Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Siapa yang Buang Bayi di Bengawan Solo?

25 Januari 2015   23:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:23 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebentar lagi saya mau telpon ibu di Semarang, biar pas waktunya saya setting. Jerman 6 jam lebih awal.

Iseng, saya cek dulu sebuah web koran lokal "Suara Merdeka" (dulu setiap pagi saya melahapnya, bapak yang langganan). Ya, ampun, hari ini ada berita memprihatinkan di sana yang ditulis Basuni Hariwoto, “Cari Rosok, Warga Temukan Mayat Bayi.“ Endri (bersama Senen) yang sedang mencari barang bekas yang mengapung di aliran sunga Bengawan Solo, melihat sebuah barang yang mirip boneka. Ketika diambil dengan sebatang kayu ternyata ini mayat bayi laki-laki.

Hal ini tentu sudah dilaporkan pihak berkepentingan dan berwajib. Sayangnya, sampai saat ini belum ditemukan jati diri bayi dan siapa orang tuanya.

[caption id="attachment_393180" align="aligncenter" width="512" caption="Bayi itu anugerah Tuhan bagi kedua orang tuanya(dok.Gana)"][/caption]

***

Bayi itu pasti tidak berdosa, yang membuangnya itu yang harus menanggung ini. Apakah ini dari akibat seks bebas dan si ibu belum siap menanggung akibatnya (merawat dan hukuman moral dari masyarakat)? Atau memang sengaja dibunuh dengan dibuang di kali karena suatu hal? Only God knows why.

Buang sampah di kali itu sudah biasa di negeri kita. Buang bayi di kali juga bukan pertama kali saya dengar dari saya masih kecil sampai punya anak kecil. Sampai hari ini saya belum pernah mendengar kisah jasad bayi dibuang di sungai Jerman yang super bersih dan terkendali. Padahal di Jerman itu masyarakatnya majemuk. Banyak etnis dari seluruh kontinen di dunia.

Semoga yang membuang terbuka hatinya, yang berniat melakukannya segera mengurungkan niat serupa (berpikir dua kali lipat sebelum bertindak ceroboh). Manusia memang tempatnya salah, tapi jangan salah-salah terus yang disengaja ....

Kalau saja saya menjadi bayi itu pasti sedih sekali bahwa orang tua saya membuang saya dengan sia-sia. Bukankah bayi adalah sebagian dari kedua orang tua? Jika ada orang tua membuang bayinya, berarti ia membuang sebagian dari dirinya. Setega itukah? Bukankah manusia diciptakan dengan otak dan hati yang berbeda dengan binatang. Seharusnya lebih mulia tingkah lakunya.

Selamat pagi. (G76)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun