Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Peran Ganda Tukang Pos Jerman

21 Juli 2014   22:51 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:39 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat cerita saya soal kawan yang ditugasi mengebel rumah tetangga; seorang lansia yang tinggal sendirian, dan memberi honor karenanya? Bukan pepesan kosong. Barangkali, ini juga yang ditangkap pos Jerman untuk memenuhi kebutuhan lansia masa kini di saat silaturahim antara keluarga atau kontak sosial dengan manusia lainnya menjadi berkurang. Pos Jerman, mulai melayani jasa pos ganda; mengirim surat dan/atau menanyakan kabar setiap hari. Tarifnya? 37,50-42,50 € atau Rp 600.000,00 an per bulan!

[caption id="attachment_348972" align="aligncenter" width="601" caption="Biasanya lansia Jerman senang mengobrol lama"][/caption]

***

Seperti biasa, ritual sebelum tidur, kami berdua menonton TV di kasur. Sebuah berita tentang model proyek untuk lansia di wilayah Nordrhein-Westfalen, yakni di Mülheim dan Gelsenkirschen telah dimulai. Kalau biasanya jasa pos itu hanya mengantar surat dan paket saja, mulai dikembangkan peran gandanya sebagai pengontrol keadaan lansia.

Saya senang dengan maksud baik ini karena keadaan di Jerman yang berbeda dengan di Tanah Air. Banyak lansia yang membutuhkan perhatian lebih dan tidak terjamah. Makanya tukang pos yang memang setiap hari kerjaannya dari satu pintu ke pintu lainnya, adalah petugas yang tepat. Meskipun demikian, sebuah pisau tetap memiliki dua bilah mata;

Keuntungan jasa pos ganda

Pada layar disorot seorang tukang pos mengantar surat dengan mengebel pintu, dengan pengeras suara si pemilik rumah bertanya siapa yang datang dan apa maunya. Kalau di Indonesia, masih banyak yang model langsung membukakan pintu, bukan? Di Jerman selain untuk keamanan juga untuk efisiensi waktu karena barangkali tinggal di apartemen lantai 7, lama. Pengetuk pintu atau yang memencet bel bisa bercakap-cakap di depan pintu saja tanpa bertemu langsung, lewat loud speaker.

Nah, pak pos tadi mengatakan ada surat untuknya yang dimasukkan di kotak pos miliknya dan selama 1-2 menit menanyakan kabar si pemilik rumah yang diketahui adalah lansia. Apakah ia membutuhkan bantuan atau semua baik-baik saja, adalah beberapa pertanyaan dari tukang pos tadi padanya. Setelah itu, tukang pos melanjutkan pekerjaannya.

Barangkali ini menjadi hal yang tidak biasa di Indonesia karena hubungan tetangga atau saudara masih rekat (khususnya di kampung atau desa, bukan kota besar yang berpagar tinggi dan elit di mana sudah keadaan biasa kalau sama tetangga saja tidak kenal). Meskipun demikian, masih banyak orang mampu mengatakan bahwa tetangga adalah saudara yang terdekat. Kalau ada apa-apa, tetangga bisa disambati, dimintai tolong atau yang pertama tahu keadaan tetangga terdekatnya.

Di Jerman, banyak lansia yang tidak diurusi keluarganya. Entah karena anak-anaknya jauh tempat tinggalnya atau memang bersengketa dan tak memutus hubungan. Mereka biasa tinggal sendiri di rumah sampai akhir hayat, beberapa lainnya memilih di Seniorheim atau Alterheim, panti jompo. Sedangkan hubungan dengan tetangga, kurang dekat.

Ternyata, program serupa sudah dimulai di wilayah Perancis dan Amerika Serikat. Ada sebuah anggapan bahwa proyek bantuan perhatian untuk para lansia ini efektif karena tukang pos harus bekerja hampir setiap hari (di Jerman, Senin-Sabtu) sehingga mampu bertemu langsung dengan mereka, door to door.

Kekurangan jasa pos ganda

Keburukan dari jasa pelayanan ini adalah, hari Minggu bolong. Tukang pos libur. Tidak ada jasa layanan pos pada hari ini. Bagaimana kalau terjadi apa-apa pada hari Minggu? Sakit atau kematian bisa datang kapan saja, tak terkecuali pada hari Minggu alias tidak bisa ditunda.

Kekurangan lainnya adalah pengawasan yang tidak intensif karena adanya shift. Kadang minggu ini yang datang pak pos A, minggu besok sudah bu pos B dan seterusnya. Informasi yang digali tentang siapa yang ada di rumah dan apa yang biasa dibutuhkan, menjadi tidak berkesinambungan.

Belum lagi waktu yang hanya dalam hitungan menit. Sepertinya, ini tidak cukup. Sesuai pengalaman saya, lansia Jerman biasanya senang mengobrol lama karena kontak sosial yang kurang dalam keseharian. Butuh curhat. Sedangkan biasanya, tukang pos maunya cepat-cepat karena tugasnya masih banyak untuk diantar ke pelanggan berikutnya. “Ich habe ein Brief für Sie ... tschüssss“, atau “Saya punya surat untuk Anda ... sudah yaaa.“ Ya, gitu, kilat. Satunya mau lama, satunya lagi mau cepat. Jelas tidak sinkron.

Kemudian, jika saja ada kejadian yang tidak diinginkan, pak pos yang datang dan membantu itu sebaiknya memiliki pengetahuan P3K atau sejenisnya karena kalau telat satu detik saja memberikan pertolongan, nyawa bisa melayang. Untuk peran ganda ini butuh sebuah training khusus. Tidak sekedar bla bla bla. Kerjaaa!

***

Jadi, proyek yang mengusung motto, “Post Persönlich“ atau pos pribadi ini tetap ada kebaikan dan kekurangannya. Berbahagialah Kompasianer yang masih memiliki kontak sosial dengan lansia di sekitar rumah atau dengan orang tua sendiri. Kalau ada apa-apa bisa sedikit membantu atau memberi perhatian. Kalau bukan kita siapa lagi? Dan saya yakin, jasa pos khusus seperti ini belum perlu diterapkan di Tanah Air kalau masyarakat kita tetap menjaga diri sebagai makhluk sosial yang butuh orang lain dan orang lain membutuhkan kita. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun