Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Swiss “Serbu“ Jerman

20 Januari 2015   03:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:47 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika banyak orang Indonesia berbondong-bondong ke Singapura atau Hongkong untuk berbelanja, apakah suatu hari nanti akan berbalik? Mungkin saja, who knows?

Pikiran ini sengaja lewat di otak waktu saya kilas balik apa yang terjadi antara Swiss dan Jerman, dua negara yang berbatasan, dekat sekali. Khususnya, pasca perubahan nilai tukar mata uang Swiss terhadap Jerman yang diumumkan mendadak oleh bank tanggal 15 Januari 2015, tanpa pengumuman atau sosialisasi terlebih dahulu.

Kaget, yaaaa,banyak orang kaget. Kalau saja diumumkan lebih awal, banyak orang spekulasi, kulakan duit atau memindahkan duit dari Swiss kembali ke Jerman. Pinter juga bank Swiss ini. Memang sudah saatnya hukuman diberikan kepada para pengelak pajak Jerman.

[caption id="attachment_391877" align="aligncenter" width="476" caption="1/2 Fr (Franken)"][/caption]

Jerman “serbu“ Swiss

Swiss adalah negara yang dikenal banyak orang berduit di dunia untuk menyimpan uangnya. Tak terkecuali orang-orang Jerman, mereka ini ikutmenyimpan uangnya di bank Swiss.

Ada beberapa kasus yang menyebabkan orang Jerman tertangkap imigrasi (Zoll). Mereka ini pergi ke Swiss untuk mengambil uang di bank karena Jerman dekat dengan Swiss. Kedua, uang mereka bebas pajak Jerman. Maklum, Jerman termasuk negara yang punya banyak pajak.

Akibatnya, beberapa orang Jerman pergi ke Swiss untuk mengambil uangnya. Penggelapan ini banyak ditemukan di perbatasan Jerman-Swiss. Mereka memegang uang mulai 10.000€ ke atas dan melewati Swiss menuju negaranya. Padahal ini harus kena pajak, dilaporkan. Sementara orang-orang asing memilih diam dan menyembunyikannya di dalam mobil.

Itu tadi cerita lama tentang “penyerbuan“ Jerman ke Swiss. Paradise.

Swiss “serbu“ Jerman

Saya ingat sekali ada pepatah yang mengatakan roda itu berputar, kadang di bawah dan kadang di atas. Ini ternyata benar-benar terjadi akhir-akhir ini.

Sejak 15 Januari 2015, kurs Franken terhadap euro naik. Yang dahulu 1€=1,20 CHF atau 1 CHF= 0, 83 €. Sekarang 1€= hampir 1 CHF, sama-sama.

Sebelum adanya perubahan itu, harga bahan pokok di Jerman memang sudah lebih murah, tak heran Swiss tambah “serbu“ Jerman setelah nilai mata uangnya 20% berubah.

Saya ingat betul saat berbelanja di Tuttlingen Sabtu 17 Januari 2015. Seorang kasir tersenyum ketika, seorang Schweizer, orang Swiss yang berbelanja dengan menggunakan uang kertas Franken, bukan Euro. Untung saja toko itu (dan afiliasinya) memiliki rate kurs dan membolehkan siapapun untuk menggunakan mata uang selain Euro.

Bahkan dalam perbincangan antar kasir, saya mendengar bahwa pada hari pertama pergantian kurs Franken terhadap Euro, ada seorang yang berbelanja di toko Jerman sampai 400 € an. Segerbong belanjaannya.

Yup. Begitulah keadaannya akibat naiknya kurs mata uang negeri Swiss terhadap negara Jerman. Selama satu minggu, banyak orang Swiss yang sudah mulai berduyun-duyun datang ke Jerman (daerah perbatasan seperti Konstanz dan Tuttlingen) untuk berbelanja, mumpung lagi murahhh.

Dalam sebuah saluran TV, tampak sebuah mall “Lago“ di Konstanz, Jerman yang dekat dengan Swiss, tampak dipenuhi para pengunjung dengan aksen Schweizer, orang Swiss. Ada yang hendak berbelanja sepatu, baju, bahan makanan dan minuman serta segala sesuatu yang di negaranya mahal. Beberapa pengunjung yang diwawancarai mengatakan, mumpung sedang diskon dan ditambah kurs yang sangat bagus, makanya borong.

Bayangkan saja. Pizza ukuran normal yang di Jerman harganya hanya 8-9€, di Swiss dipatok 13€! Tak heran kalau mereka ini menyerbu Jerman.

Padahal dahulu ketika uang Jerman lebih tinggi dari Swiss, banyak orang Jerman berbelanja atau sekedar isi bensin di Swiss (karena dulu harganya lebih murah dan kursnya lebih murah), sekarang ini kondisinya berbalik!

Begitulah keadaannya. Kalau banyak orang Jerman yang menyimpan uangnya di Swiss, sekarang kelabakan karena nilainya turun.

Atau mereka yang ambil kredit uang di bank Swiss, pusing tujuh keliling, kreditnya tambah manak.

Apalagi mereka yang memilih bekerja di Swiss dan tinggal di Jerman (perbatasan).

Ada ide untuk menyimpan uang di Asia, Singapura misalnya, namun beberapa orang Jerman mengatakan kalau cinta dengan negaranya, apapun yang terjadi, uang ditanam di negeri sendiri dan melunasi kewajiban membayar pajak karena memang sudah kewajibannya pada tanah tumpah darah. Tidak usah cari-cari. Selamat sore. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun