Mohon tunggu...
Gabriel Lintang
Gabriel Lintang Mohon Tunggu... Freelancer - Suka nulis, jarang ngoceh, kadang membaca

Orang yang ngambil jurusan bahasa waktu SMA dan masuk ke prodi ilmu komunikasi di perguruan tinggi. Bisa berbicara 4 bahasa (Indonesia - Jawa - Inggris - Jepang)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perkembangan AI: Potensi Positif dan Ancaman yang Mengintai

29 Mei 2024   10:00 Diperbarui: 29 Mei 2024   10:03 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artificial Intelligence atau disingkat AI, sebuah topik pembicaraan hangat di media sosial bahkan hingga masuk ke berita-berita internasional. Kehadiran AI dianggap bisa menggeser beberapa pekerjaan manusia. Bisa dilihat sekarang perkembangan GPT atau Generative Pre-training Transformer, sebuah kecerdasan buatan yang memuat model bahasa dan digunakan untuk melakukan tugas tertentu. Contoh paling mudahnya yakni ChatGPT buatan OpenAI yang dapat membantu manusia, atau bahkan berpotensi menggantikannya. Lalu ada juga Stable Diffusion yang dapat mengubah tulisan (prompt) menjadi sebuah gambar. Perkembangan masif dan penerapannya yang sudah mencapai tahap lanjut ini bahkan membuat stasiun televisi mulai memperkenalkan presenter baru mereka yang merupakan seorang AI. Dunia berubah dari dari waktu ke waktu dan akan terus berkembang di era modern seperti ini.

Dampak potensial AI pada masyarakat dan tenaga kerja sangat besar di masa mendatang. Meskipun AI dapat membantu meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam melaksanakan tugas, kehadirannya juga dapat menghilangkan beberapa pekerjaan manusia yang dianggap kurang efisien. Hal ini kemudian dapat berdampak pada tingkat pengangguran dan kecemasan ekonomi. Selain itu, ketidaksetaraan dalam akses teknologi juga dapat memperburuk kesenjangan sosial yang sudah ada di masyarakat. Misalnya, jika teknologi AI hanya dapat diakses oleh sebagian kecil orang yang memiliki akses ke teknologi, maka orang-orang yang tidak memiliki akses tersebut akan semakin tertinggal dan kesenjangan antara mereka dan kelompok yang memiliki akses akan semakin membesar.

Namun, perlu diingat bahwa hal-hal tersebut baru sebatas spekulasi dan tidak ada yang tahu pasti bagaimana dampak AI akan berpengaruh pada masyarakat dan tenaga kerja di masa depan. Tidak menutup kemungkinan jika nanti akan ada pendidikan dan pelatihan untuk memperiapkan tenaga kerja menghadapi perubahan tersebut. Perlu adanya penelitian dan pengembangan yang lebih lanjut dalam penggunaan teknologi AI agar dapat meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positifnya. Namun di balik perkembangan positif AI, rupanya ada beberapa hal yang cukup membahayakan jika kecerdasan buatan ini disalahgunakan. Manusia memiliki pemikiran yang berbeda-beda dan entah berapa banyak orang di luar sana yang ingin memanfaatkan AI dengan tujuan tidak baik. Contoh program dengan penggunaan Artificial Intelligence yang sudah mengudara cukup lama di dunia teknologi yaitu deepfake.

Contoh Hasil Penggunaan Deepfake | Sumber: trymaverick.com
Contoh Hasil Penggunaan Deepfake | Sumber: trymaverick.com

Teknologi ini mulai muncul ke permukaan pada November 2017. Menurut kamus Oxford, deepfake adalah kemampuan mengubah video seseorang entah itu wajah atau badannya secara digital menggunakan AI. Deepfake bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, teknologi deepfake dapat membantu industri kreatif untuk tetap menggunakan wajah aktor yang meninggal saat pembuatan film berlangsung tanpa harus melakukan casting ulang. Di sisi lain, orang-orang dapat menggunakannya untuk membuat candaan satir terhadap orang-orang di dunia, hingga dapat menyebar berita palsu atau hoax. AI akan belajar seiring berjalanya waktu. Dengan begitu deepfake akan menjadi tambah realistis dan makin susah untuk dideteksi dengan mata. Yang paling parah karena penyebarannya begitu cepat, yaitu video skandal artis mancanegara yang terlihat nyata padahal itu hanya hasil deepfake dari video porno. Di masa depan nanti, semoga akan ada AI yang dapat mendeteksi keaslian sebuah video, mirip seperti Turnitin dengan AI writing check-nya.

Lalu apakah AI akan menjadi berbahaya di masa mendatang? Untuk sekarang, tidak ada orang yang tahu. Tapi kemungkinan besar akan dibuat regulasi mengenai penggunaan AI dan penyebarannya, karena saat ini kode program dari AI sendiri masih tersebar luas dan dapat diakses oleh siapapun. Yang menjadi kekhawatiran paling besar adalah etika penggunaan AI. AI memiliki kemampuan untuk mengumpulkan, menyimpan, dan memproses data secara cepat layaknya otak manusia. Perlu dilakukan evaluasi dan studi untuk memastikan bahwa penggunaan AI memiliki kontribusi positif bagi masyarakat di seluruh dunia.

Belajar AI tidak hanya memberikan manfaat individu, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Dengan memahami dan menggunakan teknologi AI dengan bijak, kita dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kreativitas di berbagai bidang, seperti kesehatan, pendidikan, bisnis, dan pemerintahan. Selain itu, penggunaan AI yang etis dan bertanggung jawab dapat membantu meminimalkan dampak negatif pada lingkungan dan masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus memperdalam pengetahuan dan keterampilan dalam bidang AI dan menggunakan teknologi ini untuk kebaikan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun