Meski tidak ada data yang akurat untuk kekerasan seksual namun umumnya remaja yang mengalami kekerasan fisik maupun seksual berasal dari keluarga yang tidak lengkap dan ditinggal ibu yang bekerja dengan waktu yang menyita.
Penulis mendapatkan data yang memang agak lama tetapi penulis prediksi data itu masih berlaku hari ini atau bahkan menunjukan angka yang lebih banyak lagi. Data yang Penulis peroleh diantaranya adalah pernyataan dari kepala Disnakertrans Kabupaten Sukabumi, Aam Amer Halim pada poskotanews.com, tgl 04 mei 2012, ia menjelaskan dari ribuan buruh pabrik tersebut sekitar 80% adalah wanita. Bisa kita bayangkan bagaiman keadaan rumah mereka yang ditinggal para ibu bekerja dengan jam yang menyita waktu dan pemberlakuan system kerja siang – malam?
Itu baru angka untuk pekerja wanita di pabrik. Remaja Sukabumi yang lainnya harus rela kehilangan kasih sayang para bunda dan ditinggal pergi bekerja sebagai TKW dalam jangka waktu bertahun-tahun bahkan banyak diantara mereka yang kehilangan kabar bundanya dan tak pernah bertemu kembali. Seperti kita ketahui Sukabumi juga termasuk pemasok TKW dalam jumlah besar di Indonesia.
Dari hal tersebut juga , bisa kita bayangkan berapa ribu anak-anak tumbuh dan berkembang tanpa perlindungan dan kurang kasih sayang seorang ibu. Akibatnya anak kurang pengawasan, orang tua tidak mengetahui hubungan pertemanan mereka, dengan siapa anak-anaknya menghabiskan waktu dan untuk apa? Kelalaian pengawasan orang tua juga mengakibatkan tidak diketahui apakah mereka dalam bahaya atau tidak.
Sebagai pendidik, Penulis selalu berusaha menjadi sahabat mereka. Sering penulis mendapatkan keluh kesah mereka. Bagaimana remaja yang ditinggal pergi para bunda tersebut begitu menderita. Khususnya remaja putri. Mereka ada yang menjadi pelampiasan nafsu seksual ayahnya sendiri, ayah bejad yang ditinggalkan istri-istri mereka bekerja sebagai TKW akhirnya menjadikan anak sebagai sasaran. Kasus lain, banyak remaja Sukabumi juga menjadi pelampiasan nafsu seksual orang-orang terdekat lainnya karena situasi rumah yang memungkinkan, kedua orangtuanya yang satu bekerja di pabrik, yang satunya TKI. Banyak waktu luang untuk seseorang berbuat jahat kepada mereka karena lengahnya pengawasan.
Keuntungan finasial yang besar sangat mungkin diperoleh oleh Pemda Sukabumi dari keringat para wanita ini memang diperlukan tetapi hal ini jauh tidak seimbang dengan kerugian atas hancurnya remaja/generasi muda kita. Walau bagaimanapun.,kehadiran dan kasih sayang seorang ibu adalah segalanya bagi anak-anak remaja dibanding keberadaan seorang ayah meski tetap keduanya adalah hal penting.
Alangkah baiknya bila Pemda Sukabumi memiliki posisi tawar kepada para pemilik modal yang ingin mendirikan pabrik di Sukabumi. Misalnya ,menyarankan agar 80% pekerja pabrik tersebut adalah Pria dan sisanya 20% adalah wanita. Begitupun untuk kebijakan pemberangkatan TKW ke luar negeri. Ada baiknya Pemda memastikan juga bila para wanita itu pergi, dengan siapa anak-anak mereka akan tinggal. Pastikan anak-anak mereka berada dalam perlindungan dan asuhan yang tepat. Jangan hanya memberangkatkan tanpa memikirkan dampak buruknya.
Untuk apa income besar tapi generasi kita hancur..? mari kita renungkan. Akhir kata, tak ada niat buruk penulis terhadap Pemda Kab/kota Sukabumi. Semata karena rasa sayangku pada remaja-remaja pemiliki negeri ini .
** “ tenanglah nak,sebentar lagi ibu mu pulang dan ayahmu yang akan pergi bekerja..”
Biarkan mereka bahagia menyongsong hari bersama ibu-ibu mereka..!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H