[caption id="attachment_286825" align="aligncenter" width="490" caption="Kawasan Simpanglima menuju metropolis?"]
Begitulah, cakaran gedung yang lambat laun kuantitasnya bertambah dan teruuus bertambah. Saya khawatir Semarang akan menjadi seperti Jakarta, Surabaya … Penuh, maha macet, komersil dan entah apalagi.
Apakah sudah dipikirkan ancaman kemacetan dari semakin banyaknya orang yang (harus atau ingin) datang ke skyscraper yang biasa ada didaerah padat itu? Apakah ini akan memiliki dampak visual atau penglihatan (lantaran desainnya yang kurang pas dan tidak indah)? Apakah ada kesinambungan pemanfaatan multifungsinya? Apakah ini dapat memicu maraknya terror (bom, teroris dan gangguan lainnya)? Saya masih ingat betul, beberapa kali harus turun dari gedung tempat bekerja (plaza matahari dan HSBC) karena ada isu bom! OMG! Thanks, God, we still alive. Tingkah manusia usil yang bikin deg-degan dan sungguh tidak lucu.
Entahlah, saya bukan arsitek tak punya pengetahuan tentang bangunan pula. Saya menghargai pesatnya pertumbuhan ekonomi ibukota Jawa Tengah, yang dipamerkan lewat gedung pencakar langit itu, berikut karya arsitek dan teknologi yang maju. Namun memandang skycrapers di Semarang, saya sempat terdiam selama beberapa menit,. Oi, Semarang terlihat sedang mengalami ejakulasi pada masa pubertas yang tinggi. Yang mengurusinya, sebaiknya berhati-hati dan waspada agar skycraper tidak berubah menjadi monster. Yang jadi penghuni, saya harap sudah siap berpapasan dengannya, setiap hari. Wow, silau, Man!(G76)
Semarang, 28 Agustus 2013
Note: Skycraper=kebanyakan bagus dilihat dari sky, langit saja (Gana, 2013).
Sumber:
1. Pengalaman pribadi
2. Skycraper http://en.wikipedia.org/wiki/Skyscraper
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H