[caption id="attachment_194818" align="aligncenter" width="433" caption="Halaman 1,membahas anatomi dan perbedaan genital (bisa buka tutup)"][/caption]
Buku berjudul „Vom Kopf bis zu den Zehen, hier gibt es was zu sehen!“ (dari kepala sampai kaki, ada yang bisa kita amati) itu tulisan penulis Jerman, Dagmar Geisler. Buku yang diantaranya mengajarkan anak-anak soal seks, perbedaan genital lelaki dan perempuan sejak umur 2 tahun ini dijuluki Mein Körperbuch (red: buku tentang anatomi tubuhku). Lewat koleksinya, perpus kota Tuttlingen mengajarkan bahwa anak-anak dilahirkan berbeda dan diajak untuk memahami kepemilikannya sejak dini.
***
Setiap hari Kamis sore usai balet adalah jadwal kunjungan kami ke perpustakaan pusat di kota Tuttlingen. Seperti biasa mbak Chayenne mengembalikan buku yang kami pinjam (dan telah diperpanjang on line) kepada petugas yang menyekrin (red: memindai) kode buku tanda lunas kembali.
Setelah itu, kami berlomba-lomba naik ke lantai 2 di pojok buku anak-anak. Si mbak memberi komando sang adik untuk memilih 5 buku. Tak berapa lama kemudian 10 buku sudah ditemukan keduanya. Saya tak meneliti semuanya, salah satu buku itu tentang yang ini, sibuk di bagian buku dewasa.
Malamnya begitu buku dibuka …
Alamaaaakkk!
„Mama, was ist dies?“ Shenoa membuka penutup alat kelamin gambar bocah lelaki. Ia menanyakan apa nama alat yang menggantung itu. Buku ini memang mit vielen Klappen, bisa dibuka tutup, menyenangkan.
„Hej, das ist ja wie vom Papa!!!" kakaknya ikut membuka tutup handuk pada alat itu. Gadis kecil yang gesit itu mengatakan, penampakannya seperti yang pernah ia lihat pada ayahnya.
„Husssss … saru! Gak boleh teriak-teriak ....“ Telunjuk saya katupkan di mulut agar ia tak keras-keras menceritakan pengalamannya melihat bentuk aslinya.
„Wirklich, Mama … habe ich es gesehen“ Chayenne meyakinkan bahwa ia benar-benar pernah melihat hal yang sama pada papanya tempo hari, usai suami saya itu mandi dan pintu kamar mandi tidak dikuncinya lalu ia terobos „Und dies ist ja wie bei dir …“ Lagi-lagi si malaikat kecil berambut panjang membuka penutup handuk di bagian tubuh gambar perempuan. Menurut pengamatannya, wujudnya sama seperti milik saya, ibunya.
„Und dein und Shenoas … und Yang Ti … “ Kemudian saya tambahi bahwa itu seperti yang ia punyai, juga adik dan eyang putri ... alat genital perempuan.
„Ja, aber meine hat keine Haare ..." Si Nen berseru bahwa pada anak-anak belum tumbuh rambut.
Tawa kami meledak seperti brondong dimasak dalam mesin. Yeee … papa dan mama sebaiknya semakin berhati-hati menampakkan diri. Apalagi anak putri terbesar kami ini seperti radio campur megaphone, siarannya kemana-mana dan banter banget. Wih!
Ya, jaman saya seusia mereka, belum pernah sekalipun melihat buku anatomi segamblang ini sampai kemudian dapat pelajaran biologi di sekolah. Untung saja saya selalu mendampingi mereka dalam membaca buku sehingga ada keterangan yang bisa saya bacakan, tak hanya gambarannya saja tapi penyerapan ilmunya yang nambah dan benar.
[caption id="attachment_194819" align="aligncenter" width="450" caption="Gambar bocah telanjang dengan alatnya (blur)"]
Sayangnya pada bagian Haut haben wir überall (red: kulit ada disekujur tubuh kita), gambar lelaki kecil itu benar-benar telanjang tanpa penutup selembar benangpun. Kedua peri saya kembali terbahak-bahak ….
Penasaran, saya bolak-balik bukunya. Ternyata buku ini memang telah di screen atau di set untuk umuran anak diatas 2 tahun oleh penerbit Oetinger di Hamburg terbitan 2010.
[caption id="attachment_194820" align="aligncenter" width="443" caption="Tertulis di kanan bawah; diperuntukkan bagi anak usia 2 tahun keatas"]
Selain chapter itu, ada yang menarik lagi misalnya Wozu haben wir die Nase und Ohren (red: fungsi hidung dan telinga), Wozu sind die Hände da? (red: mengapa kita punya tangan), Vom Wachsen und waschen (red: tumbuh kembang dan membersihkan diri), Gesund bleiben (red: 4 sehat lima sempurna, sekresi: BAB, BAK) dan lainnya.
Duhhh … seru ya buku untuk anak-anak Jerman ini? You are really lucky, kids! (G76).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H