DE biasanya bertanggung jawab dalam manajemen, administrasi dan logistik sehari-hari. DE bertugas memastikan mesin manajemen berjalan agar keputusan-keputusan politik dapat diambil dalam situasi yang kondusif dan ditunjang dengan "support system" yang kuat.
Tapi lain halnya dengan DE yang satu ini. Untuk memagari Anas Urbaningrum "si bayi yang tidak diharapkan," dirancanglah suatu struktur organisasi yang silang-menyilang dengan sistem "ex-officio" (otomatis karena jabatan). Ada Majelis Tinggi, Dewan Pembina, Dewan Kehirmatan dan Komite Pengawas yang tugas tak lain adalah memasung kaki Ketua DPP agar tidak berlari di luar kehendak SBY.
Dalam konteks tersebut, sangat menarik mengetahui bahwa DE yang sebenarnya adalah "kepala kantor" atau "komandan kompi markas" dalam istilah militer, menjadi anggota Majelis Tinggi yang berada satu kamar dengan Ketua Dewan Pembina dan Ketua DPP yang secara ex-officio menjadi Ketua dan Wakil Ketua Majelis Tinggi. Menurut seorang teman yang menjadi pengurus Demokrat di daerah, Super-Direktur ini juga kerap menuntut perlakukan protokoler kelas wahid jika berkunjung ke daerah.
Anggota Keluarga?
Sebenarnya tak heran jika nama Totok akhirnya dipilih oleh Cikeas sebagai penggati Anas. Selain diburu waktu, di atas kertas bisa dihitung bahwa jika KLB dilakukan hari ini, kemungkinan besar kubu Anas akan menang dan melahirkan "bayi yang tak diharapkan" untuk kedua kalinya.
Munculnya nama Totok sejalan dengan kegalauan keluarga Cikeas. Majalah Tempo edisi 4-10 Maret 2013 menggambarkan bahwa Ani Yudhoyono menilai Demokrat terhuyung-huyung akibat dipimpin "orang luar keluarga". Ani kemudia menyorongkan nama Pramono Edhie yang akan pensiun pada bulan Mei nanti. Sejunlah media telah mengangkat isu ini namun Jenderal Pramono telah berulang kali menampik spekulasi ini.
Lalu, apakah Totok bisa dihitung sebagai keluarga? Memang kita tahu bahwa SBY punya ikatan batin khusus dengan teman seangkatannya di Akabri tahun 1973. Lihat saja, nama-nama seperti Djoko Suyanto, Bambang Soetojo, atau Sutanto, sampai sekarang masih menjadi "ring satu" SBY. Apakah jabatan DE juga bagian dari kompensasi SBY kepada Totok yang kalah dari Djoko dalam perebutan menjadi Panglima TNI yang pada 2006 menjadi "jatah" Angkatan Udara?
Mari kita bahas setelah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H