Tadi malam pukul 22.30-an waktu Jerman, pertandingan Spanyol-Italia dimenangkan negeri banteng merah dengan skor 4-0 (menit 14 oleh David Silva, menit 41 dari Jordi Alba, Fernando Torres di menit 84 dan Juan Mata 4 menit kemudian). Aksi penggundulan pada tim kapten Buffon, yang sempat membabat Jerman pada hari Kamis lalu dengan 2-1 itu membuktikan, yang terbaik berhak menjadi juara Europamanschaft!
Warga Jerman mengucapkan Felicitation, herzliche Glückwunsch, selamat kepada jawara ….
[caption id="attachment_198436" align="aligncenter" width="574" caption="Selamat kepada pemenang piala Eropa!"][/caption]
Munculnya generasi muda tim Jerman
Saya tertarik dengan perkembangan tim sepak bola nasional negeri tempat saya merantau, Jerman. Jika mereka bermain, saya sempatkan ngantuk-ngantuk ayam menonton bersama keluarga dan tetangga dekat.
Sebuah atraksi yang menarik ketika Jerman memunculkan generasi mudanya (mulai dari Thomas sampai Reus) di lapangan hijau di kancah internasional sekelas Europe Cup ini. Mungkin negeri yang saya sukai jalan tolnya ini memang sedang menanam biji, buahnya belum masak benar, akan dimakan jauh hari saja.
Sayang sekali Jerman belum bisa meraih kursi pertama tahun ini, meski dengan dukungan hebat Mama Angela Merkel yang sekuat tenaga menyempatkan diri semaksimal mungkin untuk menonton pertandingan tim Deutscher Fußball Bund diantara tugas kenegaraan yang segunung, motivator dan pelatih setampan dan sebagus Löw, support para pacar pemain DFB di tribun (Lena-Sarah and co), para hooligan (red: bonek), masyarakat umum, pernak-pernik penyemangat dan lainnya.
Seingat saya sebelum acara Eropa ini berlangsung, telah beredar rumor dari DFB „Wir hollen der Becher“ (kami akan rebut piala Eropa tahun ini). Adakah nada sombong atau optimisme didalamnya? Pencernakan tentang nadzar itu bagi masing-masing individu bisa saja berbeda. Sekarang, tim dan Bundes hanya bisa gigit jari. Derai tangis dan penyesalan tak hanya datang dari Özil dan kawan-kawan tapi hampir seluruh rakyat negeri sosis yang ada di arena, Jerman, dan di seluruh dunia. Jerman hanya naik ke kelas tiga dan mengepak tas, pulang.
Beri hutang dapat kemenangan?
Pada hari Jumat 22 Juni 2012 berlangsung pertandingan Jerman melawan Yunani. Griechenland negeri yang banyak menyimpan sejarah Yunani kuno itu memang sedang dilanda kebangkrutan yang memprihatinkan. Eropa, khususnya Jerman amat memberikan simpati dan dukungan besar baik berupa moril maupun dana segar bertajuk Euro Area Stability Support to Greece (8, 4 Milyar Euro? Dimana diperkirakan tiap penduduk yang berjumlah 11,3 milyar setidaknya masing-masing mendapat 743 euro). Apakah ini bisa dicontoh kawasan Asia? Jika ada negeri di wilayah yang jatuh, tetangganya sekuat tenaga membantu semaksimal mungkin? Kalau Eropa bisa mengapa Asia tidak? That’s what neighbors are for … for good times and bad times.
Desas-desus yang ada di masyarakat awam yang saya dengar adalah kepastian kemenangan Jerman atas Yunani karena bantuan uang raksasa yang telah diberikan mereka kepada negeri yang sedang sengsara itu. Mereka mengibaratkan bahwa Jerman melewati sebuah Tunnel (red: terowongan) untuk menerjang bukit Schulden Yunani (red: hutang).
Pastinya bagi tim Yunani, lomba ini hanyalah sebuah aksi olahraga, bisa jadi bagi Jerman adalah sebuah art campuran antara sport and politic.Dipertarungan kedua tim inilah, baru pertama kalinya Mama Angela setia untuk duduk, berdiri, berteriak-teriak dan bertepuk tangan di tribun stadion Danzig piala Eropa 2012 (meski akhirnya mengadakan kunjungan ke negeri penyelenggara lainnya, Ukraina).
Hasilnya bisa ditebak, Jerman menggebrak 4-2. Secara bersamaan, isu tentang kebangkrutan Yunani mewarnai perbincangan yang hangat di masyarakat negeri sosis ini. Apakah benar dugaan orang tentang pembelian kemenangan Jerman atas Yunani lantaran bantuan krisis pada negeri para dewa-dewi jaman kuno? Saya kira tidak karena meski keduanya bermain bagus, timnas Jerman telah menunjukkan kapasitasnya sebagai tim kebanggaan Bundes Kanslerin Angela Merkel. Die Deutschen haben kraft! Tim Jerman tahu mereka memiliki kekuatan tersendiri dan mengerti bahwa ada talenta untuk membuat tim lain was-was dan kalah.
Why is it always me?
Jika saya menjadi Ronaldo dari Portugal … kalimat diatas yang akan saya katakan dalam hati. Saat melihat lelaki berambut kencling itu harus menanggung beban dalam setiap tendangan sudut atau tendangan ke gawang, rasanya tak tega. Sedikit salah atau kurang konsentrasi saja gol tak akan dihasilkannya lantaran terlalu melenceng atau ketinggian, salah siapa? Salah Ronaldo?
Sewaktu melawan Jerman, Gomez menyelamatkan timnas Jerman dari Portugal dengan 1-0 pada 9 Juni 2012 (?). Publik pecinta Portugal dan Ronaldo kecewa.
Bagaimanapun sedih sekali saat Ronaldo terlihat amat tertekan dalam pertandingan melawan Spanyol dalam dua babak pada tanggal 27 Juni 2012 . Terasa betapa depresi itu melandanya justru sebelum bola ditendang di ujung kakinya. Degup jantungnya pasti lebih cepat dari pacuan kuda?
Untung ada kesempatan tendangan 11 meter yang akhirnya mengkandaskan Portugal atas Spanyol dengan 4-2, lantaran tendangan satu persatu tim Portugal oleh teman-teman Ronaldo terlihat dengan kasat mata siapa yang tak bisa membobol gawang dalam lima kali kesempatan. Kekalahan bukan hanya pada Ronaldo, bukan? Beban terbagi.
Italia merajai Jerman
Hari Kamis, 28 Juni 2012 pertandingan Jerman melawan Italia benar-benar meresahkan (2-1). Balotelli begitu buas menyerang. Buffon sangat gesit menangkap tendangan pemain Jerman yang kira-kira tujuh kali hampir gol (?).
Nama besar Italia dan penjajahan terselubung Italia di tanah tumpah darah Jerman (lewat migran massa masyarakatnya layaknya warga Turki, dan bisnis restoran Pizza yang menjamur di seantero Jerman) menguatkan dugaan kekalahan yang akan diterima Jerman. Italia telah mendarah daging di negeri tembok runtuh ini.
Namanya juga lomba, kadang bisa menang bisa juga kalah. Tetapi melihat sejarah yang sudah ada, Jerman sepertinya tak pernah bisa lolos dihadang Italia! Mamamia!
Padahal lewat ZDF, Kanselir Jerman mengeluarkan pernyataan, "Ich bin hier, um der deutschen Mannschaft die Daumen zu drücken. Ich hoffe auf spannendes Spiel." Und, aufgepasst: "Der Gastgeber Polen ist auch ganz toll."(red: saya nonton karena ini memberikan semangat bagi timnas Jerman. Saya berharap akan sebuah pertandingan yang menegangkan. Jangan lupa juga bahwa Polandia adalah tuan rumah yang hebat!).
Ibu negara yang satu ini memang tak pernah ketinggalan dalam menonton tim kebanggaan negerinya, disela-sela keribetan sebagai tameng negara. Seru melihat beliau teriak-teriak sambil berdiri dari duduk dan mengangkat kedua tangannya, kadang geregetan! Semoga presiden RI bisa mencontoh gerakan pimpinan tertinggi negara seperti beliau.
Balotelli sang Spartacus
[caption id="attachment_198437" align="aligncenter" width="562" caption="Balotelli dihibur pelatih usai kalah 4-0"]
Sosok Balotelli begitu menggemaskan Jerman. Pertandingan Jerman vs Italia yang mendekati menit terakhir 2-0, membuat kegelisahan tiada tara. Untung di menit terakhir sebelum peluit panjang dibunyikan, ada hadiah wasit tendangan penalti bagi DFB.
Balotelli menjadi sorotan yang amat mendalam bagi penduduk Jerman. Keturunan Ghana-Italia yang sering mendapatkan perlakuan diskriminasi itu memang terkenal memiliki kekuatan dan kecepatan yang luar biasa dalam memainkan benda bulat di lapangan luas. Konon dikabarkan ia ini memiliki perangai yang agresif, keras kepala, agak sombong dan sebagainya. Saya yakin inilah yang menjadi kendala bahwa ia terkadang tak bisa menunjukkan kepiawaiannya dalam bermain bola, tergilas emosi. Sepertinya, ini juga lumrah terjadi pada manusia dibelahan dunia manapun. Sepanjang seseorang tidak bisa mengikuti hati dan rasio waras, apapun yang dilakukan/dimiliki akan berantakan. Memang tak mudah untuk mengalahkan diri sendiri.
Dan penunjukkan bahwa prestasi tak hanya dihasilkan dari otot tapi juga otak (kepala dingin, taktik nan cerdik) ditunjukkan Spanyol yang menyudutkan Italia pada hari Minggu kemarin, 1 Juli 2012. Tim berkaos merah itu menyihir regu kapten Buffon, hingga negeri pizza tak berhasil membobol gawang lawan demi mencetak gol.
Balas dendam yang elegan dari Jerman? Italia memang tak berkutik, bertekuk lutut. Tadinya orang Italia di kantor/pabrik Jerman mengolok-olok kekalahan Jerman atas Italia, mulai hari ini, sentilan balik masyarakat Jerman pada kawan-kawan Italia karena kekalahan parah mereka dari Spanyol terdengar sudah. Tercukur gundul!
Tekanan batin tampak pada raut muka Buffon dan Balotelli pada akhir pertandingan. Dalam wawancara, Buffon menyatakan Italia telah mengerahkan segala tenaga 100% not to run tapi Spanyol masih yang terbaik. Good is not enough when you can be perfect as the best ….
[caption id="attachment_198439" align="aligncenter" width="562" caption="Tangisan Italia ...."]
Ya. Suka cita Spanyol diwarnai tarian puluhan ribu penonton berwarna merah, anak-anak dari Torres cs yang berhamburan di lapangan, serpihan kertas hias berjatuhan, aksi pengalungan medali dan keliling dengan piala, acara jepret-menjepret, serta pengibasan kain sang matador. Spektakuler!
Masih ingat kejadian liga lawan FC Barcelona tahun 2009/2010? Lelaki berambut model punker itu begitu demonstratif membuka baju hingga dibuang dari lapangan oleh Massimo Moratti. Kejadian itu terulang lagi saat menggunduli Jerman 2-0 (untung di detik ekstra penghabisan, wasit baik hati kasil tendangan penalti, hingga menghadiahkan angka 1 untuk Jerman).
Sebagai bangsa Indonesia, rasanya malu, melihat Balotelli meluapkan kegembiraannya dengan bertelanjang dada dan menunjukkan otot-otot bentukan di badannya didepan milyaran mata manusia. Apalagi dengan muka sangar. Beberapa warga Jerman yang sempat nobar dengan kami lalu melayangkan pikiran pada Spartacus!
Maaf, entah harus geli atau bagaimana, rakyat Jerman yang menyaksikannya, tiba-tiba teringat film seri Spartacus (Jumat malam). Disana gambaran tokoh pelatih Spartacus (petarung unggulan Batiatus), jaman Yunani langsung menyembul dikepala. Drago yang melatih puluhan petarung hebat di kota Capua itu memang agak mirip Balotelli. Profil bertubuh tinggi, besar, kekar, berkulit hitam, bermuka bengis, berotot dan mahir bertarung itu bernama asli Peter Mensah dari Ghana.
Begitulah pengamatan ibu-ibu dari Jerman pada piala Eropa 2012 kali ini. Jerman, Portugal,Italia adalah tim yang baik tapi Spanyol yang terbaik dan berhak membawa piala. Setuju tidak setuju dipostingkan …. (G76)
Sumber:
1.Nobar-nobar piala eropa 2012
2.http://www.zeit.de/2011/27/DOS-Griechenland-Geld
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H