Untuk mendapatkan informasi-informasi terkini, sangat biasa bagi saya untuk mencarinya dari media-media dibawah ini. Kali ini saya dibuat bingung dengan adanya pemberitaan yang sangat saling bertolak belakang untuk sebuah berita pada kasus, waktu, dan tempat yang sama, yaitu mengenai pidato Presiden pada KTT Perubahan Iklim di Le Bourget, Paris.
Menyimak kompas.com Rabu,2 Desember 2015 memberitakan Presiden Jokowi berpidato yang “katanya” disampaikan dihadapan ratusan kepala negara itu telah demikian mengejutkan Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Abdon Nababan dan mengatakan
"Ini kejutan bagi kita semua, awalnya saya telah baca teks pidato Presiden yang banyak beredar, tak ada kata melibatkan masyarakat, apalagi masyarakat adat. Namun, saat Presiden pidato, kata itu muncul, ini kejutan sekali," kata Abdon di Paris, Senin (30/11/2015).
Berita di atas jelas menunjukan bahwa Presiden JKW berpidato dan tidak batal berpidato. Awalnya sebagai masyarakat awam saya percaya berita di atas dan ikut terkagum-kagum, meski tidak ikut terkejut seperti Abdon. Sayangnya, masih pada hari yang sama ,Republika 02 Desember 2015 memuat artikel yang sama namun isinya jelas berbeda dan bertentangan dengan berita kompas diatas. Kronologis batalnya pidato diuraikan lebih detail dan seakan tanpa keraguan. Berikut cuplikan beritanya :
--
Di luar hall pertemuan, terlihat masih ada beberapa pemimpin dunia yang berbincang-bincang satu sama lain, termasuk Jokowi. Setelah perbincangan usai, Jokowi langsung menuju satu kursi yang berada di tengah-tengah ruangan dan duduk sendiri. Presiden terlihat berpikir.
Tergambar jelas di wajahnya gurat kelelahan karena agenda yang padat sepanjang hari. Berdiri mengelilingi Jokowi, Menteri Luar Negeri Retno Marsoedi, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya serta Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki.
Terlihat jelas Jokowi kecewa. Namun, ia berusaha berbesar hati karena bagaimana pun hal itu bukan kesalahannya.
"Ya bagaimana, yang lain juga batal bicara semua kok. Tapi memang dari negara-negara yang hadir kita dapat urutan pertama," ucap Presiden.
Berita diatas diperkuat oleh tempo.co. 03 Desember 2015, atau satu hari setelahnya, menyatakan bahwa Presiden Jokowi batal berpidato. Berikut cuplikannya:
TEMPO.CO, Paris - Ada peristiwa menarik di area Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim di Paris, Prancis, Senin, 30 November 2015. Acara pertemuan Mission Innovation soal energi terbarukan yang melibatkan 40 negara, berantakan gara-gara Presiden Amerika Serikat Barack Obama telat datang. Jadwal kacau dan akibatnya, Presiden Joko Widodo terpaksa batal berpidato.
…dst..
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang saat itu juga berada di sebelah Presiden Jokowi mengatakan Presiden memutuskan meninggalkan tempat acara. Padahal, Indonesia menjadi negara pertama yang harusnya berbicara. Seluruh tim dari Kementerian Luar Negeri, termasuk yang bertugas menerjemahkan pidato Jokowi dari bahasa Indonesia ke Inggris, sudah siaga di kotak penyulih bahasa. Dst.
Bukan berarti membesar-besarkan masalah kecil tapi ini dapat menyesatkan publik karena tugas media memberikan informasi kepada masyarakat agar masyarakat tahu fakta-fakta yang terjadi dengan sebenarnya. Saya yakin, media sekelas media-media diatas lebih tahu dan paham etika dan tanggungjawab jurnalistik. Bahwa apa yang diberitakan harus yang benar-benar fakta, bahwa bila ada kekeliruan harus segera dilakukan ralat. Bukan begitu..?
Mari kita tunggu, media mana yang akan meralat berita tersebut sebagai bentuk tanggungjawabnya kepada masyarakat dan menunjukan bahwa media mereka adalah media yang berkelas dan terpercaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H