Mohon tunggu...
elovani ginting
elovani ginting Mohon Tunggu... -

perubahan baru bagi Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membalut Luka Gaza

11 April 2014   23:47 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:47 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MEMBALUT LUKA GAZA

GAZA adalah sekelumit kisah tentang tanah terjajah di muka bumi. Gaza adalah cerita duka atas nama Palestina. Palestina adalah sebuah senandung perjuangan. Di setiap halaman surat kabar yang memberitakan Palestina, selalu ada air mata yang memburamkan lembarannya. Duka Palestina sering menjadi kisah yang berulang lagi dan lagi. Hingga tak satu pun kini air mata dapat menetes.

dr. Prita bersama rekan dokter dan relawan lainnya dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), membawa bantuan obat-obatan, alat medis, buku referensi kedokteran, makanan, dan bantuan lainnya dari rakyat Indonesia sebagai penawar perih luka bangsa Palestina di Gaza. Para relawan inilah yang membantu rakyat Gaza untuk tersenyum kembali. BSMI juga memberikan beasiswa kuliah kedokteran di Indonesia bagi para mahasiswa asal Gaza.

Para relawan inilah yang mengisahkan sisi lain bangsa Palestina di dalam buku ini. Kisah ini tidak membuat kita bersedih, melainkan tersenyum dan tergetar kagum pada kekuatan bangsa Palestina. Namun usaha kecil dari 11 sukarelawan dalam buku ini dan kemudian menuliskan pengalaman mereka di tanah para Nabi teersebut, bisa menjadi pengobat.

Aroma kematian di Gaza bukan sesuatu yang sesakuntuk dihirup, tapi aroma yang sangat dinanti rakyatnya. Pada halaman 60, menghormati Syuhada ala Gaza, dr. Prita menuliskan pengalamannya selama berada di Gaza bahwa ia melihat banyak poster dan spanduk di tepi jalan yang memampangkan foto para syuhada, tidak nampak kesedihan di wajah mereka saat menunjukkan foto sanak keluarga mereka yang meninggal dalam serangan Israel, justru mereka sangat antusias memperlihatkan foto.

Masih banyak kisah yang tak terungkap di media tentang kondisi sehari-hari yang dihadapi rakyat Palestina terkhusus Gaza, semua diceritakan gambang oleh para sukarelawan BSMI. Tentang warga Gaza yang bermental’tidak pengenis’ meski kondisi membuat mereka sah-sah aja mengemis ( hal. 72 ), tentang kerajinan tangan yang dibuat rakyat Palestina (hal. 131), ditulis berdasarkan halaman pengalaman dr.Prita

Menariknya lagi, tulisan pengalaman yang ada dalam antologi ini tidak semua berasal dari tim dokter dan sukarelawan BSMI tetapi juga ada dari dr. Ameen, dokter asal Gaza yang ssedang menempuh study di Indonesia berkat beasiswa dari BSMI. Baginya berat untuk meninggalkan tanah air tercinta yang sedang dijajah, tapi semangat untuk kembali ke tanah air menjadi pemicu dr. Ameen menyelesaikan study dan menjadikan diri lebih bermanfaat sebagai dokter di negerinya, Palestina.

Demikianlah, buat kita yang masih mengeluh tentang hidup yang kita jalani, mungkin membaca buku ini bisa membuka mata hati dan pikiran kita. Buang jauh pemikiran dan sikap egois, karena tak ada kehidupan bila hak untuk merasa aman di negeri sendiri tidak ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun