Waktu kecil, saya ingat sekali bahwa rambut ibu saya panjang. Sekarang di usia lanjut, hanya sebatas pundak. Kalau ingin gelungan ya, pakai gelung palsu. Saya senang sekali dahulu sering melihat ibu saya memakai kain Jawa dan feminin. Sekarang telah jauh ....
Ohhh ....
Saya tidak menyangka bahwa meski saya agak tomboy, rambut saya kebanyakan adalah selalu panjang. Bisa dihitung berapa kali saya berambut pendek dalam hidup. Sekarang rambut saya juga masih panjang hampir sepantat. Bahkan sebagian rambut jadul saya 80 cm masih saya simpan (di Jerman kalau ada yang beli bisa dihargai 40€). Suatu hari, itu menjadi hoki saya memenangkan lomba cengengesan family "How jadoel you are" dengan mendapatkan hadiah uang Rp 200.000. Alhamdulillah, lumayaaaan. Thanks, CF. Ow ... anak-anak ingin mengimitasi kepanjangan rambut ibunya, biar seperti Rapunzel juga. Itu tokoh Disney berambut panjang yang dipenjara di sebuah menara. Klasik.
Rambut panjang bisa bawa rejeki tapi bisa jadi petaka kalau lagi makan, ada rambut yang terselip. Huekkk ... Rambut yang masak ya? Atau rambut apakah itu? Jimat? Semua mata anggota keluarga kami akan segera mengalihkan pandangan ke saya sebagai pertanggungjawaban. Lantaran rambut itu panjang, berserat tebal dan hitaaaam. Saya satu-satunya yang tertuduh karena karakteristik rambut anggota lain sangat berbeda; lebih pendek, serat halus nan tipis dan warna coklat!
Naaah ... biar tidak mencampuri masakan atau cepat rontok ketatik-tarik, saya biasa menggelungnya. Kadang dikasih bunga kalau kondangan, jepit atau tusuk yang cantik. Kemayu.
Hmm ... tidak ada yang mengajari saya cara menggelung. Saya coba sendiri; rambut disisir ke belakang, dipegang dengan tangan kiri yang menyelip ke atas bagian kanan menuju arah bawah dan menarik rambut ke atas dan membuat sebuah lingkaran. Ikatkan sisa rambut memutari pusat pusar rambut. Jika sudah tuntas sampai ujung rambut, masukkan bagian “O“ tadi. Jadi, deh. Kalau terlalu banyak menggunakan hair conditioner, rambut akan susah digelung karena terlalu licin.
[caption id="attachment_358572" align="aligncenter" width="240" caption="Tangan melingkar dari bawah ke atas ekor kuda"][/caption]
[caption id="attachment_358575" align="aligncenter" width="240" caption="Lingkaran seperti O, diputar searah jarum jam"]
[caption id="attachment_358577" align="aligncenter" width="240" caption="Sisa rambut diputar sampai habis melingkari pusat kucir"]
[caption id="attachment_358578" align="aligncenter" width="240" caption="Masukkan lingkaran ke pusat kucir, tusuk dengan jepit biar kuat"]
[caption id="attachment_358580" align="aligncenter" width="240" caption="Jadi, seperti eyang putri"]
***
Dutt atau knoten, teknik menggelung rambut atau mengikat rambut ternyata juga dikenal di Jerman. Akhir-akhir ini, saya sering melihat anak dan remaja yang menggelung rambutnya dengan Dutt Kissen. Bantalan ini seperti donat, berbahan seperti jaring, empuk, dari plastik, warnanya bisa hitam, coklat, krem sampai abu-abu. Harganya bervariasi tergantung kualitasnya. Ada yang satu euro ada juga yang agak mahal. Di swalayan Indonesia, saya sudah menemukannya tahun 2013.
Gelung? Dengan bantal? Oalahhhh ... Ini tho rahasianya. Buantal! Makanya dulu-duluuu sekali waktu lihat pramugari pesawat terbang yang gelungannya rapi saya bisa bingung sendiri memikirkan caranya. Wih, apik men. Atau pementasan balet di mana para balerina digelung rapi. Cantik, anggun. Ah, malu bertanya memang sesat di jalan.
Saya memang tidak bertanya tapi tidak tersesat karena mencari caranya, yang akhirnyaditemukan di kertas bungkus bantal. Aih. Cara mengikatnya ternyata mudah.
Cara pertama dengan mengucir rambut ekor kuda, ikat dengan karet. Masukkan bantal, rambut keluar dari lubang. Atur rambut agar menutupi semua bantal. Pasang karet melingkari gelung. Sisa rambut bisa diikatkan mengelilinginya sampai habis dan dijepit dengan jepit rambut warna (jepit biting, tipis seperti lidi). Jika ingin variasi lain, sisa rambut yang masih panjang bisa diklabang, di Zopf atau dikepang lalu dilingkarkan mengelilingi gelung yang sudah jadi. Tusuk rambut dengan jepit agar lebih kuat, atas, bawah dan samping.
[caption id="attachment_358581" align="aligncenter" width="240" caption="Kucir ekor kuda dimasuki bantal donut"]
[caption id="attachment_358582" align="aligncenter" width="240" caption="Pisahkan rambut, atur menutupi bantal, segala arah"]
[caption id="attachment_358584" align="aligncenter" width="240" caption="Ikat dengan karet di pusar rambut agar bentukan donut kelihatan"]
[caption id="attachment_358586" align="aligncenter" width="240" caption="Putar sisa rambut mengelilingi donut, tusuk dengan jepit biar kuat"]
Cara kedua; ikat rambut seperti ekor kuda. Masukkan bantal donut, keluarkan rambut. Lingkarkan rambut dengan sistem keluar masuk, sampai ujung rambut. Ratakan rambut ke kiri dan ke kanan agar menutupi semua permukaan bantal. Jangan lupa tusuk dengan jepit rambut agar tidak lepas atau tetap kuat.
[caption id="attachment_358587" align="aligncenter" width="240" caption="Kucir ekor kuda, setelah disisir halus"]
[caption id="attachment_358588" align="aligncenter" width="240" caption="Masukkan rambut dari kanan atas masuk ke dalam lingkaran dst"]
[caption id="attachment_358589" align="aligncenter" width="240" caption="Setelah keluar masuk bantal sebanyak 3-4 kali, jadi. Tusuk biar kuat."]
Walaaaaah ... Cara kedua paling bikin tangan lelah. Lebih enak kalau ada yang membantu, jadi tidak pegal lah. Makanya, meski sudah bisa mengatur rambut anak-anak perempuan dengan bantal ini berkali-kali, saya tetap pilih gelung alami dari rambut sendiri. Lebih cepat dan tak pegel tangannya. Tanpa jepit pun tetap kuat. Kembali ke selera asal, back to basic.
Silakan mencoba. Yang tidak punya rambut panjang tapi pengen coba, bisa pinjam rambut orang atau cemara embah-embah.(G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H