A whole history of power or knowledge remains to be written of spaces,
which would at same time be a history of powers,
from the great strategies of the geopolitics to the little tactics of the habitats
 (Foucault, 1972)
Keberadaan Negara Bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari Konstalasi Global Internasional. Bahkan bisa dikatahkan Sejarah Indonesia merupakan perpanjangan tangan dari pertarungan kepentingan Sosial, Politik, Ekonomi, dan wacana yang sedang bermain di dunia Internasional. Tanpa mengurangi  rasa  hormat  kepada  Negara-Bangsa  Indonesia  dan  para  pendirinya,  dapat  dikatakan  bahwa  nama  indonesia  adalah  temuan Linguistik-Filologis dari seseorang ilmuan jerman yang bernama A. Bastian. Ini berarti, setiap upaya untuk memberikan diagnosa dan terapi atas persoalan  yang  terjadi  di  Indonesia  tanpa  melihat  Konstelasi  Global,  niscaya  akan  menemui  kegagalan .
Hal  ini  terlihat dari  kemacetan berbagai Analisis dan Gerakan yang dilakukan oleh para aktivis maupun Intelektual dalam menuntut dan menyikapi perubahan di Indonesia. Kebanyakan mereka melihat Indonesia sebagai entitas tersendiri yang lepas dari Konstelasi Internasional. Akibatnya mereka hanya melihat persoalan, sehingga tidak bisa menemukan akar persoalan yang sebenarnya. Karena hal inilah, maka perlu dilakukan analisis secara Komprehensif  atas Sejarah Kebangsaan Indonesia dan kaitannya dengan Kepentingan Global Internasional. Dari sini diharapkan akan dapat ditemukan akar persoalan yang sebenarnya. untuk melihat keterkaitan berbagai Peristiwa Global dengan  Sejarah Kebangsaan yang terjadi di Indonesia. (Hasyim Wahid, Telikungan Kapitalisme Global)
Begitu juga dengan Sisa kolonialisme yang paling merusak psiko-histori masyarakat negara-negara Dunia Ketiga adalah perasaan bawah sadar kolektif masyarakat negara Dunia Ketiga yang meyakini bahwa Barat adalah superior, teladan, dan pusat dunia; sementara di luar Barat merupakan subordinat. Provokasi Francis Fukuyama bahwa kapitalisme liberalisme adalah akhir sejarah (the end of history), benar benar telah menghancurkan pandangan dunia dan cara berpikir masyarakat Dunia Ketiga sampai pada tingkat yang memprihatinkan. (Hasyim Wahid)
Peta geopolitik dunia terus bergerak sejalan dengan perubahan aliansi, daya saing dan kecerdikan para pemimpin negara. Namun, sampai saat ini, masih hidup di dalam pandangan banyak pemimpin Dunia Ketiga secara permanen bahwa the West was best and the rest had to follow (Ronaldo Munck, 1999: 201). Para petinggi republik ini merupakan salah satu kelompok di antara pemimpinpemimpin semacam itu.
Dari penjelasan yang dikutip dari tulisan dan buku Hasyim Wahid diatas, maka perlu untuk kita menggali dan mempelajari tema-tema Geopolitik dan Geostrategi dalam membaca perkembangan situasi global dan situasi Indonesia, terkhusus kawasan Sulawesi utara.
Maka kami perlu membuat Studi Geopolitik dan Geostrategi ini untuk membahas dampak lingkungan geografis terhadap lingkungan politik yang dikaitkan dengan strategi negara-negara dalam menjalankan hubungan luar negeri. Geografi sebagai sebuah ruang yang di dalamnya terdapat lokasi, ukuran, fungsi, serta pola hubungan keruangan antar berbagai wilayah dan sumberdaya menjadi landasan bagi pemikiran politik dan strategis suatu negara dalam sebuah kawasan. Karena itu, studi ini menganalisis interaksi antara setting geografi, perspektif geografi dan pemikiran politik nasional yang terintegrasi dengan dinamika internasional. Berbagai konsep dan teori berkaitan dengan masalah itu merupakan subjek kajian studi ini. Dalam pertemuan awal akan dijelaskan pengenalan terhadap konsep geopolitik dan geostrategis, yaitu yang meliputi definisi geopolitik dan geostrategi, latar belakang kemunculan kedua konsep, sejarah dan perkembangan keduanya, teori-teori yang memengaruhi pemetaan dunia dan strategi negara-negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H