Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sebelum Venezia 'Tenggelam' 2050 ...

7 Februari 2012   22:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:56 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada suatu hari, bulu kuduk saya sempat berdiri saat berbincang dengan para pakar lingkungan dari sebuah universitas negeri yang mengatakan bahwa suatu waktu kota Semarang dan Jakarta akan tenggelam. Senti demi senti, permukaan tanah digenangi air yang lebih tinggi. Proses penenggelaman kota itu pelan tapi pasti, sementara saya sangsi bahwa langkah-langkah penanganan baik dari pemerintah, swasta atau masyarakat demi mengantisipasi kejadian yang mengerikan ini sudah terencana sejak dini.

Awww … ternyata bulu kuduk ini bisa lagi-lagi berdiri jika membayangkan bahwa suatu hari Venezia atau Venedig akan tenggelam pada tahun 2050 nanti … whattt ??? Gosipkah ? Berbagai researcher dunia dan pihak pemkot sendiri mulai perang opini soal ini. Sementara itu, kontroversi proyek dam yang ada masih belum saya dengar lagi kelanjutannya …

[caption id="attachment_169251" align="aligncenter" width="645" caption="Venezia yang terancam ambles ..."][/caption]

***

Hari amat terik kala itu. Perjalanan dari Schenna ke Venedig dengan tur bus nampaknya sebuah kenyamanan tersendiri. Maklum, travel dengan anak-anak dalam sebuah perjalanan jauh amatlah tidak mudah.

Sesampai di Venezia, kami disambut sebuah gerbang bertuliskanPer Piazza S.Marco (red: jalur menuju St.Mark Square). Dalam ferry kecil, guide kami mengingatkan kami harus turun di sebuah hotel „Cabrielli“ sebagai tempat berkumpul grup.

Pemandangan dari ferry sangatlah mempesona. Gedung-gedung bersejarah nan eksotik nampak dikelilingi taman air disana-sini. Mata saya melirik pada pelampung yang menggantung di dinding. Hiks … kalau kecemplung (red : tenggelam) harus nyawut (red : ambil) yang itu …

Oha … terik matahari benar-benar membakar tubuh waktu itu. Maklum musim panas, para turis dari segala penjuru dunia itu sudah main buka-buka (mulai dari gaya pakaian “you can see” look atau I see „yours“) dan tentunya bersandal jepit! Beberapa dari pejalan kaki itu mulai kipas-kipas cari angin … sumuk tenan (red : gerah).

Begitu berada ditengah kota dekat Piazza San Marco (red : menara Markus ?), jutaan burung dara hitam itu beterbangan kesana-kemari. Beberapa penjual jagung snack si burung nampak mengais rejeki ditengah kunjungan turis sejagad. Tiga bungkus beralih ke tangan kami, @ 1 euro. Gadis kecil kami nampak ketakutan dikerubuti hewan danyang (red: penunggu) Venezia itu. Beberapa photographer minta ijin memotretnya … nak, kamu masih umur 2 tahun waktu itu … dapat honor berapa foto castingnya???

[caption id="attachment_169252" align="aligncenter" width="553" caption="Pizza unyil "]

13286535852120737907
13286535852120737907
[/caption]

Setelah mengisi lambung kawanan itu, gantian perut kami yang harus diisi. Kami melirik pizza mini; pizza Margherita Pomodoro Mozzarella yang dipatok 3 Euro dan pizza Farcita-Funghi Pomodoro Mozzarella seharga 3, 50 Euro. Ya ampun … sak upil (red: kecil sekali)!

[caption id="attachment_169254" align="alignleft" width="180" caption="Window shopping ... no photo (eh, terlanjur)"]

1328653722457628047
1328653722457628047
[/caption] Karena saya wanita, mata mulai jelalatan melihat perhiasan dan pernak-pernik cantik. Topeng karnaval dijual minimal 8, 10,13 … euro (padahal bisa dibeli di Flohmarkt Jerman seharga 1 euro saja), gaun seharga 80 euro dan masih banyak lagi. Walhasil tak jadi beli karena takut tongpes hehehe …

Begitu melewati sebuah jembatan Rialto, beberapa Gondola mulai wara-wiri di Grand Canal. Turis nampak tersenyum menikmati pemandangan yang ada. Anak-anak mencoba mendekat barisan Gondola yang diparkir, saya mencoba memotret. Ya ampun kagetnya ketika sang empunya datang dan marah-marah … ih lecet juga enggak, Om! Pelit amat … Maklum, naik Gondola memang mahal.

Kami menyingkir dan menatap sekeliling. Haduh, rumah-rumah pada tergenang, berlumut dan dinding rapuh nan keropos. Ngeri dot com …

[caption id="attachment_169259" align="aligncenter" width="553" caption="Gondola melewati jembatan rusak,rapuh,keropos, tenggelam ..."]

1328654365782557609
1328654365782557609
[/caption]

[caption id="attachment_169256" align="alignright" width="300" caption="Kelapaaaaaaaaa ... Bu"]

1328654073601405281
1328654073601405281
[/caption] Pandangan saya buang ke arah lain agar sedikit segar. Seorang pemuda nampak begitu mempesona saya karena ia ternyata menjual … KELAPA!!! Duh, buah dari tanah rayuan pulau Kelapa Indonesia ini ternyata jadi barang unik dan mahallll! Pikiran saya melayang pada tanah air yang memiliki milyaran kelapa yang bisa diekspor ke Venezia???

Para pelukis jalanan nampak menawarkan lukisan mini dan portrait dari ukuran mini hingga jumbo. Harganya ? Saya tak mau tanya karena pasti mahal hehehe …

Guide mulai menghitung grup. Lengkap sudah, kami siap menuju ferry untuk kembali ke bis menuju Schenna.

[caption id="attachment_169257" align="aligncenter" width="664" caption="Kapal pesiar, please jangan miring yah ..."]

13286541591671031485
13286541591671031485
[/caption]

Tiba-tiba sebuah kapal pesiar mewah raksasa lewat. Hiyyyy takuuuuttt … mengingatkan saya pada Costa Concordia yang numplek pada tanggal 13 Januari 2012 yang lalu hingga menewaskan puluhan orang dan sekaligus mencemari lingkungan karena tingkatan kepekatan minyak yang tumpah. Kami naik ferry saja, Senor!

***

That was our travel to Venezia last time in summer … belum tenggelam.

Global warming sudah mulai terasa dimana-mana. Bumi menangis, alam memberontak, tanpa harus menyalahkan siapapun (pemerintah yang tak mau tahu, rakyatnya yang sembarangan, peraturannya yang malang melintang, alamnya yang tak mau kompromi …) namun lebih berkaca dalam cermin. Suatu hari terlihat kenyataan bahwa pelan tapi pasti semuanya, satu persatu rusak … hingga tak tersisa. Hiks …

[caption id="attachment_169258" align="aligncenter" width="553" caption="Gereja dan desa Reisenpass,terendam ratusan tahun "]

1328654249424636949
1328654249424636949
[/caption] So, sebelum benar-benar rusak karena banjir dan tenggelam tahun 2050 (bisa jadi hanya terendam, bukan tenggelam alias menghilang seperti kota Reisenpass) … sempatkanlah meniliki cagar budaya UNESCO, Venezia ini. Hmmm … kini tahun 2012 … masih ada 38 tahun untuk menabung hingga tahun 2050.

........................................................................................................................................................

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun