Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Rapor SD Kelas 1-2 Jerman, Tanpa Angka

23 Juli 2013   04:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:11 2095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya masih mengingat masa-masa memandangi nilai-nilai rapor SD dan ranking yang saya raih di tiap kelas (I-VI).

Setelah lulus SD di Indonesia dan memiliki anak-anak yang sekolah SD di Jerman (satu dari tiga anak sudah lulus), saya jadi bisa membedakan antara pola dan sistem pendidikan Indonesia dan Jerman.

Jerman tidak memberikan nilai berupa angka pada anak-anak kelas 1-2 SD. Jadi hanya catatan penting tentang Verhalten, Arbeiten dan Lernen saja yang tertulis disana. Tak ada kompetisi bernama ranking! Angka baru dimulai di dritte Klasse, kelas 3 SD seumuran 9 tahun.

Indonesia sudah mulai menggenjot angka dari kelas satu, umuran 7 tahun.

Meskipun demikian, sepertinya, Jerman (wilayah Baden Württemberg dan beberapa negara bagian lainnya) merasa tertatih ketika SD hanya diunggah sampai kelas IV saja, sedangkan Indonesia sampai kelas VI. Mulai kasak-kusuk wacana pentingnya membuat sistem pendidikan dasar 6 tahun di SD Jerman wilayah Baden Würrtemberg dengan alasan; anak-anak belum siap menghadapi penjurusan sekolah (Gymnasium, Realschule dan Hauptschule) usai lulus vierte Klasse alias kelas IV SD. Kita lihat saja nanti apakah Jerman wilayah Baden Württemberg, memperpanjang SD hingga sechste Klasse, kelas VI seperti di tanah air ….

***

[caption id="attachment_276777" align="aligncenter" width="490" caption="Raport SD di Jerman,wilayah Baden Württemberg"]

1374528814712429201
1374528814712429201
[/caption]

Minggu ini, yakni hari Rabu, adalah hari terakhir masa sekolah anak (SD, Gymnasium, Realschule dan Hauptschule). Hari Kamisnya, hari pertama liburan selama 6 minggu (Sommer Ferien, liburan musim panas), berakhir awal September. Masing-masing wilayah negara bagian Jerman (16 area), jatah libur berbeda; ada yang lebih awal dan ada yang masih nanti-nanti.

Semoga anak-anak tetap sehat dan bahagia selama masa itu.

Liburan itu tak ubahnya Belohnung, upah belajar selama sebelas bulan (September 2012-Juli 2013). Berikut terjemahan Zeugnis, raport yang diterima anak kedua kami pada hari Jumat, 19 Juli 2013:

Verhalten, tingkah laku

Mbak Chayenne dikatakan memiliki adaptasi yang bagus dikelasnya. Kelas yang berisi 21 anak itu membuatnya ramah dan terbuka kepada semua. Bisa bekerjasama dalam sebuah tim dan suka membantu kawan-kawannya. Dengan para guru juga tidak ada masalah, tugas juga diselesaikan dengan baik. Pada awal semester (musim dingin) ia agak susah mengikuti tepat waktu (datang tepat waktu di sekolah tapi lama mengganti baju salju tebal nan berlapis dari ujung rambut ke ujung kaki didepan kelas, sendiri tanpa bantuan orang tua).

Arbeiten, cara kerja

Mbak Nen memiliki ketertarikan dan perhatian yang besar dalam pelajaran. Ia patuh pada peraturan di kelas. Secara tertulis, ia bisa mengikuti dengan konsentrasi penuh. Ia termasuk anak yang mandiri dan sangat jarang memerlukan bantuan guru. Ia bisa berorientasi dengan dua teman (perempuan) sebangkunya. PR diselesaikan dengan baik dan bersih. Anak yang rajin membuat PR dan teratur.

Lernen, hasil belajar

Ia sudah bisa membaca dengan baik. Meski awalnya ia lambat untuk mengenali teks, ia tetap berusaha keras untuk menjadi lebih baik. Secara lesan, ia bisa berkomunikasi dengan lancar. Mengarang, ia jarang membuat kesalahan. Tulisannya jelas dan sesuai format.

Matematika bisa dipahaminya dengan lancar. Mbak Nenen mampu berhitung (tambah, kurang dan lebih besar/lebih kecil/sama dengan) dalam lingkup angka 20-an. Mandiri.

Si anak amat tertarik sekali dengan pelajaran Mensch, Natur und Kultur, MNK (manusia, alam dan budaya).

Untuk bahasa Inggris, ia mengikuti setiap hari dengan baik, mengucapkan kata-kata asing dengan lafal yang benar.

Catatan kaki: Chayenne mengikuti ekstrakurikuler, grup kor setiap hari Rabu pukul 15.40-16.30.

Tertanda: kepala sekolah dan guru kelas, mengetahui-orang tua.

***

Anak-anak di Jerman sangat beruntung bahwa mereka bisa jadi mengerti lebih banyak bahwa sekolah dasar bukan untuk mengejar angka, melainkan lebih pada pemahaman diri dari masa peralihan TK ke SD. Dimana masa bermain, berubah menjadi periode mulai mengenal membaca, menulis dan berhitung.

Anak-anak tidak akan deg-degan dengan bayangan angka-angka, orang-tuanya tidak akan pusing dan memasang target hingga membahayakan kejiwaan anak-anak. Dipaksa punya nilai bagus/tinggi, oh nö!

Di Jerman, nilai 1, berarti terbaik. Di Indonesia, sama dengan 10.

Opini saya, ranking memang tergolong bagus untuk mengetahui sejauh mana seorang anak mencapai prestasi dalam beragam mata pelajaran yang ada di sekolah. Hanya saja, masalah usia sepertinya harus diperhatikan. Kompetisi yang sehat dalam bidang pelajaran di sekolah itu bagus asal tepat sasaran. Di usia mana?

SD Jerman di kota kami, tidak memberikan ranking. Pun ketika anak sudah masuk OHG Gymnasium (setara SMA Indonesia, eksakta, yang bahasa di kota kami disebut IKG). Mereka hanya mengenal Striche (berapa kali tidak membuat PR/tugas). Anak kami juga tidak merasa dituntut untuk jadi nomor satu. Sepanjang alles in Ordnung, semua baik-baik saja dengan nilai cukup (jangan sampai nilai 4 atau 5) sudah OK. Mereka belajar di sekolah bukan untuk orang tua, bagi masa depan anak itu sendiri.

Semoga raport SD Jerman ini menjadi sebuah wawasan, pandangan, bagi siapa saja yang tidak ingin mendesak anak-anak dengan deretan angka saja, tapi lebih pada pemahaman dan menikmati pendidikan di sekolah sebagai bagian dari masa depan anak. (G76).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun