Mohon tunggu...
Gaea Putri Devina
Gaea Putri Devina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga

Hobi menulis, membaca, dan melatih skill jurnalisme.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Strategi Amerika Serikat dan Indonesia dalam Menanggulangi Islamofobia

2 Juli 2022   22:42 Diperbarui: 2 Juli 2022   22:50 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Islamofobia masih menjadi salah satu isu yang paling ramai diperbincangkan di banyak negara, tak terkecuali di Negeri Paman Sam atau Amerika Serikat. Isu ini tentu saja tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan berakar dari tragedi terorisme 9 September 2001 atau lebih dikenal dengan sebutan 9/11.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, kini kesadaran akan perdamaian dan anti islamofobia sudah semakin masif, baik di komunitas Muslim sendiri maupun maupun di level pemerintahan negara. Banyak negara mulai melonggarkan narasi perdamaian, termasuk Indonesia yang turut serta dalam membasmi islamofobia di AS. Lantas, bagaimana strategi kerjasama yang ditempuh pemerintah Amerika Serikat dan pemerintah Indonesia dalam membasmi islamofobia di Amerika Serikat?

Upaya masyarakat internasional dalam membangun citra positif keislaman melalui narasi di media Amerika Serikat:

Sejarah mencatatkan bahwa komunitas muslim di Amerika Serikat memiliki stigma buruk, yang utamanya disebabkan oleh penyebaran narasi media yang merugikan komunitas Islam. Namun, media juga mampu menjadi strategi efektif untuk membangun citra positif terhadap komunitas Islam. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia adalah melalui narasi-narasi perdamaian.

Di antara banyaknya imam asal Indonesia di Amerika Serikat yang berhasil menyebarkan narasi positif tentang Islam melalui media, Imam Shamsi Ali menjadi salah satu punggawanya. Shamsi mengungkapkan bahwa ia sering berbicara tentang toleransi dalam setiap diskusi yang diadakan. Hal ini tercermin dari rasa saling menghormati yang dijunjung tinggi oleh komunitas Islam dan masyarakat Indonesia dalam menjalankan kepercayaannya masing-masing di negara mana saja, termasuk di Amerika Serikat.

Selain itu, komunitas Muslim di Amerika Serikat juga tergabung dalam beberapa organisasi lembaga swadaya masyarakat, seperti organisasi CAIR dan MPAC, yang juga turut serta dalam mengurangi pandangan bertendensi islamofobia melalui aktivitas advokasi politik dan hukum, media, serta kampanye di sosial media. Kedua organisasi ini juga melakukan advokasi hukum dengan membela hak para korban dari islamofobia melalui tim bantuan hukum yang tersedia.

Dari sisi pemanfaatan media, upaya yang telah dilakukan adalah komunikasi dengan media lokal dan internasional. Besarnya dampak yang dimiliki media diharapkan dapat mengurangi persepsi negatif terhadap Islam dan Muslim, terutama yang berada di Amerika Serikat. MPAC, contohnya, memiliki agensi tersendiri yang bertujuan untuk mengubah narasi negatif mengenai Islam yang beredar di industri film-film Amerika Serikat agar menjadi positif.

Pada kampanye di media sosial,  sebuah brand bernama ISLAMOPHOBIN, berkolaborasi dengan CAIR juga aktif mengkampanyekan anti-islamophobia melalui media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan YouTube melalui tagar #ISLAMOPHOBIN.

Peran pemerintah Indonesia dalam mengatasi Islamophobia di Amerika Serikat:

Selain upaya yang dilakukan oleh komunitas muslim Amerika Serikat, warga negara Indonesia dan pemerintah Indonesia di Amerika Serikat juga turut mengupayakan berbagai usaha demi membasmi islamofobia di sana, seperti:

Menteri Luar Negeri, Retno, memimpin kelompok kerja OKI untuk perdamaian dan dialog gagas hentikan kebencian terhadap islam.

“Tren ujaran kebencian, fanatisme dan intoleransi terhadap Islam terus meningkat. Retorika bernuansa politik membenci kelompok Muslim yang tidak sesuai dengan nilai demokrasi dan kemajemukan semakin mengkhawatirkan.” kata Retno, Menteri Luar Negeri (23 September 2019) pada saat memimpin Kelompok Kerja OKI demi perdamaian dan dialog di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB ke-74. Retno berkesempatan mengesahkan dua pesan penting dari rencana kerja tersebut, yaitu:

  1. Kombinasi negara atau komunitas Muslim untuk menegakkan nilai Islam yang damai dan toleran, seperti halnya menolak keras gagasan Islam sebagai pemimpin aksi kelompok radikal.

  2. Negara Islam turut serta menunjukkan watak Islam yang damai, yakni dengan penyampaian pesan tegas bahwa terorisme dan ekstrimisme tidak ada kaitannya dengan agama dan ajaran Muslim.

Peran nyata Muslim Indonesia dalam mendukung perkembangan Muslim di Amerika Serikat:

Dalam acara pertemuan tahunan pada 24-28 Desember 2019, Wakil Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat memuji peranan Muslim Indonesia dalam membentuk wajah Amerika.

“Masyarakat Muslim Indonesia di Amerika Serikat yang selama ini menunjukkan wajah Islam yang teduh, moderat, toleran, dan maju, menjadikan mereka sebagai duta Indonesia yang positif, produktif dan inspiratif. Mereka sangat layak menjadi peran baik bagi komunitas lainnya di Amerika Serikat,” jelas Iwan, Wakil Duta Besar.

Salah satu bentuk nyata peranan Muslim di Amerika Serikat adalah melalui pembangunan masjid di Amerika Serikat yang diberi nama Asosiasi Muslim Indonesia di Amerika pada tahun 2014. Masjid ini telah aktif melayani umat Islam di Amerika Serikat dalam kegiatan ibadah, muamalah, bahkan pendidikan nonformal. Selain itu, terdapat sekolah mingguan bagi anak, pengajian Sabtu untuk umum, hingga aktivitas ekonomi untuk membiayai operasional takmir.

Dengan melihat berbagai upaya kerjasama antara pemerintah Amerika Serikat dengan pemerintah Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa aktualisasi penanggulangan sentimen islamofobia telah berjalan dengan semaksimal mungkin. Demi terus mewujudkan perdamaian dunia, diperlukan adanya kesadaran yang berkelanjutan dalam komunitas Muslim dunia untuk bekerja sama dalam menciptakan suasana damai, harmonis, dan bersinergi positif antara komunitas Islam dan agama lainnya agar tidak terjadi lagi peristiwa yang mencederai kemanusiaan dan perdamaian dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun