[caption id="attachment_334566" align="aligncenter" width="320" caption="Pintu masuk kebun binatang di alun-alun Antwerpen"][/caption]
Pada tahun 1922, kebun binatang Surabaya pernah terancam tertutup, akhirnya bertahan. Kemudian tahun 2010, menteri kehutanan RI mencabut ijin kebun binatang di tengah kota Surabaya sehubungan dengan kematian para hewan. Dibuka lagi? Makanya waktu tahun 2013 mau mampir, disarankan kakak tidak usah ke sana. Mengerikan kondisinya. Penasaran.
Entahlah, yang jelas saya hanya heran bahwa banyak kebun binatang di pusat kota yang pernah saya kunjungi, Wilhelma Stuttgart, Frankfurter Zoo ... Keduanya, di pusat kota wilayah Jerman. Dan terakhir, barusan, libur paskah lalu, kebun binatang Antwerpen di alun-alunnya.
Kebun binatang yang saya sebut bisa menjadi contoh, bagaimana negara dan bangsa bisa mewujudkannya. Salah satunya Belgia, seratus lima puluh tahun sudah bonbin di pusat kota ini berdiri, masih terawat hewan dan fasilitasnya. Mooi!
[caption id="attachment_334567" align="aligncenter" width="320" caption="Antrinya panjaaaaang"]
[caption id="attachment_334568" align="aligncenter" width="320" caption="Di alun-alun kota dilarang minum alkohol"]
[caption id="attachment_334569" align="aligncenter" width="320" caption="Alun-alun kota Antwerpen dipenuhi warga seluruh dunia."]
[caption id="attachment_334570" align="aligncenter" width="320" caption="Jalan dari alun-alun menuju China town."]
[caption id="attachment_334593" align="aligncenter" width="320" caption="Central station, dari dan ke, lebih mudah dan cepat."]
***
Kebun binatang Indonesia banyak yang memprihatinkan?
Saya pernah terpesona dengan Taman Safari I dan II di tanah air bersama suami dan anak-anak. Namun, saya juga masih ingat sekali, waktu kecil, sering diajak ke bonbin oleh orang tua saya, kebun binatang Tegal Wareng Semarang. Saya tak ingat betul detilnya. Hanya saja, sewaktu pindah ke Tinjomoyo (jauhhhhh sekali, terpencil), saya lihat kondisinya memprihatinkan. Itu waktu tahun 2005, entah tahun ini. Hewan yang kurus dan malas-malasan, kandang yang kotor dan berkarat (takut kalau mereka melarikan diri) serta sepiiiii pengunjung. Saya memang belum pernah dengar ada hewan mati di sana, hanya saja kalau begitu cara merawat dan memelihara mereka, pasti bisa mati.
Oh. Apa benar, hewan mati karena manusia tak bisa menyayanginya?
Saya membaca, banyak kebun binatang di tanah air kurang memperhatikan kondisi hewan. Bahkan, sejak awal tahun 2014, sudah lima hewan mati di kebun binatang Surabaya. Bahkan 30 lainnya sudah mati pada tahun 2013. KBS yang didirikan pada tahun 1918 ini terancam bangkrut dan tutup. Meski sudah keluar dana besar untuk perbaikan dan perluasan lahan bagi hewan. Tetap saja.
Katanya, pemda sudah mengambil alih penanganan bonbin, tetap saja hewan-hewan mati. Menurut Deutche Welle dan Jakarta Post, mereka menyebut KBS sebagai KBM, kebun binatang maut. Tempat ini seperti tempat penjemputan maut para hewan di kebun binatang yang didirikan orang Belanda ini. Siapa yang salah? Yayasannya? Tukang rawat/pawangnya? Pemdanya? Pengunjungnya?
Mosok ada hewan jerapah di KBS mati karena perutnya ada 20 kg plastik? Belum lagi ada hewan yang kulitnya sampai mengelupas seperti disakiti atau tak terawat itu? Belum lagi yang sedang sekarat, mati segan hidup tak mau. Prihatin.
Yang pasti saya hanya heran bahwa di negara asing (Belgia dan Jerman), hewan di kebun binatang nampak sehat dan bugar. Gembiraaa sekali mereka. Saya kaget, contohnya, waktu lihat anjing laut hiperaktif wara-wiri di air. Senang sekali dia waktu kami datang ....
Apakah ini dari cara masyarakat luar negeri mencintai hewan lebih tinggi dari bangsa kita? Tak usah hewan rumahan seperti anjing dan kucing, dari kecil, anak-anak Jerman misalnya sudah diajari untuk mencintai dan menyayangi hewan, bukan untuk disakiti. Di taman kanak-kanak tempat anak-anak kami bermain, selalu ada kunjungan ke kandang hewan seperti kambing, ayam dan sapi. Anak-anak benar-benar didekatkan pada mereka, untuk mengamati tindak-tanduk binatang, mengelus, melihat cara pemiliknya merawat dan mendapat manfaat dari perlakuan kepadanya (hasil ternak).
[caption id="attachment_334571" align="aligncenter" width="640" caption="Anjing laut gembira menyambut kami ...."]
[caption id="attachment_334572" align="aligncenter" width="320" caption="Kulitnya mulus, nggak burik ...."]
[caption id="attachment_334573" align="aligncenter" width="320" caption="Jerapah makan rumput, bukan plastik."]
[caption id="attachment_334589" align="aligncenter" width="320" caption="Tidak klelat-klelet, aktif macannya."]
[caption id="attachment_334590" align="aligncenter" width="320" caption="Kupu menghisap sari buah."]
[caption id="attachment_334591" align="aligncenter" width="320" caption="Tapir, tidak hanya di Malaysia, Sumatra juga ada"]
Mencontoh kebun binatang Antwerpen
Kebun binatang di sebelah central station (KA dan bus) di pusat kota Antwerpen. Ini dibangun pada tahun 18 juli 1843. Sudah ada 5000 hewan di dalamnya. Sehat dan bugarrrr.
Memang ditilik dari tiketnya bikin nyut-nyutan. Waduh, 22€ untuk dewasa, anak-anak 17,50€ untung saja dapat diskon 30% karena adik saya punya kartu abonemen, langganan untuk 3 kebun binatang di negeri Belgia. Ia memang rajin mengajak anaknya ke sana. Dan ia tidak sendiri, banyak orang tua yang memilih mengajak anaknya ke kebun binatang saja dan berlangganan.
„Skjztvxyltpdmk ....“ Penjaga tiket yang cantik berhidung mbangir, memandang kami.
„Excuse me, two tickets for adult and two for children. Do you think this coupon is valid?“ Si mbak mengangguk. Kupon diskon berlaku. Harga jadi lebih murah untuk dewasa dan anak-anak, total 55€. Suami saya mencoba mengalihkan perbincangan di loket dengan bahasa Inggris. Memang bahasa Jerman dan Belanda agak mirip, tapinya, kok ora mudheng, tidak tahu ... pakai bahasa internasional saja. Haha.
Waktu ke sana antrinya sungguh puanjang. Entah karena libur paskah atau memang antusiasme warganya tinggi. Hari itu, hari rabu, bukan hari sabtu atau minggu! Bagaimana suasananya kalau akhir pekan, ya? Oi. Banyak orang tua dan anak-anak membentuk ular-ularan di kasa yang dibuka.
Paling tidak 1,3 juta pengunjung per tahun memenuhi kebun binatang tertua ini. Maklum, dengan 4 musim memang tidak asyik jalan-jalan saat temperatur rendah. Atisss... Pastilah hanya musim semi dan musim panas.
Bonbin yang dibuka untuk pertama kalinya oleh raja Belgia, Leopold I pada tahun 1844 ini, tadinya hanya sebagai pusat studi hewan dan tanaman, akhirnya dikembangkan menjadi area rekreasi. Dari 2 hektar menjadi 10 hektar. Di pusat kota? Halllooooooo? Membayangkan bagaimana pemerintah kerajaan membeli tanah yang harganya meroket dan bersaing dengan dunia bisnis (mal, perkantoran, tempat parkir dan sejenisnya).
Apa rahasia kebun binatang yang umurnya telah melewati ratusan ini masih eksis, terawat dan hewannya tidak pada mati?
[caption id="attachment_334575" align="aligncenter" width="320" caption="Perawat dan pawang yang ikut EEP (iris makanan hewan)"]
[caption id="attachment_334576" align="aligncenter" width="320" caption="Jadi tahu telur terbesar unggas pada abad 17"]
[caption id="attachment_334577" align="aligncenter" width="512" caption="Ada tempat mengamati telur pecah, keluar ayam!"]
[caption id="attachment_334578" align="aligncenter" width="320" caption="Perbandingan telur ayam dan burung kasuari"]
[caption id="attachment_334580" align="aligncenter" width="320" caption="Display madam-macam bulu burung."]
[caption id="attachment_334581" align="aligncenter" width="320" caption="Bulu burung beterbangan."]
[caption id="attachment_334582" align="aligncenter" width="640" caption="Sebesar ini BAB gajah di tempat belajar dekat kandangnya."]
[caption id="attachment_334583" align="aligncenter" width="640" caption="Taman yang indah, menawan hati."]
[caption id="attachment_334585" align="aligncenter" width="320" caption="Komidi putar"]
[caption id="attachment_334586" align="aligncenter" width="320" caption="Taman bermain anak yang luas"]
[caption id="attachment_334587" align="aligncenter" width="342" caption="Kupu-kupu yang lucu, ke mana engkau terbang?"]
Pertama, saya taksir karena kebun binatang ini mengikuti proyek EEP, yakni proyek koordinasi perawatan hewan di kawasan Eropa, yang kabarnya mengikuti gaya Amerika. Pastilah banyak pembelajaran dan training bagaimana mengelola bonbin dan merawat anggotanya, para binatang. Dengan hati. Ora sembrono, tidak juga sak-sake.
Belum saya dengar berita hewan mati, sakit atau tersiksa hingga kondisinya hampir maut. Belum. Saya yakin para petugasnya benar-benar tahu cara merawat dan menyayangi hewan dengan keinginan dari dalam. Dengan melihat masyarakat Eropa memperlakukan hewan, saya yakin para pawang itu lebih punya sense of belonging dan passion yang tinggi. Dengan pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang ada. Buktinya bisa dilihat jika berkunjung, kulit atau bulu hewan mengkilat, sehat. Pastinya pinter merawat.
Kedua, pemerintah dan masyarakatnya ikut aktif. Seperti yang saya ceritakan tadi, banyak orang tua yang memiliki kartu langganan kebun binatang dan rajin mengunjungi bersama anak-anaknya. Dengan demikian, pemasukan lancar. Meski, harga tiket hoiiii ... selangitttt.
Ketiga, pengembangan kebun binatang yang inspiratif. Lihat bagaimana kebun binatang dijadikan pusat studi bagi masyarakat (pengunjung). Ada rumah kupu-kupu, di mana pengunjung bisa mengamati proses kepompong sampai kupu-kupu. Sama halnya dengan rumah burung, ada pengetahuan beragam jenis bulu burung dalam display buku pada dinding yang bisa dibuka tutup, beragam jenis telur unggas dari terkecil sampai terbesar. Tabung-tabung tempat bulu burung menari-nari. Atau di kandang gajah, ada beragam info yang bisa dibaca, diraba dan dilihat. Info bacaan pada dinding dengan display menarik, misalnya; tekstur belalai gajah, tinja gajah di dalam kaca, tekstur badan gajah dan film dokumenter tingkah laku gajah. Bisa diamati dengan nyaman di bangku yang tersedia. Pelarangan memberi makan hewan? Pasti. Dan selama jalan-jalan tak seorang anak pun yang memberikan makanan pada hewan. Sedangkan Tempat makan pengunjung yang nyaman dan toilet yang memadai menjadi unit gawat darurat yang mendukung kunjungan ke bonbin ini 3 jam an lamanya.
Gongnya, taman bermain. Spielplatz ini menjadi favorit anak-anak setelah lelah berkeliling menyaksikan hewan. Anak-anak bebas memanjat, bermain pasir, bergelantungan, meniti tali dan sebagainya. Aktif dan happy. Bonbin tak hanya tempat bagi hunian yang nyaman bagi hewan tapi juga rekreasi dan tempat yang ramah bagi anak-anak dan remaja.
Oh, ya. Kombinasi flora dan fauna amat terasa di sini. Indah dan cantik. Kebun binatang ini dibuat dengan tidak sembarangan. Penuh cinta dan sentuhan harmonis. Saya pandangi pohon-pohon tua dan masih terawat di sana-sini, atau taman yang apik dengan tulip, narzisen dan bunga lainnya. Rumputnya pun terawat. Jadi ingat tukang cukur. Apik. Awas, jangan diinjak!
***
[caption id="attachment_334592" align="aligncenter" width="205" caption="Memperlakukan binatang kayak manusia"]
Bonbin yang mendapat sertifikat excellent tahun 2013 ini menjadi a must visit untuk Belgia karenanya. Kalau ke Eropa jangan lupa mampir, ya? Hanya 2 jam dari Köln (Cologne) Jerman. Hewannya happy dan terawat, masyarakat rajin berkunjung dan belum digusur dari pusat kota meski telah berumur lebih dari seabad. Opo ora hebat? Contoh bonbin tertua di Eropa yang baik. Yak, bagus! (G76).
Ps; Selamat menikmati hari minggu. Ke kebun binatang? Mengapa tidak?
Sumber:
1.Pengalaman pribadi
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Kebun_Binatang_Surabaya
3. http://www.dw.de/kebun-binatang-paling-maut-di-dunia/a-17409934
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H