[caption id="attachment_384524" align="aligncenter" width="512" caption="Tukeran hadiah, yuk (wichteln)."][/caption]
Wichteln adalah tradisi yang dikenal masyarakat Eropa seperti Skandinavia, Austria dan tentunya ... Jerman. Kegiatan ini biasa diadakan di sekolah, grup/klub, kursusan atau kantor. Kebanyakan musiman, misalnya menjelang natal atau masa adven (sebelum natalan tanggal 24 dan 25). Caranya bisa macam-macam. Kadang menggunakan kertas dengan digulung, nanti yang namanya disebut, bisa langsung ambil hadiah yang mana.
Atau di grup kami memanfaatkan dadu raksasa. Saat datang ke tempat acara, semua kado dimasukkan ke dalam karung. Pada saatnya, semua diletakkan di atas meja, di depan masing-masing yang datang. Dipasanglah wekker untuk membatasi sampai kapan acara wichteln berakhir. Pelemparan dadu bergantian. Misalnya, jika menunjukkan angka satu, kado-kado harus digilir searah jarum jam. Kalau angkanya enam, berarti yang melempar dadu, boleh menukar kado di depannya, dengan kado lain sesuka hati atau tidak juga tidak apa-apa.
[caption id="attachment_384518" align="aligncenter" width="512" caption="Kado dengan kotak kayu dan hiasan malaikat"]
[caption id="attachment_384519" align="aligncenter" width="512" caption="Hiasan coklat"]
[caption id="attachment_384520" align="aligncenter" width="512" caption="Hiasan malaikat, lagi ...."]
[caption id="attachment_384521" align="aligncenter" width="512" caption="Oranyeeeee"]
[caption id="attachment_384522" align="aligncenter" width="512" caption="Memasang hiasan jeruk yang dikeringkan"]
[caption id="attachment_384523" align="aligncenter" width="512" caption="Ada pernak-pernik gantungan pohon natal"]
Intinya sama, harganya sama dan tidak ada yang tahu kado A, B, C, dari siapa dan seterusnya. Ini rahasia. Kalau dibuka nanti pun tidak sopan cerita-cerita “Itu kado dari saya.“ Kejutan yang indah, bukan? Isinya ada yang lilin dengan wadah cantik, hiasan malaikat, kalung, tempat fondue coklat, buku dan masih banyak lagi.
Adat ini mulai saya kenal ketika bergabung dengan kelompok senam aerobik 60+ sejak beberapa tahun yang lalu, usai kelar masa menyusui si ragil. Meski anggotanya nenek-nenek, kami merasa tetap awet muda, saya pun tidak berubah jadi nenek. Tidak! Justru ada perasaan nyaman, seperti senam dengan ibu sendiri. Bersosialisasi? Pasti. Asyik, lho!
Memang acara ini biasa saya dapati di kegiatan Weihnachtsfeier alias perayaan natal di klub, yang pasti bukanlah ajaran yang pernah saya dapat waktu kecil di tanah air. Hikmah yang saya ambil adalah saat berbagi bersama masyarakat Jerman yang saya kenal, khususnya yang jadi teman seklub. Integrasi.
Tempat bisa memilih sanggar, base camp, Cafe atau restoran. Biasanya gak bayar karena makan dan minumnya saja sudah bayar mahal. Beberapa penyelenggaraan ada yang gratis mami karena ditanggung perusahaan.
Hmmm ... Makanan yang disajikan juga macam-macam; salat, lidah sapi, steak sapi, Schnitzel ayam dan lainnya. Minuman tak melulu alkohol. Jus dan air ada. Selain itu, ada kek natal dan coklat yang dibawa teman-teman dari rumah. Nyam-nyam ....
[caption id="attachment_384525" align="aligncenter" width="360" caption="Teko teh dan cangkirnya, cantik pisan"]
[caption id="attachment_384527" align="aligncenter" width="360" caption="Hadiah buku tentang dekorasi"]
[caption id="attachment_384528" align="aligncenter" width="360" caption="Cuka dalam botol, sauer macht lustig!"]
[caption id="attachment_384530" align="aligncenter" width="360" caption="Fondue set untuk melumuri buah dengan coklat"]
Selama acara berlangsung, mereka biasa menyanyikan lagu-lagu natal yang dikenal. Saya menikmati saja. Selain tidak bisa, kurang paham, juga memang tidak biasa menyanyikan lagu tersebut. Biasanya, saya main kamera, menangkap kegembiraan yang ada di wajah mereka. Nantinya akan saya buat DVD (gabungan gambar dan video tangkapan saya) khusus untuk kalangan sendiri. Pada kegiatan kemarin itu, kami menonton layar tancap hasil editan DVD saya yang merekam kegiatan Galafest waktu kami pentas di panggung 125 tahun klub kota. Haha, lucu, seruuuu ....
Oh, ya. Ada pula yang membacakan sajak, cerita, puisi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan natal dan tahun baru. Misalnya sebuah lelucon berikut;
“Oma, hadiah natalmu tahun lalu yang terbaik dalam hidupku. Sebuah kendang, aku sukaaa.“ Kata seorang anak pada sang nenek.
“Oh, ya? Senang sekali mendengarnya. Siapa dulu dong Omanyaaaa“ Nenek bangga dan menepuk-nepuk kepala sang cucu.
“Iya, oma, kata mama, kalau aku tidak memainkannya, aku bakal dapat 5€. Sekarang ini aku jadi kaya ....“ Si anak tersenyum membayangkan celengannya segera penuh. Si nenek melongo. Yang hadir pada perayaan menjelang natal ini, tertawa terbahak-bahak dan mengingat-ingat agar tidak sekali-kali membelikan kendang untuk cucu untuk hadiah natal nanti. Berisik!
Haha. Menyenangkan sekali tukeran kado ini, bukan? United karena yang hadir ada yang Kristen (Evangelisch), Katholik (Katholisch), aliran Jehova, tidak beragama alias atheis sampai ... Islam. Urusan kualitas agama seseorang kan ada Satu saja yang ngatur dan menilai. Menjadi bagian masyarakat dunia memang tidak boleh kaku kalau tidak ingin muncul perang atau percikan api dan kebencian. Life is too short, make it smooth and easy.
Nah, mereka yang rata-rata sudah pensiunan dan jadi nenek itu pasti merasa hidupnya terisi dengan baik lewat acara begini. Tidak kesepian tanpa teman. Saya yang orang pendatang, juga bahagia melihat orang lokal bahagia. Bahagia tuh letaknya di siniiii .... Selamat malam. (G76)