Media kelompok yang berfokus pada isu atau sudut pandang tertentu, menyebabkan orang yang terlibat di dalamnya cenderung terus terpapar pada informasi yang mendukung keyakinan mereka saja. Mereka cenderung akan mengkonsumsi konten media yang sesuai dengan preferensi mereka, sehinga menimbulkan rasa nyaman, semakin personalisasi, serta individualis. Tanpa sadar, rasa nyaman ini membuat mereka "terninabobokan" oleh suguhan konten yang disajikan di media kelompok. Akibatnya, pandangan lain menjadi terpinggirkan dan bahkan diabaikan, karena mereka hanya mendengar "gema" dari keyakinan yang sama. Lama kelamaan, hal ini dapat menciptakan efek "echo chamber" di mana hanya perspektif tertentu yang berulang kali dikonsumsi tanpa ada pandangan dari sudut pandang yang berbeda.
Dampak buruk yang "ditakutkan" dapat terjadi
Terlalu lama berada dalam gaungan "gema" dapat meningkatkan risiko terjadinya misinformasi. Mereka yang terkena efek dari echo chamber ini memiliki kebiasaan tidak mau melihat informasi lain yang menyajikan pandangan yang berbeda dari pandangannya (Azizah, 2024). Padahal, informasi yang mereka dapatkan di "ruang gema" bisa saja terlalu bias dan memiliki kemungkinan belum divalidasi kebenarannya. Hal ini dapat mengakibatkan informasi tersebut adalah hoax, dan risiko misinformasi dapat meningkat.
Misinformasi merupakan informasi yang salah (keliru), namun orang yang menerima dan menyebarkan percaya bahwa itu adalah benar (Tim Cek Fakta, 2024). Tanpa adanya keseimbangan dari perspektif yang berbeda, misinformasi dapat dengan mudah menyebar. Selain itu, mereka juga kehilangan kesempatan untuk mendapatkan perspektif yang luas dari sekitarnya (Azizah, 2024).
"Ruang gema" sejatinya dapat memperdalam perpecahan dalam masyarakat dengan mengisolasi individu dari berbagai sudut pandang (Khan, 2023). Situasi ini dapat mengarah pada peningkatan polarisasi. Polarisasi membuat orang-orang dalam suatu kelompok akan lebih sulit untuk menerima dan memahami sudut pandang yang berbeda (Khan, 2023).
Orang-orang atau kelompok dengan kepentingan tertentu tanpa disadari juga dapat masuk dan memanfaatkan media kelompok untuk menyebarkan kekuasaannya. Jika sebuah media kelompok mulai tumbuh dan memiliki pengaruh yang lebih besar, mereka bisa saja menjadi sasaran empuk atau menjadi bagian dari strategi kepentingan penguasa (GCF Global, 2024). Alhasil, media kelompok dapat kehilangan independensinya dan berubah menjadi serupa (bahkan mungkin tidak ada bedanya) dengan media korporasi.
Menyikapi Keseimbangan
Maka, menyikapi hal ini, penting untuk tetap dapat melihat berbagai perspektif yang ada dalam berdinamika dalam masyarakat. Berpendapat untuk menyuarakan pendapat yang seringkali dibungkam sangat diperkenankan atau bahkan menjadi hal yang "wajib" untuk tidak melenggangkan pemilik kekuasaan bertindak sepuasnya. Namun jangan sampai terjebak dalam efek echo chamber yang nantinya dapat membahayakan diri sendiri
Pentingnya meningkatkan kemampuan literasi digital, terutama bagi kalangan generasi Z yang sudah terlahir dengan kemampuan "digital native". Mencoba membuka diskusi dengan berbagai perspektif juga dapat meminimalisir terjadinya efek echo chamber (GCF Global, 2024). Diskusi yang terbuka dapat membantu menambah pengalaman, sudut pandang, dan menjalin relasi yang lebih luas.
Sumber:
Azizah, M . (2024) . 6 Dampak Buruk Echo Chamber Bagi Seseorang, Kesulitan Mendapat Solusi . Diakses dari https://sulsel.idntimes.com/life/inspiration/maftukhatul-azizah/6-dampak-buruk-echo-chamber-bagi-seseorang-kesulitan-mendapat-solusi-c1c2?page=all
CGF Global . (2024) . Digital Media Literacy -- What is an Echo Chamber? . Dilansir dari https://edu.gcfglobal.org/en/digital-media-literacy/what-is-an-echo-chamber/1/
Data Reportal . (2024) . Digital Around The World . Diakses dari https://datareportal.com/global-digital-overview#:~:text=A%20total%20of%205.45%20billion,using%20the%20internet%20as%20not.
Diehl, S., & Karmasin, M . (2013) . Media and Convergence Management . New York: Springe