Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Asyiknya Siaran Bedah Buku di Udara

6 Juni 2014   22:40 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:58 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14020438001495280255

Siaran di radio pernah mendarah daging selama 11 tahun lamanya dalam hidup saya. Dimulai dari umur 20 tahun sampai pertengahan tahun 2006. Hidup serasa tak ada susahnya, gembiraaa terus. Tiap hari ngoceh, bisa ngobrol dengan banyak orang dan tentunya .... music! Wow, seperti burung ....

Usai pindah ke Jerman, saya pernah melamar sebagai penyiar. Melihat pengalaman saya, pastinya mereka mau menerima hanya saja bahasa Jerman saya kan bule. Tidak sepulen orang lokal. Mana bisa ngomong bener? Bisa-bisa pendengar pusing kepala. Ya, sudah, siaran di rumah ... cerewet nasehatin anak-anakatau ... di kamar mandi misalnya. Nyanyi suka-suka!

***

Ya, saya sudah gantung corong. Namun, keinginan saya untuk memegang gagang microphone selalu ada. Tapi apa daya, tangan tak mampu. Nah, mumpung saya sedang promo buku “38 Wanita Indonesia Bisa“, saya memiliki kesempatan siaran live dari Jerman di radio Jakarta (yang direlay di beberapa kota besar di Indonesia). Acara bedah buku di udara.

Apa kelebihannya? Karena saya rumahnya di Jerman, saya tak perlu mengeluarkan uang untuk tiket ke Indonesia. Waduh, paling tidak harus keluar minimal 1000 €. Kalau dijadikan buku sudah dapat satu 110 halaman, dengan cetak 1000 eksemplar.Percakapan saya tempuh dengan saluran langsung internasional. Kalau saya hitung, beanya hanya 2 € an selama sejam. Murah meriah, ya? Bea telpon di Jerman dengan nomor tertentu memang rendah-terjangkau, bahkan bisa gratis, misalnya ke USA. Di Indonesia sepertinya masih mahal. Tanya kenapa? Hehe.

Kalau bedah buku di sebuah toko buku terkenal di tanah air, saya dengar pengalaman teman-teman kompasianer seperti dokter Posma Siahaan di Palembang atau Mas Budi Maryono dari LKW di Semarang, paling tidak 1,5 juta. Bahkan setiap afiliasi toko (meskipun segrup) bisa bervariasi; ada yang 2 juta ada yang lebih. Kalau mau hari Sabtu-Minggu, karena bukan terbitan penerbit yang sama dengan toko, harus berlipat ganda bisa sampai 5 juta lebih. Itu uang apa dauuuuun? Susah, ya? Sedangkan dengan bedah buku di radio, saya hanya menyediakan buku untuk penyiar dan monitor atau pendengar yang berpartisipasi dan beruntung mendapatkannya. Barang 3-5 buah buku. Lebih baik memberikan hadiah bermanfaat untuk dibaca dan barangkali bisa menginspirasi ketimbang hadiah berupa uang atau pernak-pernik lainnya kan?

Kelebihan lain dari bedah buku di radio (on air) adalah kalau saya tidak paham maksud pertanyaannya saya bisa ngeles menyalahkan saluran telepon yang tidak jelas atau buruk/terganggu, “Maaf, bisa diulangi lagi?“ atau “Ya?“ ... dan sebagainya. Ha ha ha ... trik. Padahal sedang memikirkan jawaban yang tepat untuk dilontarkan kepada penyiar dan atau penanya/penelpon/pengirim SMS.

Keuntungan saya berikutnya adalah tidak perlu menyediakan tempat untuk tamu duduk, sound system, spanduk, snack dan minuman. Karena sembari siaran, yang mendengarkan bisa menyediakan sendiri dari rumah. Haha. Apalagi mencari MC atau moderator. Bayar berapa ya? Apa tarifnya masih seperti dahulu?

Satu lagi, lewat suara ... kadang pemahaman dan peresapannya berbeda ketika bertatap muka langsung. Imaginasi menjadi lebih luas, karena tidak ada mata yang membantu untuk eksplorasi. Hanya ada hati dan pikiran saja untuk menangkap informasi lewat suara. Cukup.

***

[caption id="attachment_340812" align="aligncenter" width="343" caption="Bedah buku di radio? Asyik! (dok.Gana)"][/caption]

Sedangkan kekurangan dari siaran bedah buku di radio (lewat telepon) sepertinya tidak ada. Jadi, saya akan terus berupaya menempuh jalan ini, selain bedah buku live dengan warga di Jerman, tempat saya bermukim. Keduanya merupakan cara saya memperkenalkan buku, sekaligus menjualnya sendiri. Kalau menjual di toko buku terkenal, saya harus bayar misalnya 6 juta untuk 2 bulan pasang di etalase mereka, belum lagi potongan 50-55% setiap buku dan sekian persen untuk lain-lain. Paling dapatnya 15% dari royalti saja (kalau laku, jika tidak ya kembali kepada penulis, nasib). Sudah bagus memang, kalau minatnya untuk memperkenalkan buku di tempat banyak orang senang membaca dan atau membeli buku, bukan sekedar tujuan komersil.

Demikianlah asyiknya siaran bedah buku di udara. Mau mencoba?

OK. Tunggu apa lagi? Sebentar lagi kita akan bertemu di udara: hari ini Jumat, 6 Juni 2014 di radio Edutop 89,4 FM Semarang pukul 17.00 WIB. See you there. Stay tune! (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun