Sukolilo sedang ramai diperbincangkan masyarakat karena kejadian pengeroyokan bos rental mobil, sampai dicap sebagai desa penadah, desa maling dan sebagainya.
Akhir akhir inikecamatan Sukolilo, Pati, Jawa Tengah, Indonesia. Desa yang terletak di pegunungan Kapur Utara ini merupakan ibu kota dari kecamatan Sukolilo.Tepat di tengah-tengah desa di belah oleh jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Pati dengan Kabupaten Grobogan. Jalan ini sekaligus menjadi jalan alternatif untuk menuju Semarang maupun Yogyakarta.
Meskipun Sukolilo mendapatkan citra buruk akibat oknum namun dibalik hal itu Sukolilo memiliki sebuah tradisi budaya yang dapat menarik warga warga sekitar Sukolilo bahkan warga luar pati.Â
Tradisi itu adalah meron, meron telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda, upacara Meron dilakukan masyarakat Desa Sukolilo setiap tanggal 13 Rabiulawal tahun Hijriyah dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Awal mula terjadinya meron yaitu karena dahulu prajurit Mataram yang sedang menyerang praggolo pati sedang singgah di Sukolilo dan bertepatan dengan maulid nabi, karena biasanya di Mataram pada saat maulid nabi ada sebuah upacara adat atau perayaan dan para prajurit itu belum bisa kembali ke mataram dan untuk mengobati rasa kangennya dengan momen tersebut, maka para prajurit itupun mengadakan upacara adat atau perayaan yang menyerupai kebiasaan yang dulu mereka lakukan ketika di Mataram, Meron yang berarti Mempere Keraton namun ada juga yang mengatakan bahwa meron adalah rame rame niron (prajurit Mataram yang meniru adat mataram untuk mengobati rasa kangennya) dan meron dilestarikan oleh warga Sukolilo hingga saat ini.Â
Meron memiliki berbagai bagian yaitu:Â
Mustaka: Bagian teratas meron yang berbentuk lingkaran bunga aneka warna, berisi ayam jago atau masjid.Â
Gunungan: Bagian tengah meron yang terdiri dari mancungan, ampyang cucur, dan once.Â
Ancak: Bagian bawah meron yang terdiri dari ancak tiga, daun wandiro, ancak dua, dan ancaksatu.Â
Berikut adalah rangkaian meronÂ
Arak-arakan nasi tumpeng: Nasi tumpeng yang disebut Meron diarak dari rumah perangkat desa menuju Masjid Agung Sukolilo.Â
Upacara selamatan: Setelah nasi tumpeng dibawa ke masjid, dilanjutkan dengan upacara selamatan.
 Pembagian nasi tumpeng: Setelah upacara selamatan selesai, nasi tumpeng dibagikan kepada pengunjung.Â
Perebutan meron: Meron atau gunungan yang diyakini membawa berkah diperebutkan oleh warga.Â
Kesenian tradisional: Upacara Meron diiringi dengan kesenian tradisional setempat.Â
Biasanya malam sebelum meron ada pertunjukan leang leong disepanjang jalan raya SukoliloÂ
Lalu paginya da karnaval budaya dan pertunjukan kesenian lalu siangnya baru dilanjutkan oleh tradisi meron.
Saat ada pertunjukan leang leong dan karnaval meron biasanya akses lalu lintas dialihkan terlebih dahulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H