Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Serunya Belajar Bermain Puisi

18 Maret 2013   19:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:32 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya memang tak pernah menulis puisi. Terakhir kali menulis mungkin waktu SMA. Saya masih suka membacanya … sayang tak ada bakat disana. Tapi entah mengapa kali ini, saya tersihir sebuah lomba bermain puisi yang diadakan mas Budi Maryono dari LKW.

Lihat saja bagaimana ia berhasil menghipnotis peserta online. Puisi satu bait ? Wih. Hadiahnya not too bad. Puisi terindah pilihan mas Bud mendapat hadiah Rp 51.000 dan 3 buah buku, Rp 52.000 dan 2 buah buku, serta Rp 53.000 dan 1 buah buku. Saya ingat, hadiah bukan tujuan utama lomba, ini lebih pada membangun rasa PD dan talenta yang ada.

Unik dan lucu, lombanya ditutup sewaktu-waktu sesuka penulis yang memiliki nama pena, Nora Umres ini. Xixi.

Coba simak penjurian privat mas Bud :

TERBAIK III: karya Mitsalina Maulida Hafizh

Rindu itu masih sama

Masih kubiarkan menumpuk di balik pintu

Biar saja, biar kala kau datang dan membukanya

Kau akan tahu, betapa rindu itu

Membuncah, parah, pasrah

TERBAIK II: karya Puguh Prasetyo

Sesingkat inikah waktu yang kauberikan

Aku telah membalikkan pelangi di antara tangisan hujan

Membenamkannya sedalam luka yang kautusukkan

Haruskah kubiarkan kau pergi

Meninggalkan aksara tanpa bisa kueja

TERBAIK I: Winarti Riyadi

Dan tahukah kauhujan?

Daun-daun yang putus asa

Kaupisahkan dari tangkainya

Waaah … bagus-bagus dan dalam, ya ? Ngiler saya bacanya. Bukaaaan-bukaaan. Saya bukan iri. Semangat mengikuti malah. Hayukkk.

***

[caption id="attachment_250283" align="aligncenter" width="505" caption="Belajar bermain biola eh puisi"][/caption]

Karena pemenang pertama menghibahkan hadiahnya, lomba berlanjut. Meramu lima kata maksimal lima baris pendek saja; Jari, garis, merah, kedap dan biola ... beginilah hasil puisi saya:

Hai, biola warna merah!

Kau sihir jari-jemari orang tanpa dadah

Yaiy! Telingaku tiba-tiba kedap suara

Meretas nadamu yang indah.

Dan gundahpun, hilanglah sudah

Menuntun jiwa hingga sebuah garis yang tiada terpecah !

Dan ternyata … setelah terkirim, baru saya hitung. Jumlahnya lebih dari LIMA! Dan tidak boleh bertanya, apalagi berkata-kata. Oalah Ganaaaa … Gana. Matematika dan reading comprehension dapat berapa, siiiiiiiiiiih? Sing penting semangkaaaa … Hahahaha. Belajar bermain puisi. Nite-nite.(G76).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun