lagi; agak lama dan lebih santai.
[caption id="attachment_418116" align="aligncenter" width="512" caption="VIP orang Jerman dan KBRI "]
[caption id="attachment_418117" align="aligncenter" width="320" caption="Masakan Indonesia buatan mbak Andi"]
Jasa konsuler dan pameran Indonesia
Sudah seminggu sebelumnya mbak Andi, salah satu panitia dari HTWG lewat WA memberitahukan bahwa ada stand konsuler. Saya sudah siapkan paspor perpanjangan, tapi karena bingung soal Niederlassung erlaubnis, visa tak terbatas dari Jerman, nggak jadi diurus. Hanya tanya saja biar ada pandangan. Kalau paspor lama masih 6 bulan berlaku untuk perjalanan ke tanah air, tapi kembalinya hanya berlaku dua bulan saja (dari masa deadline) apakah nanti ada masalah kalau masuk Jerman?
Dijelaskan bahwa perpanjangan paspor bisa selesai dalam waktu seminggu, tapi apakah nanti visa baru (dengan kartu) itu akan jadi dalam 6 minggu, mereka kurang tahu. Harus tanya pemda Jerman (Ausländeramt).
Disarankan oleh petugas untuk memperpanjang paspor di tanah air waktu pulang saja. Apalagi sekarang covernya beda, ya (biru?). Kalau pulang ke Jerman, bawa paspor dua. Bisa kali ya?
Setelah berkonsultasi, saya beralih ke meja pameran. Sudah ada bapak Suprapto yang ramah dan baik hati, berbincang dengan kami. Si bapak yang manis pernah belajar di Leipzig dan jadi staf perdagangan di KBRI Berlin 5 tahun ini. Betah ya, pak. Semoga Indonesia tambah banyak investor Jerman.
[caption id="attachment_418118" align="aligncenter" width="512" caption="Stand Indonesia "]
***
Demikian pengalaman tak terlupakan saat saya hadir dalam malam Asia di Jerman. Saya sangat menikmati di bagian konsumsi, sembari sesekali mendekati panggung dan jeprat-jepret sana-sini. Sekali mendayung, dua tiga pekerjaan terlampui.
Intinya?
Betul. Asia tak hanya Indonesia, ada India dan China.
Indonesia? Tak hanya Jawa dan Bali.
Selamat siang. (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H