Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Gadis Pemain Sepak Bola Denmark Itu Berjilbab

10 Juni 2012   12:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:09 1630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana rasanya melihat para pemain sepak bola wanita di lapangan hijau berjilbab?

Jawabannya sederhana, asli takjub. I extremely proud of them … so wonder! OMG!

[caption id="attachment_193807" align="aligncenter" width="381" caption="Berjilbab di Denmark, bisa main sepak bola (diperagakan Shenoa)"][/caption]

Bagaimana tidak? Dengan berpakaian serba panjang (kaos dan celana panjang) disertai penutup kepala yang hanya menyisakan wajah yang terlihat itu, ternyata mampu mengusir keringat bercucuran dan mengobarkan energi yang tak pernah padam. It’s really true.

Biasanya jika berolahraga, akan terjadi pengeluaran keringat yang membutuhkan jalan pernafasan. Apalagi lapangan sepak bola itu yah … masyaallah luasnya. Saya pernah beberapa kali main sepak bola waktu muda, sekarang mungkin sudah tak sanggup lagi. Ngos-ngos-an sudah …

***

Yup. Kami bertiga puluh, perwakilan dari Asia dan Eropa diundang untuk berkunjung ke sebuah sekolah sepak bola di Denmark pada akhir tahun 2003 (hiy lambreta amirrr). Dalam rangkaian program sekolah rakyat Denmark atau Volkhojskole di Brenderup, kami memang mendapatkan pengalaman berharga di kelas khusus internasional, international exchange selama 3 bulan. Salah satunya saat mata kami terkesiap melihat kelincahan para gadis berbaju serba tertutup, berlarian di stadion berebut satu bola. Gadis-gadis berjilbab itu benar-benar hebat tendangannya, euy!

[caption id="attachment_193810" align="aligncenter" width="370" caption="Pemuda Asia-Eropa di sekolah sepakbola Denmark"]

1339328645689550111
1339328645689550111
[/caption] Waktu itu para gadis masih umuran belasan tahun, tahun ini pastilah mereka sudah masuk U20.

Game over, usai berganti baju dan mengobrol dengan kami, saya tanya dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan oleh Thien (asli Vietnam, besar di Kopenhagen) dengan bahasa Danish. Mereka menyatakan sangat gembira bahwa orang tua mengijinkan penyaluran bakat dan minat bebas terbatas. Sementara itu kebahagiaan yang lain ada pada klub yang telah mau dan mampu menjadi wadah dalam membimbing dan mendidik mereka selama ini. Wew!!!

[caption id="attachment_193811" align="aligncenter" width="383" caption="Foto tim klub dan pernak-pernik sepak bola koleksi mereka"]

13393288131692064374
13393288131692064374
[/caption]

Saya, geleng-geleng kepala lantaran di Indonesia, waktu itu, belum pernah bertemu bahkan nonton pertandingan sepak bola wanita langsung di lapangan, sekalipun. Apalagi mereka adalah warga Denmark keturunan muslim dan berjilbab. Ya Allah, memang Engkau adil. Yes, women, we deserve to get what we want when we can. Don't follow me, follow the birds ...

13393289132098560325
13393289132098560325

Masih ingat kata seseorang pada saya waktu main bola, “Anak wedok, kok pakai celana pendek, nendang bola lagi … ora elok!” tapi tidak di Eropa seperti di Denmark itu, saya malah mendukung anak-anak perempuan (kami) pegang dan nendang bola asal tidak di dalam rumah saja … berekspresilah, Nak.

***

Sebelum acara pertandingan, pidato dari pimpinan klub dan pelatih waktu itu menggelegar, mereka memang tak membatasi talenta anak dikembangkan hanya karena jenis kelamin. No way. Untuk urusan jilbab, managemen tetap menyemangati. So, that is a kind of guarantee not to run mengirim anak-anak masuk klub ini dengan aman dan nyaman. They are really aware of this matter.

[caption id="attachment_193805" align="aligncenter" width="357" caption="Pidato pelatih, si bos duduk sambil udut"]

1339327677314977844
1339327677314977844
[/caption]

Baik tim laki-laki dan perempuan, dikatakan si bos klub, memiliki kesempatan yang sama dalam berkompetisi di berbagai negara. Kaos, cinderamata, piala, merchandize khas klub pengundang dengan beragam bahasa dan seterusnya nampak menghiasi kantor klub belajar main bola ini. Pertanda baik dan bukti praktek serta kepiawaian selama training di klub.

[caption id="attachment_193806" align="aligncenter" width="363" caption="Sepakbola,laki perempuan sama saja"]

1339327773157189195
1339327773157189195
[/caption]

Duh, sayang … kamera saya tidak menangkap dengan jelas gambar mereka yang berjilbab di dinding itu. Sedangkan autogram sebesar kertas A4 dari klub anak perempuan yang berjilbab itu ada di tanah air. Tak ada disini, tapi don’t worry, membekas di hati ini.

***

Penggunaan hijab/jilbab atau penutup kepala bagi pemain sepak bola wanita sempat distop sejak tahun 2007. Perjuangan beberapa feminis dan mereka yang mendukung pemakaian jilbab meski berolahraga, tak kunjung padam.

Sayang sekali dalam Olympic 2012 inipun, FIFA tetap tidak mengijinkan pemain sepak bola wanita berhijab/jilbab atau penutup kepala hingga leher selama pertandingan berlangsung dengan alasan keamanan. Jadi, kesempatan para gadis yang setara dengan kelompok Denmark yang saya tonton itu, tertutup rapat-rapat. Sorry to hear that …

“FIFA said Iranian officials were ‘informed thoroughly’ before the match that the hijab scarf covering a women's neck is banned for safety reasons.”

Syukurlah bahwa saya pernah very-very happy mendapat kesempatan menyaksikan kedahsyatan para perempuan berjilbab main sepak bola di lapangan, meski hanya pertandingan persahabatan tingkat lokal saja …

[caption id="attachment_193808" align="aligncenter" width="375" caption="Wir lieben Deutschland"]

13393283791067442366
13393283791067442366
[/caption]

Kebahagiaan lain? Kemarin Jerman beruntung menang 1-0 dari Portugal lewat sundulan Gomez di menit 73. Tak sia-sia jika rakyat Jerman sibuk menjemur bendera di tiang/balkon rumah, nyate dan nobar. Permainan tergolong kurang menggigit tapi was a good start. Keep it up, Deutschland! (G76).

Sumber:

1.Kunjungan ke klub sepak bola Denmark, 2003

2.http://www.newsy.com/videos/iranian-women-s-soccer-disqualified-over-hijabs/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun