Mohon tunggu...
Juli Andi
Juli Andi Mohon Tunggu... lainnya -

semoga kian cerdas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kampung Kapitan Sisa Peradaban Tionghoa

29 Desember 2011   13:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:36 1469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tidak tahu persis kapan pertama kali etnis tionghoa menginjakkan kakinya kali pertamanya ke Palembang, banyak hal yang mesti digali dan diteliti kembali sejarah awalnya etnis tionghoa masuk ke Palembang, menurut Oey eng sui salah satu warga kampung kapitan etnis tionghoa, dari mulai 2005 sampai sekarang baru mulai digali lagi sejarahnya, kampung kapitan adalah tempat awalnya etnis tionghoa Kota Palembang bermukim dan berpusat disana. Tapi kejelasannya mesti digali kembali.

”Kalau berdasarkan silsilah temenggung TJua Ham Hin, sesepuh kami, berarti kampung kapitan telah ada sebelum 1850, beliau sendiri generasi ke sepuluh dari leluhur pertama kami, dan saya belum bisa menyebutkan silsilah dari awal, leluhur kami. Dan saya adalah mantu dari generasi ke 13, ”cerita pria yang sudah berambut putih ini.

Sejak abad ke 19 sampai 20 kampung kapitan sekaligus nilai-nilai budaya dan sejarahnya terkikis apalagi setelah zaman kemerdekaan, dulu pusat perdagangannya berada di 10 ulu dan itu termasuk wilayah Tjua Ham Hin china town atau sekarang menjadi sebutan kampung kapitan.

“Dulu kampung kapitan dikenal sebagai kota cina yang disebut china town luas wilayah kala itu adalah 20 hektar dan sepuluh ulu sekarang adalah pusat perdagangannya. Hingga sekarang Peninggalan bangunan leluhur etnis tionghoa yang tersisa adalah dua rumah panggung ini. Dulu ada tiga bangunan rumah leluhur kampung kapitan etnis tionghoa sekarang tingal dua rumah yang satunya sudah dijual, akibat masalah ekonomi dan terkikis oleh zaman,” tuturnya ketika disambangi dirumahnya peninggalan leluhurnya.

Kampung kapitan awalanya dihuni keluarga besar dari nenek moyangnya Tjua Ham Hin, awalnya pasti datang pertama kali ke Palembang membawa keluarganya beserta jajarannya, tukang masak, anak buah, dayang-dayangnya,” bisa-bisa ratusan orang mendatangi tempat ini tapi sekarang telah menyebar ke berbagai daerah, dan untuk kampong kapitan sendiri sekarang hanya tinggal belasan Kepala Keluarga (KK),” Katanya.

“Sejalan dengan waktu diantaranya terjadi perkawinan dengan penduduk setempat akhirnya etnis tionghoa bercampur jadi satu dan keturunannya Tjua Ham Hin juga menyatu menjadi rakyat biasa.

Ia juga menambahkan bahwa kampung kapitan yang beretnis tionghoa khususnya generasi Tjau Ham Hin berasal dari suku Provinsi Hok Kian Kabupaten ching chow, “asal muasalnya dari sana,” tambahnya.

Memang tak banyak yang bisa diceritakan dari sejarah awalnya kampung kapitan, karena minimnya data dan informasi, tapi bila ditilik dari garis keturunan leluhurnya yaitu generasi kedelapan Tjau Ham Him telah ada sekitar 1805, ia adalah leluhur orang tionghoa Kota Palembang dan seorang temenggung keluarga dan leluhurnyalah yang membawa etnis tionghoa ke Kota Palembang.

“Seorang temenggung pada zaman Belanda memiliki kekayaan melimpah ruah. Kira-kira temenggung itu dibawah walikota tapi diatas camat, kata Oei yang ragu menjelaskan setara dengan apa kalau jabatannya zaman sekarang.

LakukanKirab

Untuk membangkitkan nilai-nilai leluhur etnis tiong hoa sekaligusmempertahankan nilai-nilai sejarah dan budaya kota palembang, munculnya ide untuk diadakan pagelaran Kirab srwijaya 2011 pada 21 sampai 22 desember lalu, ”ide ini dicetuskan oleh chandra wijaya pasadena dosen ITS sekaligus ahli fengshui, dia bilang di Palembang etnis tionghoa dan kelenteng banyak sudah semestinya diadakan acara ini, selain itu juga kita mendapatkan dukungan dari otoritas setempat,” Ujar Oei kerabat Chandara Wijaya Pasadena.

Bisa kita sebut kirab sama dengan pagelaran arak-arakan yang bermakna religius bagi suatu komunitas tertentu atau secara budaya merupakan pagelaran adat, tapi khusus kirab sriwijaya 2011 kali ini yang dilakukan pertama kali adalah sebuah upacara keagamaan, ”semacam ritual dengan tujuan untuk membersihakan sifat-sifat jahat yang ada di lingkungan sekitar,” jelasnya.

Ketika acara itu digelar tidak hanya komuitas tionghoa dari Palembang yang hadir tapi dari luar Kota Palembang, seperti Gorontalo, Medan, Jambi dan Pontianak, ”sehingga bisa mencapai ratusan orang untuk kirab laut, tapi kalau kirab jalan kaki bisa ribuan”, ceritanya.

Kirab yang dilakukan ada dua bagian, kirab laut dan kirab darat, terbagi jadi dua kirab mobil dan jalan kaki. Kirab laut berawal dari kampung kapitan pada 05.00 Wib dengan mengarak rupang (patung,red) dewa menuju kelenteng Dewi Kwan Im, 10 ulu dilanjutkan menuju Pulau Kemarau dan berakhir di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, ”Kirab laut menggunakan kapal putri kembang dadar dipinjamkan oleh dinas pariwisata,”jelasanya.

Kermudian dilanjutkan dengan kirab mobil dan kirab jalan kaki, saat kirab dilakukan doa-doa spiritual untuk mengusir roh-roh jahat yang ada di lingkungan Kota Palembang hingga menjadi aman dan nyaman. Upacara Kirab jalan kaki juga dilaksanakan dengan membawa sejumlah rupang-rupang dewa dari berbagai kelenteng di Kota Palembang dibawa menggunakan tandu berjalan menyusuri rute yang telah ditentukan sejauh 8 kilo.

”Rupang-rupang ditaruh diatas tandu, kemudian dibawa oleh dua sampai empat orang, namun rupang ini bukan rupang biasa, rupang rupang ini telah dimasukkan roh gaib sehingga bergoyang kesana kemari,” ungkapnya serius.

Untuk kirab jalan kaki bermula dari Che Bun Lau-Dwikora-PS (palembang Square)-Radial-Simpang ipto-Kemang anis-Putri Rambut Selako-Sumpah Pemuda-Angkatan 45-Demang lebar Daun-Che Bun Lau. (and)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun