Mohon tunggu...
Gabriel Pramana Pradnyamurti
Gabriel Pramana Pradnyamurti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Seminaris

Hallo sayangg

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Melihat Keheningan

23 Maret 2024   09:53 Diperbarui: 23 Maret 2024   09:56 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

          Purnama malam ini telah begitu lama kunantikan. Saat-saat kutatap rupanya yang begitu menawan serta cahayanya yang bening menerpa tubuhku terus terbayang-bayang dalam anganku. Namun apa ini, apa yang kulihat sekarang? Gelap, hampa, kosong sejauh mata memandang hanya awan mendunglah yang kulihat. Dengan mudahnya ia segera menyapu segala keindahan itu bersama dengan gairah hidupku. Sirna, pupus sudah impianku malam ini.


          "Hmm..., kaya gini bagus juga, gimana menurutmu Chel?" Tanya gadis itu pada Chelsea.


          Tidak ada jawaban dan gadis berparas imut itu kembali berkata "Tapi kok, tokohnya ini ga bersyukur banget ya. Masa sudah diberi penglihatan yang baik, masih aja ngeluh sama apa yang dia lihat. Coba deh sehari saja jadi aku, ga akan betah!"
Begitulah gadis itu, Abel namanya, dia adalah seorang gadis yang malang, sejak sekitar satu tahun lalu ia mengalami sebuah insiden yang membuatnya kehilangan indra penglihatannya. Hingga kini, pada usianya yang menginjak enam belas tahun ia masih bergulat dengan hal itu.


          "Nak! Abel! Makan dulu yuk, Ibuk udah masak makanan favoritmu lho!" Suara ibunya samar-samar semakin terdengar mendekati kamar Abel.


          Dengan amat bersemangat Abel dituntun ibunya menuju ruang makan, katanya "Masak apa Buk? Enak banget baunya."


          "Ada deh, sekali suap pasti Abel langsung tau." Jawab ibunya.


          Rasa penasarannya pun semakin memuncak, ketika duduk ia segera makan bersama ibunya. "Whoa! Sup jagung! Ada ayamnya juga ditambah masih panas! Favoritku banget Buk, hapal banget sih buk!" Seru Abel dengan begitu gembira. Ibunya turut bahagia melihat kebahagiaan buah hatinya itu.


          Mereka berdua makan bersama dengan begitu nikmat. Keringat bercucuran memenuhi wajah gadis itu. Tampaknya ia memang sangat bersemangat. "Aduh-aduh Bel pelan-pelan aja, tunggu rada dingin dulu to. Engga-engga kalau dihabisin sama ibuk, supnya juga ga punya kaki, ga akan lari." Kata ibunya.


          "Gimana to Ibuk ini, justru itu Buk! Mumpung panas-panas gini enaknya langsung dihabisin, nanti kalo dingin, aduh sayang, udah ga nikmat." Jawab Abel tak mau kalah.


          Kata ibunya "Iya deh, yang penting sekarang Abel seneng to?"


          "Jelas Buk! Apalagi Ibuk yang masak. Komplit!" Jawab Abel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun