Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Ajari Anak Makan Pagi yang Harmonis dan Sehat; “Freunde Frühstücken“

27 Februari 2015   23:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:24 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_400001" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)"][/caption]

Anak-anak sudah di sekolah. Beberapa menit yang lalu, saya baru saja sarapan pagi sama suami saya. Ini hal yang baru kami lakukan 2 tahun ini. Biasanya, suami saya akan cepat-cepat ke kantor sebelum pukul 07.00 dan sarapan pagi, hanya saya sama anak-anak saja. Ini berubah setelah suami bekerja dengan perusahaan asing. Ia punya banyak waktu di pagi hari.

Saya nikmati betul suasananya. Makan bersama pasangan, harmonis. Makan seadanya, jadi kenyang lho. Apalagi sambil ngobrol. Suami dan saya memang suka berbusa-busa mulutnya kalau ngomong alias senang curhat. Gayengggg.

Makan sendiri, asyikkah?

Makan pagi bersama, bukan kebiasaan yang diajarkan orang tua saya. Selain karena keluarga besar yang punya aktivitas berbeda, barangkali waktu saya kecil itu belum banyak keluarga yang menanamkan pentingnya makan bersama satu meja. Ini saya dapat di Jerman bersama keluarga suami saya. Waktu itu kami sempat tinggal bersama mereka. Makan pagi bersama harus. Setidaknya untuk Sabtu dan Minggu. Menu pokoknya roti, keju, potongan daging, susu, jus, kopi/teh dan buah. Lain-lain, bisa tambah yoghurt. Ada kebersamaan yang tercipta di sana dan saya belajar budaya, jangan makan nasi teroooooosss ... ini Jerman bukan Indonesia!

Ahhhh, saya ingat, di Jerman ada pepatah mengatakan, “Essen auf den Tisch.“ Bahwasannya, sejak balita, orang sudah diajari makan tidak sambil disuapi, sambil jalan, atau sambil bikin drama; pembantu atau baby sitter atau yang suapin main kejar-kejaran, atau main gendong. Haaakk .... haaakkkk ... dan sebuah mulut baru terbuka untuk diisi. Lalu lari lagi ....

Jadi secara turun-temurun, memang anak-anak di Jerman diberi kursi bermeja yang membuat mereka duduk dan makan sendiri. Orang menyebutnya, Kinderstuhl. Bisa dibuka kalau balita sudah selesai makan. Makannya memang berceceran tapi sungguh, menyaksikan balita makan sendiri itu mengharukan ... so sweeeeet. Mereka sudah diajari mandiri, makan sendiri.

Freunde Frühstucken, asyiknya makan sama teman

Begitu mereka sudah mulai sekolah di Taman Kanak-Kanak, meski masih balita, tak ada Kinderstuhl. Kursi mini ala TK itu yang mereka gunakan untuk duduk dan ... Freunde Frühstucken. Acara sarapan pagi bersama teman itu diselenggarakan TK setempat (kami tinggal) sebulan sekali.

Banyak nilai yang didapat dari sana. Anak-anak diajari makan pagi bersama, harmonis dan sehat. Barangkali mereka di rumah tak biasa makan bersama orang tua atau saudaranya. Di sekolah ini, mereka makan sama-sama temannya.

Barangkali mereka makan dengan suasana yang tidak harmonis, ada yang stress pagi-pagi, morning sickness dan entah apalagi. Di sini, mereka makan dengan hati senang dan wajah ceria. Mood bagus, makan banyak....

Barangkali mereka tidak makan makanan sehat di rumah karena manja. Diatur, nggak nurut. Kalau tidak dituruti ngambek. Bersama kawan-kawannya, anak seolah digiring untuk mengimitasi, ikut-ikut. Wahhh... enak juga ya ternyata yang namanya buah dan sayuran itu....

Iyalah, lihat saja menu sehat ukuran standar yang dirancang sekolah untuk dibawa masing-masing anak dari rumah; 4 Wasserwecken (roti dari gandum dan air), 4 Laugenbrötchen (roti berbentuk seperti kue maha, warna coklat gelap dalamnya gading, bertabur wijen atau garam kasar), 4 Laugenstangen (seperti Laugenbrötchen tapi panjang), 5 gekochte Eier (telur rebus), Salami (irisan tipis beragam daging), Käse (keju), Milch (susu 2 liter), Cornflackes, Orangensaft (jus jeruk 2 liter), Essiggurken (ketimun Jerman mini rasa kecut), Trauben oder Mandarinen (anggur atau jeruk), 1 Schüssel Obstsalat (salat buah). Masing-masing orang tua sudah mengisikannya sejak 2 minggu sebelum hari H. Lain-lain disediakan sekolah yakni; Honig (madu), Marmelade (selai), Paprika, Salatgurke (salat dari ketimun).

Jumlahnya masing-masing tidak 20 sesuai jumlah anak. Makanan nanti akan diiris kecil biar cukup untuk semuanya. Susu dan jus dibagi rata pula. Kripik gedhang kripik tela, sithik edhang waton rata kata orang Jawa (red: keripik pisang keripik ketela, sedikit saja asal rata).

Dan asyik sekali kalau nanti pulangnya, anak-anak bercerita hebohnya makan pagi bersama. Senang kalau makanan atau minuman yang dibawa ludes, diserbu kawan-kawan. Jangan selfish ya ....

Selanjutnya? Anak-anak akan mengkopi paste makanan apa yang seharusnya mereka konsumsi khususnya pada pagi hari. Ada roti, ada keju, ada susu dan buah. Itu pasti! Anak-anak saya baru suka Gurke bukan Essiggurke. Mungkin butuh waktu. Saya saja kalau makan Essiggurke merem melek. Gimana enggak, ini cukak dicampur ketimun mini atau ketimun mini dicampur cukak? Asam bangeeeettt... ngilu. Apalagi anak-anak.... Tapi baiklah, saya orang rantau sebaiknya di mana bumi dipijak di sana langit dijunjung kalau nggak mau kebrukan, kejatuhan langit. Atau karena orang Jerman bagian selatan khususnya di Blackforest punya pepatah kondang “Sauer macht lustig.“ Sesuatu yang kecut atau asam itu bikin geli/tertawa. Hahaha ... memang sih ....

Saya nggak tahu apakah karena sejak kecil sudah biasa makan bareng yang harmonis dan sehat, ada istilah atau kebiasaan Jerman bernama Frauen Frühstücken (Frauen= parawanita, Frühstücken=sarapan). Di mana, para perempuan Jerman berkumpul di pagi hari, makan dengan menu yang mirip dengan di TK tadi.

Eh lupa. Frühstücken berasal dari kata Früh=awal, cepat, makannya memang cepat saji dan dimakan pada saat mengawali hari (pagi). Stücken= dari Stuck alias potongan, bagian. Memang banyak bagian makanan ting prethel yang dilahap. Tak hanya roti tapi juga lapisan keju, salami, bahkan ditambah butter dan lainnya.

[caption id="attachment_399984" align="aligncenter" width="512" caption="Sarapan pagi bersama teman-teman TK"]

14250299282074245274
14250299282074245274
[/caption]

[caption id="attachment_399985" align="aligncenter" width="310" caption="Daftar makanan yang harus dibawa anak"]

14250300081400946191
14250300081400946191
[/caption]

[caption id="attachment_399986" align="aligncenter" width="299" caption="Gambar sarapan pagi bersama di TK setempat."]

1425030053604290692
1425030053604290692
[/caption]

***

Sudah ya ... habis sarapan, harus bersih-bersiiiiiihhhh ... Ohhh besok hari Sabtu dan Minggu masih banyak kesempatan untuk sarapan pagi bersama anak-anak. Harmonis dan sehat. Asekkkk. Selamat pagi Jerman, Selamat sore Indonesia. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun