Mohon tunggu...
Herawati Suryanegara
Herawati Suryanegara Mohon Tunggu... Buruh - Penyuka Langit, penyuka senja.

aku... ya ...aku!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tipe Pemimpin “Odong-odong”

25 April 2014   15:59 Diperbarui: 29 Juli 2016   14:40 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bentuk kepemimpinan yang diangkat atas dasar pertimbangan pemikiran tertentu dan penunjukan langsung yang didasari oleh pemikiran yang rasional dengan mempertimbangkan aspek kemampuan  seseorang.

Pemimpin dengan tipe odong-odong  adalah pemimpin yang terpilih atau dipilih bukan karena charisma, tradisi ataupun rasionalitas. Tetapi pemimpin ini terpilih karena lucu, menghibur  terkenal dan bisa dijadikan boneka. Masyarakat  awam menyukai pemimpin tipe ini tanpa syarat yang lain dan karena alasan yang sering tidak rasional. Terbukti dalam pemilihan legislative yang lalu, beberapa nama lolos dengan mengherankan. Masyarakat memilih  tanpa mempertimbangkan skill , latar belakang , track record , partai atau apapun. Yang penting lucu, menghibur , tampak lugu dan tampak merakyat. Kita ibaratkan mereka adalah anak-anak yang bergembira naik odong-odong. Penggemar  odong-odong  ini diibaratkan sebagai pemilih yang dalam hal memilih calon pemimpin  tidak berpikir  akan diajak kemana, diam ditempat atau jalan-jalan menuju suatu tempat/tujuan   .

Pemimpin odong-odong tidak hanya terlahir dan dilahirkan oleh sebuah organisasi partai politik saja, dalam kehidupan nyata sehari-haripun banyak kita temukan pemimpin dengan tipikal tersebut di instansi-instansi pemerintah. Mereka memimpin banyak orang tetapi tidak mampu mengemban amanahnya sebagai pemimpin dengan baik.

Mengapa mereka memilih pemimpin Odong-odong :

Pertama,  sangat mungkin pemilih dalam  memilih pemimpin odong-odong karena pengetahuan mereka yang terbatas atau  kurang pendidikan.

kedua,  mereka memilih karena tindak tanduk orang tersebut yang menghibur atau karena perkenalan yang dekat. Tidak penting bagi mereka apakah dia memiliki back ground pendidikan yang menunjang  atau tidak. Yang penting hati mereka  senang pada saat itu. Para pemilih tidak berfikir jauh, apakah nanti akan dibawa berjalan untuk perubahan atau cukup diam ditempat, itu tidak menjadi urusan.

Ketiga,  bisa jadi latar belakang masyarakat memilih pemimpin odong-odong didasari rasa frustasi  karena tidak adanya perubahan yang signifikan  dilakukan oleh tipe-tipe pemimpin sebelumnya. Pemimpin yang berpendidikan tinggi pun  ternyata banyak yang bertindak korup dan sewenang-wenang. Mereka tidak berhasil  memperbaiki mensejahterakan  rakyat atau bawahannya

Keempat, bisa jadi partai atau penguasa yang menempatkan pemimpin odong-odong ini memiliki maksud tertentu. Menjadikan seseorang dan menempatkannya dalam posisi penting untuk dijadikan boneka dan sebagai balas jasa.

Lalu apa yang dapat diperbuat oleh tipe pemimpin semacam ini? Tipe pemimpin seperti ini diyakini tidak dapat diharapkan dapat berbuat banyak. Ya, seperti Odong-odong. Diam ditempat atau cukup melangkah sedepa. Pemimpin ini sendiri tidak tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya dengan jabatan yang ia peroleh.

Dapatkah tipe ini berkuasa atau memimpin dalam jangka waktu yang lama? Penulis berpikir, tentu tidak.Lama kelamaan para pengikutnya akan bosan sendiri. Ibarat kata,  anak kecil yang lama kelamaan bosan juga  naik odong-odong  maka odong-odongpun akhirnya merek tinggalkan. Anak buahnya yang cerdas pastinya akan banyak protes dan berusaha mencari pimpinan lain yang lebih mumpuni.

Apakah pemimpin ini syah menjadi pemimpin..? tentu saja syah, karena mendapat legitimasi dari para pemilihnya dan ditetapkan secara hokum oleh penguasa dalam hal ini negara.Pemimpin Odong-odong adalah pemimpin legal yang kerap dipilih dan ditempatkan secara tidak rasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun