Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Suka Duka Keliling Ke 19 Negara

24 Agustus 2012   19:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:22 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_208519" align="aligncenter" width="548" caption="Air terjun di Antalya"]

1345835133144992024
1345835133144992024
[/caption]

Payahnya lagi penyakit lupa itu kambuh lagi. Turun dari pesawat dan berganti bis, netbook saya ketinggalan! Untung panitia meeting mau menolong menelpon nomer dari karcis bus yang masih saya pegang. Untungnya si sopir baik hati mau mencari dan mengembalikannya ke hotel keesokan hari. Dua hari kemudian saat harus kembali ke tanah air, laptop itu lagi-lagi ketinggalan di atas meja check in. Untung maskapai mengembalikan pada saya sebelum terbang. Gana lalinesia.

12.Jerman (2003, 2005, 2006-…)

Kedatangan pertama ke Jerman begitu mulus terlampaui. Mengawali bus dari Odense, Denmark ke Hamburg, Jerman hingga Dusseldorf, Jerman. Arus balik saya ambil dari Amsterdam ke Kopenhagen. Diperbatasan Belanda-Jerman dekat kota Hamburg, pemeriksaan tak hanya soal tiket. Pasport saya diminta. Ya ampun, mata petugas melotot. Hari itu, visa saya sudah habis! Pijimana, dong ? Daripada repot harus dibungkus yang berwajib ke kantornya, saya tunjukkan tiket pesawat. Hari ini saya memang harus hengkang dari Eropa lewat Kopenhagen. Untunglah komunikasi kami berjalan lancar dan keduanya tersenyum mengucapkan selamat jalan. Pffff … deg-deg aaaaan.

[caption id="attachment_208521" align="aligncenter" width="398" caption="Trauma di sekitar Hamburg ..."]

1345835199960485876
1345835199960485876
[/caption]

13.Swiss (2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012)

Karena kami tinggal di perbatasan Jerman-Swiss, kunjungan ke negeri ini tak ubahnya pergi ke luar kota, sejam sampai. Waktu itu bensin masih murah, kami biasa isi disana dan putar-putar lalu isi lagi. Sekarang sudah agak mahalan.

[caption id="attachment_208522" align="aligncenter" width="498" caption="Rheinfall itu sekarang 5 euro/orang!"]

1345835293985230303
1345835293985230303
[/caption]

Rheinfall alias air terjunnya memang menegaskan betapa keindahan alam dari Tuhan itu bermanfaat juga untuk dijadikan aliran listrik tenaga air. Begitu pula dengan Indonesia, bukan???

14.Austria (2005, 2006, 2008, 2012)

Ini kali pertama saya menyetir mobil ke luar negeri (setelah Jerman), melewati tol terpanjang se-Eropa (?). Dengan bantuan navigasi dan co pilot, suami, tak ada sesuatu yang buruk terjadi. Negerinya mempesona dengan jajaran gunung seperti Salzburg, penampakan lainnya yang hampir mirip seperti di Jerman (bunga Geranien, bahasa, bentuk rumah, makanan dan sebagainya). Perjalanan amat lancar dan menyenangkan.

[caption id="attachment_208523" align="aligncenter" width="472" caption="Salzburg"]

13458353592104334343
13458353592104334343
[/caption]

15.Italia (2008, 2011)

[caption id="attachment_208524" align="aligncenter" width="517" caption="Venezia"]

13458354381598000445
13458354381598000445
[/caption]

Kunjungan kedua, Milano alias Milan. Kami memesan hotel di situs BED AND BREAKFAST. Yang berarti kami bisa tinggal disana untuk tidur dan dapat makan pagi dengan harga yang miring untuk ukuran Milan. Delapan puluh euro semalam. Total 240 Euro.

Namun alangkah terkejutnya kami, karena yang tersedia adalah sebuah kamar kecil dengan dua tempat tidur tingkat dari sebuah rumah susun. Pemiliknya adalah seorang wanita dengan satu anak. Anaknya itu entah dikirim kemana karena tempat tidurnya kami booking tiga hari.

Usai membayar lunas di muka, kami lihat ibu begitu gembira berbelanja. Lima tas plastik isi belanjaan memenuhi kedua tangannya. Hahaha … ya sudah, itung-itung amal … untung saja city sight seeing sempat mempesona jadi lupalah semua duka.

16.Luxembourg (2007)

Usai melewati rumah kelahiran Max Havelaar di Trier, kami cabut ke Luxembourg. Sayang sekali, hari itu hari Minggu, semua toko tutup. Hanya beberapa Café dan restoran yang buka.

[caption id="attachment_208525" align="aligncenter" width="484" caption="Yang buka hanya resto dan cafe"]

1345835505301888650
1345835505301888650
[/caption]

“Untung hari ini hari libur, kalau tidak aku bisa bangkrut.” Begitu kata suami saya saat melihat saya sedih memandangi dan menunjuk display barang-barang di kaca toko-toko yang temaram. Sebagai obat kecewa, saya isi bahan bakar mobil penuh-penuh. Maklum, negeri mini ini memang waktu itu mematok harga BBM sangat rendah dibanding Jerman. Puh.

17.United Emirate Arab (2004,2005, 2010)

Seorang pria berjanggut menyodorkan sebungkus roti untuk saya. Ia memang sedang berbuka puasa dan menghampiri setelah sholat saya usai, di masjid bandara Dubai. Kok ada orang yang perhatian. Apakah makanan itu beracun? Tentu tidak karena saya masih hidup hingga hari ini. Allahuakbar!

[caption id="attachment_208526" align="aligncenter" width="448" caption="Dubai oh Dubai, lampumu gebyar-gebyar ..."]

13458355521661378198
13458355521661378198
[/caption]

Lewat negeri ini ketiga kali tak sekedar transit. Kalau biasanya tidur di bandara Dubai atau Abu Dabi, sepuluh hari kami menginap disebuah flat yang indah. Pemandangan Jumeirah yang megah! Wara-wiri mobil hebat macam Cheyenne Porsche, Lamborghini dan sebangsanya kadang bikin iri. Para wanita dengan jubah hitamnya semakin mewarnai lalu lalang turis dari berbagai dunia.

Pembukaan Burj Khalifa di sela-sela suasana tahun baru, tarian air di Dubai Mall … Emirate mall yang megah dan luas, pantai pasir putihnya yang indah, suasana malam yang berseri … ahhhh … tahulah saya mengapa orang Jerman amat bermimpi berada disini.

18.Cekoslovakia (2011)

Sudah lama ngiler ingin mengunjungi Praha. Setelah mengikuti rombongan tur, saya jadi mengerti bahwa memang lebih enak jalan sendiri lantaran tak ada batasan waktu dan obyek yang ingin didatangi.

[caption id="attachment_208528" align="aligncenter" width="447" caption="Salah satu jalur merah di Strazny"]

13458360682001357119
13458360682001357119
[/caption]

Satu lagi. Sebaiknya memang lelaki beristri datang tak sendiri, Ceko banyak gadis cantik nan seksi. Hotel plus-plus banyak menggoda pria di seluruh pelosoknya … all in. Hati-hati!

19. Hungaria (2012)

[caption id="attachment_208527" align="aligncenter" width="479" caption="Patung di depan kastil pada halaman Buda (pest)"]

1345835717959593541
1345835717959593541
[/caption]

Selama berada di Jerman, saya rindu, ingin selalu kembali ke Indonesia. Saat berada di Hungaria, saya ingin segera menuntaskan liburan dan kembali ke Jerman. Rasa bersyukur itu makin muncul, saya tak mau tinggal di Hungaria ! Negeri indah ini masih belum tertata rapi seperti Jerman. Bagaimanapun, negara ini mampu membuat phobia air-ku lenyap dalam 10 hari. Ceritanya lain kali …

***

Menyukai perjalanan ke luar negeri syaratnya saya harus mampu mengencangkan ikat pinggang, menabung, pencarian akomodasi termurah, diskon hingga gratis dan menyesuaikan diri dengan keadaan di tempat tujuan. Saya tak harus tinggal di hotel yang mahal karena biasanya kesibukan berkeliling membuatnya hanya menjadi persinggahan saat makan pagi dan tidur sahaja.

Sayangnya, justru di negara sendiri baru Jawa dan Bali yang saya susuri. Masih ada Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya dan puluhan ribu pulau-pulau kecil lainnya yang menanti. Ya. Nasi telah menjadi bubur. Keinginan itu tak semudah ketika masih berada di tanah air. Semoga Allah memberiku rejeki yang cukup untuk menikmati keindahan tempat bangsa sendiri.

Akhirnya, kesadaran saya kambuh. Dari kunjungan ke sembilan belas negara, justru rindu pada Indonesia semakin menjadi-jadi. Makin terasa saat lebaran begini … hiks. Beruntunglah orang-orang yang mendapat kesempatan berkumpul bersama keluarga, saudara, teman, tempat klangenan dan apa yang disenangi pada hari yang fitri. Semoga anugerah itu benar-benar disyukuri.

Yaiy. Jalan-jalan ke luar negeri? Tak ubahnya membeli sangkar emas. Berkilau, indah, oase bahagia dalam tempo, mahal nan bersekat sampai bundas! Splash splash! (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun