[caption id="attachment_210284" align="aligncenter" width="553" caption="Pemadam kebakaran"]
Tim pemadam kebakaran selalu ada di setiap kota (baik kecil maupun besar). Pekerja sosial itu menjadi ide seorang petani lain yang mengubah tumpukan blok jerami sedemikian rupa, bahkan mewarnainya dengan merah.
[caption id="attachment_210285" align="aligncenter" width="535" caption="Duduk di sofa paling nyaman "]
Sofa. Tempat duduk untuk bermalasan, menerima tamu atau menonton TV ini pasti dipunyai banyak orang, tak terkecuali petani. Satu petani membuat sofa raksasa lengkap dengan deko bantalnya. Sayang semua tampilan petani-petani itu "Bitte nicht berühren" (red: tak boleh dipegang).
[caption id="attachment_210286" align="aligncenter" width="427" caption="Max dan Moritz"]
Max und Moritz adalah tokoh anak-anak Jerman yang terkenal. Satu peserta membuat tak hanya anak-anak saja untuk menyambanginya, lansiapun tak ketinggalan kereta.
[caption id="attachment_210287" align="aligncenter" width="530" caption="Binatang apakah ini? Tupaikah?"]
Saya tak jelas apakah ini Eichhörnchen (red: tupai) atau binatang lain. Keyakinan saya, kehadiran hewan ini tak asing hadir dalam kehidupan para petani.
***
Melihat pamerannya, semoga ini menginspirasi bangsa kita bahwa kalau Jerman, negara modern saja masih melestarikan profesi ini secara turun menurun hingga para petaninya terlihat semangat, mengapa Indonesia yang subur, sepertinya terlena bahwa kebutuhan akan petani di tanah air amat dibutuhkan? Jangan sampai generasi petani habis dimakan jaman, atau pemerintah justru lebih tinggi menghargai petani negeri lain lantaran hasil produksi mereka lebih bagus dan dibanting harganya. Petani negeri sendiri jadi lesu. Semangat!
Eh, bagaimana menghargai petani dalam negeri, ya? Tak ubahnya seperti disini. Mulai banyak orang yang justru membeli hasil bumi biologis dari lokal bukan impor, karena percaya tanpa rekayasa pestisida dan sebangsanya. Bukankah ini sebahagian dari nasionalisme diri? Kita bisa apa?
Laaaah, berikutnya, kalau saya dan kompasianer lain saja tak mau jadi petani, lalu siapa? Mungkin generasi Indonesia yang akan datang? Impor petani?
Melalui pengenalan dunia petani pada anak Indonesia yang dikenalkan sejak kanak-kanak lewat buku, mainan (chicken farm set, Bauernhof set, Lego-Bauernhof), majalah (Wendy cs), figur animasi, boneka dan lain sebagainya seperti yang menyebar di Jerman, bisakah memotivasi keinginan masyarakat kita untuk mau memegang profesi ini? Petani bisa menjadi sumber penghasilan tetap bahkan jadi kaya, kata beberapa petani Jerman. Kalau mau pasti bisa. Kerja keras dan disiplin, paling utama. Instan? No, way ya.(G76)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI