Mohon tunggu...
Benedicta Gaby
Benedicta Gaby Mohon Tunggu... Ilmuwan - nature lover

a person with huge interest and adorationof nature

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Indonesia Darurat Krisis Air Bersih? Kita Harus Apa?

8 Desember 2017   01:23 Diperbarui: 9 Desember 2017   16:01 8307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar 2. sumber: kompas.com
Gambar 2. sumber: kompas.com
Air. Apa yang terlintas dipikiran anda ketika mendengar kata air? Mungkin yang anda pikirkan adalah segar---kesegaran ketika meminum air saat anda sedang haus, untuk menghilangkan dahaga; bersih---saat anda menggunakan air untuk membersihkan pakaian, piring, atau badan ketika kotor. Namun, apa yang terjadi ketika kita kekurangan air? Yang anda bayangkan mungkin kira-kira seperti gambar diatas (Gambar 1). Gersang, panas, haus, dan kotor.

Tahukah anda kalau Indonesia sedang mengalami krisis air bersih? Seperti yang dilansir dari CNN Indonesia (11/06/2017) menyatakan bahwa "80 persen air tanah  di wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) di Jakarta tidak memenuhi standar Menteri Kesehatan Nomor 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum". Hal ini bahkan dikatakan sendiri oleh Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Standar air minum ini tidak terpenuhi sebab adanya unsur besi (Fe) dengan kadar tinggi yang ditemukan di CAT Jakarta Utara (dilansir oleh ANTARA, Sabtu (10/6)). Hal ini merupakan akibat dari intrusi air laut. Terlebih lagi wilayah Jakarta Utara yang dekat dengan wilayah pesisir pantai.

Tidak hanya berita defisit air bersih ini saja yang mengkhawatirkan. Menurut data dari World Resources Institute, Indonesia termasuk salah satu negara yang diperkirakan mengalami tekanan tinggi akan kurangnya air (water stress) pada tahun 2040. Pada gambar 2, dapat dilihat bahwa jika total kebutuhan air baku meningkat tiap tahunnya, namun tidak diringi dengan total kapasitas produksi air dari alam dan tidak tidak didukung oleh air olahan dari PDAM, maka dapat dipastikan pada tahun-tahun berikutnya (2025), angka defisit air akan meningkat setiap tahunnya.

Banyak hal yang menyebabkan terjadinya krisis air bersih di Indonesia. Yang pertama adalah bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya. Angka penduduk tahun 2016 mencapai 261,1 jiwa, dan angka ini akan bertambah setiap tahunnya jika tidak dilakukan pencegahan.  Bertambahnya jumlah penduduk ini akan berdampak pada kebutuhan air yang meningkat. 

Kebutuhan air yang meningkat ini dapat membuat jumlah volume air yang dikeluarkan setiap menitnya akan meningkat pula---jumlah air yang dibutuhkan meningkat sedangkan jumlah air yang tersedia konstan. Kebutuhan air yang meningkat ini tentunya akan membuat terjadinya penggunaan air tanah yang berlebihan, sampai ke tahap eksploitasi. Air dalam tanah lama-kelamaan akan habis dan akan meinggalkan rongga, rongga ini nanti akan diisi oleh air laut ketika terjadi laut yang pasang naik (intrusi laut).

 Penyebab lainnya ialah kurangnya daerah resapan yang dapat menimpan air tanah. Penebangan pohon yang tidak terkontrol dan pihak-pihak yang enggan melakukan reboisasi menyebabkan hal ini. Distribusi air juga kurang merata. Misalkan saja, Orang Rimba di Jambi mengalami defisit air bersih yang menyebabkan mereka terkena penyakit. 

Data lain menyatakan bahwa pada tahun 2008, hanya 48% kota dan 12% desa yang mendapat distribusi air bersih. Masalah distribusi air ini juga menyangkut pada pengelolaan air yang kurang optimal. Dalam pengelolaan yang optimal, pastinya tidak akan terjadi kasus dimana saat musim hujan terjadi kelebihan air (banjir) dan pada saat musim kemarau menjadi kering. Jika ada tempat  resapan, hal ini pastinya dapat di tanggulangi dan dicegah. Penyebab lainnya adalah karena faktor manusia yang kurang peduli pada alam sekitarnya, yaitu merusak sumber daya air---seperti membuang sampah di sungai, dan juga kebiasaan boros air.

Jika hal ini tidak diatasi dan ditanggulangi, krisis air bersih akan terus meningkat dan masyarakat akan mendapatkan dampak buruk dari defisit air---yang diantaranya adalah dapat terjadi kerugian secara finansial dan material---dimana para petani ataupun peternak mengalami kerugian dimana panen/ternak mereka menjadi mati/sakit karena kekurangan air bersih; dan kerugian finansial adalah (saat pasokan air bersih sedang kurang) kita harus rela untuk mengeluarkan uang untuk air bersih/ mengganti kerugian material yang kita alami. 

Kita juga dapat mengalami kelaparan massal karena tumbuh-tumbuhan yang mati/rusak ataupun hewan ternak yang biasa dikonsumsi mati---jumlah mereka menjadi berkurang sehingga bisa-bisa kebutuhan manusia tidak tercukupi dan dapat terjadi krisis pangan. Selain itu kekurangan air bersih dapat juga membuat kita sakit (hal ini juga disebabkan karena 70% dari tubuh kita terdiri dari air), seperti sakit kanker rahim, batu ginjal, migraine dan banyak penyakit lainnya. Lingkungan dan ekosistem juga terpengaruh akan hal ini. 

Lingkungan menjadi kering karena kurangnya sumber daya air yang dapat menunjang kehidupan makhluk hidup, selain itu siklus air juga dapat terganggu. Secara sosial, kekurangan air bersih juga dapat menyebabkan konflik antar masyarakat.

Hal apa yang dapat kita lakukan untuk mencegah dan mengatasi masalah air ini? Caranya adalah dengan melakukan reboisasi dan pengadaap daerah resapan air. Hal ini dapat saja kita lakukan dengan menanam pohon di halaman rumah kita atau di lingkungan sekitar. Pengadaan sumur pengumpul air hujan juga dapat mengurangi dan mencegah defisit air. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun