Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tips Saat PMS Bagi Pasutri

5 Januari 2013   17:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:28 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1357407015433875073

Suami saya senang bertukar pendapat dengan kawan-kawannya. Terakhir, perbincangan mereka berdebat soal berapa kali seharusnya pasangan di Jerman itu ML. Dari sepuluh teman, kebanyakan mengatakan bahwa seminggu sekali bercinta, itu sudah bagus. Beberapa hari menjelang menstruasi, para suami itu menceritakan ternyata kebanyakan para istri sangat-sangat sensitif selama beberapa hari. Jadi lebih baik menyepi ketimbang kecipratan hormon istri. Suami saya tertawa.

Ah, suami saya ini paling bisa. Ia bahkan sudah tahu duluan ketimbang saya, kalau saya lagi dilanda PMS. Hiks, malu.

***

Suatu hari, kami masak bersama. Ada bahan yang kurang. Agar masakan tetap sedap dan sukses, ia mengutus saya membeli beberapa bahan di toko terdekat (5 menit dari rumah).

Usai kembali ke rumah, saya menyerahkan bahan belanjaan. Ternyata katanya, saya salah membeli. Yang salah merklah, yang kuranglah, yang tidak hati-hatilah … saya mengkeret seperti undur-undur didudul. Muka saya cemberut. Sembari meneruskan acara memasak, saya nggremeng (red: ngomel-ngomel dengan suara lirih) ….

“Huh … besok-besok lagi, beli sendiri saja”

“Apa kamu bilang, bu?” Suami saya samar-samar sedikit mendengar. Ia menghentikan gerakan mengiris.

“Nggak” Selanjutnya mulut saya diam seribu bahasa dan memalingkan muka. Wajah jadi gelap dan mulut panjang kedepan, mecucu.

Air kran ia putar, kucurannya segera mencuci kedua tangan belahan jiwa saya. Kain lap mengeringkannya. Iapun mendekati posisi saya berdiri. Suami saya tahu, saya bawaannya periang. Jika tiba-tiba mematung dan pasang muka begitu, pasti ada sesuatu. Gitu saja, kok marah? Begitu kali pikirnya. Bukan Gana banget. Iapun memeluk saya, mencium kening saya. Sayanya tak mau dan mendorongnya pergi. Ia berusaha lagi mengulanginya. Sayapun pasrah. Diam-diam dalam hati saya merasa, sayanya yang jahat. Suami saya perhatian, kok.

“Kamu kok aneh, baru dikomplain begitu saja marah. Biasanya kamu tertawa. Mau menstruasi, ya?” begitu tanyanya lagi. Saya hanya menunduk, alis saya bergelombang. Beberapa hari kemudian, tanggal saya memang benar-benar merah. Waaa … benar juga kata suami ya? Kok tahu, sih? “Kamu pasti lelah, duduk saja di sofa sambil nonton TV atau ngenet, saya yang terusin masak. Saya buatkan teh, ya? Rasa stroberi kesukaanmukah? Saya pijat nanti usai masak, ya?” Alamaaaaakkkkkk. Kalau suami tidak pernah memproduksi kalimat-kalimat tersebut diatas, seharusnya memang saya yang mengajak berdikusi tentang PMS. Hmm … pengetahuan suami soal kalender bulanan istri memang penting agar bisa mengantisipasi dampak PMS yang berbahaya, pertengkaran pasutri tingkat lanjut karena zona lebar sensitivitas.

***

PMS, sindrom datang bulan atau dalam bahasa Jerman disebut Prämenstruelles Syndrom ini sering saya alami sejak umur 14 tahun. Gejala seperti jerawat batu, badan capek, gampang murung, sensitif, cepat sedih, suka ngarang, bisa menangis, bagian rahim sesekali sakit, punggung bagian bawah capek, kepala pusing di beberapa titik, tambah galak dan kadang ingin marah adalah beberapa contoh yang sering saya alami dua tiga hari menjelang hari H. Kalau sampai lama (mingguan/bulanan), bisa jadi bawaan orok/karakter, bukan PMS, ya ?

Setelah menikah, saat PMS harus hati-hati. Beberapa wanita Jerman yang saya kenal, memilih obat-obatan homopati demi meminimalisir PMS ini. Beberapa lainnya tak ada usaha apapun selain meledakkan amarah bak bom atom meluluhlantakkan Nagasaki. Saya sendiri, lebih suka meminum teh hangat manis sesering mungkin (penyegar dan penghangat dari dalam), bertemu dan berbincang dengan kawan/tetangga/saudara secara rutin (agar tak merasa sendirian dan takut), membaca dan menulis (menumpahkan isi hati), mengunyah coklat sebanyak-banyaknya (agar mendapat hormon bahagia phenylephylamine dari batangannya), menjaga kebersihan (menghilangkan bau dan jerawat), mandi shower air panas (biar dijatuhi ion positif dan segar), jalan-jalan sebentar (menyatu dengan alam), aerobik seminggu sekali (demi kebugaran), bersolek (PD) dan berbaring (untuk relaksasi).

[caption id="attachment_233801" align="aligncenter" width="410" caption="Taburi istri (saat PMS) dengan cinta"][/caption]

Tips lainnya bernama cinta. Sebaiknya inisiatif ini datang dari suami. Lelaki seyogyanya lebih mengerti dan menyayangi, khususnya saat istri mengalami masa-masa sulit (PMS, hamil, melahirkan dan menyusui). Suami taburi serbuk bahagia pada istri.

Yak. Limpahan kasih sayang dari seorang pria pasti dibutuhkan wanitanya. Bagaimana saat ucapan „Ich liebe dich“, „Aku cinta kamu“, „I love you“, tak pernah alpa dari mulut suami untuk istri? Saya kira ini termasuk obat mujarab bagi saya dan siapa saja, untuk kuat di masa PMS. Pelukan, kecupan, belaian sayang, pijatan sederhana, tatapan mata setia nan bergairah … harimau mana yang mau mengaum? Mengingatkan saya pada pepatah Jawa „Lakune kaya macan luwe“ (red: jalannya jadi anggun, layaknya macan lapar sedang jalan mencari mangsa).

***

Begitulah intinya, harus tetap ada upaya dari luar dan dalam oleh wanita itu sendiri supaya tetap chic dan bugar meski pada masa PMS. Jangan melulu kena PMS tampilannya jadi angker, tak sehat, kusut masai, bahkan lusuh. Karena perempuan itu banyak dianugerahi hormon-hormon yang berbeda dengan laki-laki, pengertian dan cinta kasih sayang pasangannya (si pria) amat berguna. Sehingga ketika mengalami menstruasi sebulan sekali misalnya, secara fisik dan psikis istri telah siap pada masa PMS berkat suami.

Jangan ledek atau ganggu istri dalam kondisi PMS. Sekali diledek bukan mengundang tawa dari humor yang dilempar, malah jadi penyulut api dalam sekam. Mak wukkkk, terbakar. Tak usah mengharuskan istri untuk selalu melayani 24 jam penuh. Ada saat-saat tertentu dimana suami balik melayani istri. Itulah pesan-kesan yang tersirat dari sorot mata suami saya selalu.

Dan lagi, bagi saya; pelukan, ciuman, rayuan manis dan perhatian suami itu nyata memabukkan saya akan arti cinta di dalam hati. Peran suami yang besar saat PMS ini amat saya butuhkan. Niscaya secara tak langsung saya akan membantu suami untuk tidak menjadi korban kambing hitam PMS karena telah diantisipasi oleh upaya kedua belah pihak. Asal tahu sama tahu, semua bisa diatur; menstruasi tanpa keluhan PMS.(G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun