Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Golput Mewarnai Pilda Jerman

26 Mei 2014   23:51 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:05 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Minggu, 25 Mei 2014 adalah hari yang agak berbeda dibandingkan minggu-minggu biasanya. Kalau minggu dianggap sebagai hari sakral dan hari keluarga di mana hampir semua toko tutup, karena adanya pemilihan Bundestagswahl agak ramai. Kerumunan orang di mana-mana.

Ternyata, dari perbincangan dengan beberapa orang ber KTP Jerman, golput mewarnai pemilihan di daerah tempat kami tinggal. Tanya kenapa?

[caption id="attachment_338528" align="aligncenter" width="445" caption="Pemilihan wakil daerah digelar di tempat saya tinggal."][/caption]

***

Sudah semingguan, sebuah amplop pilda berwarna coklat masuk kotak pos kami. Dialamatkan ke suami saya. Lah iya, kalau saya kan kemarin-kemarin sudah? Isinya sebuah surat pemberitahuan dari pemimpin daerah setempat bahwa tepat pada tanggal 25 Mei 2014 adalah waktunya memilih; Kreistagswahl (pemilihan dewan perwakilan rakyat daerah) dengan kertas warna hijau dan Gemeinderatswahl (pemilihan dewan perwakilan rakyat tingkat kecamatan/kelurahan yang membantu camat/lurah?) dengan kertas warna merah muda.

Di atas kertas hijau dijelaskan informasi bagaimana mencoblos. Hampir mirip dengan kertas yang dikirim KJRI Frankfurt beberapa waktu lalu tapi ... tanpa gambar. Semua bentuk tulisan. Saya bacanya mumet, pusing. Oalah basa Jerman bukan jejer Kauman yoooo. Antara lain mengupas; berapa suara yang dimiliki setiap orang, siapa saja yang bisa dipilih, bagaimana cara memilih dan mengapa surat suara berlaku atau tidak.

Di kertas itu pula tercantum nama-nama orang, wakil dari partai; CDU – Christlich Demokratische Union Deutschland (partai yang dipimpin Angela Merkel), FW (Freie Wähler), FDP (FDP-Freie Demokratische Partei), SPD (Sozialdemokratische Partei Deutshland) dan OGL (Offene Grüne Liste).

Sedangkan dua lembar kertas berwarna merah jambu itu berisi sama dengan kertas hijau (tata cara memilih dan nama-nama yang bisa dipilih). Dan gambar-gambar yang akan dipilih ada di kertas berwarna putih. Tetangga depan rumah nyalon ... Wih! Dia itu operator mesin pabrik. Saya amati calon-calon, salah satunya adalah yang punya salon di pinggir jalan, seorang tukang potong rambut! Jadi tidak melulu manager, pemilik perusahaan, atau pegawai kantoran lho! Yang pensiunan juga ada.

***

Pemilihan yang dipusatkan di Gemeindehalle, (gedung perwakilan kecamatan/kelurahan?) itu tampak dihiasi mobil yang diparkir di depannya. Tak banyak memang, tapi sliwar-sliwer orang-orang Jerman itu menandakan bahwa memang sedang ada gawe politik.

Herannya, sebelumnya saya tidak mendengar kampanye yang ramai seperti di tanah air. Saya tidak mendengar atau melihat ada politik uang untuk membeli suara. Semua tenang menghanyutkan. Tidak berisik, tak ada papan, spanduk atau bendera yang ting crenthel seperti yang saya sering lihat sejak kecil. Hanya beberapa papan teratur bergambar calon wakil rakyat yang akan duduk di dewan EU (Uni Eropa) bukan dewan kota atau yang lebih rendah. Beda, ya?

Saya sempat tanya-tanya kepada beberapa orang. “Kok, bapak/ibu itu gak datang“, “Kok, kamu gak nyoblos“ dan seterusnya. Walaaah, ternyata oh ternyata ... tak hanya orang Indonesia saja yang kadang malas atau ogah memilih karena tidak tahu siapa yang harus dipilih atau berpikir bahwa pilihan mereka tidak akan membawa perbaikan yang berarti jadinya percuma milih. Jerman sudah diatur dari sononya, gitu; teratur dengan sendirinya. Jadi ikut saja ... Astagaaa ... inikah sebabnya negeri sosis ini terkenal dengan Deutschland über alles? Selamat siang.(G76).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun